26

4.6K 415 44
                                    

Begitu mendarat di bandara aku dan teman-temanku sudah dijemput oleh salah satu supir di pesantren dengan menggunakan bus pesantren.

Aku begitu bersyukur akhirnya kami bisa tiba di Indonesia dengan selamat. Setibanya di pesantren aku langsung pulang ke rumah untuk mandi dan membersihkan rumah yang ku tinggal beberapa hari ini.

"Aku akan jemput kamu," gumam ku seraya menatap lekat foto pernikahanku dengannya.

Ku raih kunci mobil, lalu segera menuju rumah orang tua Aira. Oleh-oleh dari Turki juga ku bawa.

"Semoga kali ini kamu tidak menolak. Aku begitu tersiksa jauh dari kalian," aku bermonolog seraya menyetir mobil.

Beberapa jam perjalanan, akhirnya aku tiba di sebuah desa dengan hamparan sawah yang mulai menguning. Begitu asri sekali desa ini.

Kuparkirkan mobil di halaman rumah yang tak sebegitu luas itu, lalu mulai menuju jok mobil untuk mengambil sedikit oleh-oleh yang ku bawa dari sana. Sebelum pulang, aku dan teman-temanku sempat mencarikan oleh-oleh di pusat perbelanjaan Turki, tempat khusus menjual oleh-oleh. Aku membawakan mereka Turkish Delight, sebuah cemilan manis yang disebut dengan Lokum yang dijual dengan varian rasa. Biasanya Turkish Delight ink dilapisi gula atau kelapa agar tidak lengket satu dengan lainnya.

Aku juga membawakan Fez, yaitu peci bewarna merah khas Turki, untuk ayah Aira juga bang Kasyful.

Sesampainya di sana aku langsung memberi salam seraya mengetuk pintu. Terdengar jawaban salam terjawab dengan lantang dari dalam.

"Eh, Ari rupanya.." sapa ibu setelah membuka pintu. "Masuklah,"

Ia menerima bingkisan dariku lalu meminta diri ke dapur setelah mempersilakan ku duduk sebelumnya.

Aira kemana ya, kok tidak kelihatan?

Pintu kamar di depan ku duduk terbuka dari dalam. Seorang perempuan keluar dari sana dan begitu terkejut menatapku. Baru saja aku memanggil namanya, namun secepat kilat ia masuk kembali dengan membanting pintu cukup keras.

Childish!!

Tak berapa lama ibu kembali dengan membawakan minuman dan cemilan, "silakan diminum dulu, Ari," ucapnya meneduhkan.

"Zila, sini keluar dulu.. jangan asik mengurung diri di kamar!!" ujar ibu lantang. Tak lama Aira pun keluar dengan wajah cemberutnya.

Sepertinya Aira lebih suka dikasari.

"Duduklah!" titah sang ibu. Aira menurut saja. Ia duduk di sofa berhadapan langsung denganku. Sementara ibu duduk di sofa di sampingku.

"Katanya lagi ke Turki, kok bisa ada di sini? kamu bohongin aku, ya?!" ucapnya.

"Kamu apa kabar, Dek? gimana dengan bayi kita?"

"Kamu jawab dulu pertanyaan ku!!"gerutunya. Aku hanya tertawa kecil.

"Aku memang ke Turki, tadi pagi aku tiba di bandara," ujar ku.

"Bukannya kamu mau ngambil S2 di sana? kenapa cepat sekali pulangnya?"

Aku terkejut dengan apa yang dikatakannya. "Siapa yang ngambil S2? aku dan ustadz-ustadz di pesantren dapat tiket keluar negeri, yaudah kami jalan-jalan," jujur ku.

Ia sempat melongo mendengarnya. Sepertinya ini kerjaannya bang Kasyful, pasti dia yang membohongi Aira.

"Sudah, tidak penting membahas itu. Aku ke sini ingin mengajakmu pulang. Kita mulai semuanya dari nol, kamu mau kan?"

Aku yakin ia pasti mau. Ia juga masih mencintaiku, apalagi sekarang dia sedang mengandung anak kami.

Lama aku menunggu, Aira masih diam saja tidak menjawab.

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now