6

5.9K 468 4
                                    

Langit pekat tanpa bintang. Sementara rembulan bersembunyi dibalik awan, ikut-ikutan ingin menyembunyikan dirinya. Begitu juga dengan hati seorang gadis di malam hari ini. Ya, dia masih seorang gadis, suaminya sama sekali belum menyentuhnya. Entah apa yang membuatnya menjadi enggan, disaat orang lain mengutamakan hal itu dalam pernikahannya.

"Sekarang kamu jelasin ke aku alasannya!"

Si istri sudah semakin penasaran. Adakah yang salah darinya? atau jangan-jangan suaminya terpaksa menikah dengannya karena mereka dijodohkan.

"Aku takut kamu hamil," Ari serius. Di usia mereka yang masih muda dan masih sama-sama kuliah membuatnya merasa takut. Ditambah lagi, istrinya itu harus belajar ekstra untuk memenuhi ketertinggalannya di kampus yang diakibatkan oleh kecelakaan di semester lalu.

Aira pernah kecelakaan dan koma selama enam bulan. Ia melewati satu semester di perkuliahannya. Ada sebanyak sepuluh atau sebelas mata kuliah yang seharusnya sudah dicapainya di semester lalu, namun mirisnya kemalangan itu menimpanya. Akhirnya, ia terlambat satu semester dibanding teman-teman setingkatnya.

Melihat istrinya demikian, Ari dibuat gusar. Ia juga tidak mau dinilai tidak mencintai istrinya.

Tetapi, sejujurnya dia sendiri masih takut-takut. Tidak tahu cara memulainya. Dekat dengan perempuan saja tidak pernah, sehabis salaman dengan Aira saja terkadang tangannya agak sedikit gemetaran.

Akhirnya Aira menawarkan untuk memakai alat kontrasepsi saja, tetapi Ari masih menolak dengan alasan tidak akan menjamin. Bukannya Aira sudah terlalu bernafsu, tapi ia ingin mengetes suaminya, adakah suaminya itu cuma sekedar menikahinya karena terpaksa atau karena memang suka?

Lagi, Aira membicarakan soal mengeluarkannya di luar saja. Bukannya ia paham soal hubungan intim, tapi dia pernah mendengar disaat pengajian tentang pembahasan itu ketika ada salah satu santri yang menanyakan.

"Aku takut khilaf," balas Ari kemudian. Terus saja ia menghindari. Akhirnya mereka sama-sama terdiam karena lamunan masing-masing.

"Apa.. kamu sudah ingin?" sebagai suami ia juga wajib menafkahi istrinya secara dhahir maupun bathin, tidak boleh egois.

"Ya nggak lah!!" seru Aira sembari membalikkan badannya lalu pura-pura tidur.

Nggak mau tapi kok kayak marah gitu ya?

_____

Pagi harinya Ari mengantar sang istri untuk kuliah. Kebetulan ia juga perlu menemui dosen pembimbingnya. Ia harus siap hati dan mental jika nantinya kertas skripsinya diberi lukisan dari tinta pena sang dosen. Sungguh, itu adalah pemandangan paling mengerikan dan menyedihkan bagi mahasiswa semester akhir.

"Lumayan, tapi isinya tolong dikembangkan lagi. Ini masih terlalu umum," ujar sang dosen. Ari tersenyum senang, tetapi tidak lama, karena akhirnya di bagian itu diberi coretan juga oleh sang dosen yang dianggap tak pernah salah itu.

Harus gigit jari!

"Baik, terimakasih atas coretannya, Pak. Eh, terimakasih atas bimbingan hari ini, Pak" ujar Ari sembari keluar ruangan tanpa lupa membawa serta lembaran skripsinya.

Ari membelikan jus jeruk untuk menetralkan pikirannya yang sempat kacau karena mengikuti bimbingan hampir satu jam. Itu pun sang dosen asik menerima telepon dari orang lain.

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now