35

4.2K 349 44
                                    

Malam sepi sunyi. Jarum jam menunjukkan dirinya pada angka yang mirip angsa. Tak ada keributan dari luar sana. Ku rasa setiap orang kini tengah mengistirahatkan tubuhnya karena lelah dan ingin bersiap untuk esok hari.

Bermacam rasa berkecamuk dalam hatiku di saat menatap seorang perempuan yang tertidur pulas di sebelahku. Rasanya sulit untuk mempercayai takdir, tapi semua itu haruslah ku terima.

Aku menyentuh jemari perempuan itu, lalu memegangnya erat ketika ku dapati tak ada pergerakan darinya. Tidurnya begitu nyenyak.

Ternyata firasatku benar, ada sesuatu dengan istriku itu. Ia sedang tidak baik-baik saja. Namun sayangnya pada saat itu aku cuek saja dengan setiap perkataannya.

Harusnya aku peduli dengan ia yang berulang kali mengatakan kata yang sama, bahwa ia rindu denganku.

"Aku kangen sama kamu, makanya aku ke sini,"

"Aku ikut kemanapun kamu pergi,"

"Aku gak berani pulang sendiri,"

"Aku masih ingin di sini, dengan kamu,"

Jujur, aku terhenyak ketika bang Kasyful mengatakan jika Aira terkena gangguan jiwa akibat stres berlebihan. Hal yang lebih menyakitkan, Airaku dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh warga.

"Bang?"

Aku terkejut ketika mendengar suara Aira memanggilku. Cepat-cepat ku seka air mataku yang sempat mengalir tadi.

"Belum tidur? ada apa?" tanyanya sembari melirik tangan kami yang saling bertautan.

"Cerita sama aku, gimana caranya kamu  bisa sampai ke sini?"

"Aku gak ingat," balas Aira cuek.

"Sedikitpun kamu gak ingat?" tanyaku lagi.

"Kamu kenapa sih? kamu juga mau ikut-ikutan untuk bilang kalau aku ini gila, iya?" Aira balik bertanya. "Gak bisa jawab 'kan?" lanjutnya ketika tidak ada jawaban sedikitpun dariku.

"Bukan begitu, aku cuma penasaran dengan apa yang sebenarnya kamu alami, " balasku jujur.

"Itu semua berawal dari kesalahpahaman, lalu berujung kenyataan, " ujar Aira seraya bangun, lalu bersandar di kepala ranjang.

"Maksud kamu? " tanyaku penasaran sembari melakukan gerakan yang sama. Kini aku duduk tepat di sampingnya sembari menanti jawaban.

"Setelah sidang skripsi, teman-temanku semuanya pulang kampung, tidak tinggal di rumah kita lagi. Aku mulai merasa bosan dan kesepian karena tidak ada lagi teman juga tidak punya kesibukan seperti dulu.

Dari situ aku jadi teringat sama Fatih, sama kamu, juga semua hal yang pernah kita lewati ketika berada di rumah itu. Semenjak itu aku jadi lebih sering menziarahi kuburan Al Fatih.

Pada suatu ketika, aku datangnya agak sore, tanpa sadar aku tertidur di sana sampai malam hari karena lelah menangis. Itu terus saja terulang sampai ada warga yang melaporkan aku. Mereka malah mengira aku nggak waras karena tidur di kuburan pada malam hari," Aira menjelaskan apa yang telah terjadi padanya.

"Segitunya?"

"Mereka itu gak tahu gimana rasanya jadi aku. Aku udah mengandung dan melahirkan Fatih tapi untuk menyentuhnya saja aku gak pernah.

Warga malah gotong royong, dengan senang hati menyeret aku ke rumah sakit jiwa. Akhirnya aku malah beneran jadi gila karena berada satu atap dengan pasien-pasien di sana,"

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now