14

5.2K 469 34
                                    

Vote dong!!

Hari ini merupakan hari sidang Ari. Semuanya sudah ia siapkan, namun ia masih merasa begitu nervous. Banyak teman Ari datang untuk memberikan semangat dan doa.

Riski sama sekali tak ingin absen, ia adalah orang yang paling mendukung sahabatnya itu.

"Gimana? udah siap dibantai sama penguji?" canda Riski.

"Gugup banget, gua," balas Ari dengan keringat yang bercucuran di pelipisnya.

"Huffttt harusnya Lo bersyukur bisa sidang dengan cepat. Lah gue? dosbingnya asik liburan. Gak kelar-kelar itu bimbingan,"

"Sabar, Bro. Semoga Lo cepat nyusul ya.." Ari menepuk pundak sahabatnya itu.

"Oh ya, Aira gak temenin Lo?" tanya Riski kemudian.

"Katanya datang sih, cuma dia lagi jumpai dosennya buat ngumpulin tugas," balas Ari pelan.

Tak lama kemudian sidangnya berlangsung. Ari terus saja merapalkan doa supaya semuanya di mudahkan.

Sementara di luar sana Aira melangkah gontai, ingin  cepat-cepat menyaksikan suaminya yang sedang sidang.

"Kamu siapa? ngapain kesini?" tanya seorang perempuan pada Aira. Tatapannya sama sekali tidak bersahabat. Aira memilih diam dan mengintip lewat jendela suaminya yang sedang presentasi didepan empat dosen penguji.

"Kamu siapanya Ari?" tanya perempuan itu lagi dengan penuh selidik.

"Aku istrinya," balas Aira kemudian.

Perempuan itu tertawa mengejek. "Kamu bangun deh, jangan asik mimpi. Kamu itu bukan tipe Ari dan gak pantas buat dia, mana mungkin dia nikah sama kamu,"

Aira menatap perempuan itu dengan ekor matanya. Ternyata di sampingnya sudah datang beberapa orang yang lain.

"Terus kamu pikir bang Ari suka sama perempuan yang pake mukena ke kampus? jilbab udah besar-besar, eh kaos kakinya gak dipake. Sebaiknya kamu harus belajar mana yang termasuk aurat perempuan deh," balas Aira lalu berlangsung menjauh dari sana karena ia menjadi pusat perhatian teman-teman Ari.

_____

Sore harinya Ari pulang setelah makan bersama untuk merayakan keberhasilannya dalam sidang bersama teman-temannya. Meskipun ia merasa senang namun sebenarnya ada rasa marah kepada istrinya karena sama sekali tidak hadir di hari pentingnya itu.

"Ternyata ada ya, istri yang tega sama suaminya. Lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada menyenangkan hati suami. Aku kecewa sama kamu," sindir Ari begitu ia memasuki rumah. Aira yang saat ini sedang menyetrika pakaian menoleh pada suaminya.

"Aku datang, kok. Cuma.."

"Percuma.. udah terlanjur. Aku nggak butuh alasan kamu," potongnya cepat.

"Ohh,"ketus Aira lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

Ari berdecak sebal dengan respon istrinya yang seakan sama sekali tidak peduli padanya.

Ia memutuskan untuk mandi dan berkeramas, rasanya kepalanya begitu pusing karena tadinya menghadapi sidang yang menguras otak dan tenaga.

Setelah mandi dan memakai pakaiannya, Ari memilih rebahan. Diraihnya ponsel untuk membuka galeri, melihat fotonya bersama teman-teman ketika usai sidang.

"Selamat atas sidangnya. Nih, hadiahnya," ujar Aira seraya menyodorkan kado untuk suaminya.

Ari melirik tanpa minat, sepertinya foto-foto itu lebih menarik dari kado yang diberikan istrinya. "Aku nggak mempermasalahkan apa isi hadiahnya, intinya aku masih ngambek sama kamu," ujarnya dengan memanyunkan bibir.

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now