23

4.7K 404 7
                                    

"Kamu serius nggak mau balikan sama Ari? ntar nyesel baru tahu rasa,"  Kasyful mulai mencuci otak adiknya.

Setelah Ari pulang beberapa hari yang lalu, kini barulah Aira mau berbicara dengan orang-orang rumahnya.

"Abang dengar, Ari mau ngambil S2 ke luar negeri. Dia udah putus asa. Kamu udah bikin dia patah hati berkali-kali," sambung Kasyful yang membuat Aira terhenyak. Aira langsung bangun dari tempat tidurnya lalu menghadap lelaki itu yang sedari tadi ia belakangi.

"Abang gak usah bohongin aku, ya!"

"Ngapain Abang bohongin kamu, buang-buang waktu aja.

Coba kamu bayangin ya, makin lama perut kamu ini makin besar. Kamu mau melahirkan bayi ini sendirian tanpa pendamping? gimana kalau Ari malah kecantol dengan perempuan Turkey sana yang nggak ada bandingannya sama kamu,"

Tak berhenti disitu, Kasyful terus-terusan membuat adiknya ketakutan.

"Aku juga nggak bisa menjamin kalau bayinya cuma satu. Aku yakin banget kalau bayinya kembar, karena Ari pernah mempraktekkan triknya, katanya," timpalnya seserius mungkin.

Aira membelalakkan matanya, sementara Kasyful hampir saja tertawa dengan reaksi adiknya. Pasti kebohongannya kali ini akan berhasil.

"Terus nih ya, bayangin kalau anak kamu lahir, kamu mau hidupin mereka pake apa, lulus kuliah juga belum. Kakak kita harus ikut suaminya, aku juga sebentar lagi akan menikah, kamu mau minta tolong ayah dan ibu buat biayain kebutuhan anak-anak kamu? ayah dan ibu udah tua, mereka juga udah kewalahan semenjak membesarkan dan memberikan kamu pendidikan. Masa iya kamu mau nyusahin mereka lagi dengan cucu-cucunya?

Sekarang saatnya ayah dan ibu istirahat dan melihat anak cucunya bahagia, bukan malah kamu buat mereka susah dengan permasalahan kamu!"

Kasyful pura-pura marah lalu meninggalkan adiknya itu sendirian di kamar.

Sementara Aira mulai menangis. Apa yang dikatakan oleh kakak lelakinya itu sangat menggangu pemikirannya.

____

Hari demi hari berlalu, namun Aira masih pada pendiriannya, belum mau memutuskan. Namun Ari tidak pernah lelah mencoba menghubungi Aira, menanyakan perkembangan kandungannya, dan sebagainya.

Winda berencana untuk melaksanakan aqiqah anak kembarnya, tak lupa ia juga mengundang Aira. Awalnya Aira tidak bersedia untuk datang, karena ia yakin akan bertemu dengan Ari nantinya. Ia tidak ingin bernostalgia dengan mantan suaminya itu, walaupun sebenarnya tidurnya terganggu karena tidak ada lagi yang memanjakannya.

Dengan berbagai bujukan dan rayuan maut dari Kasyful akhirnya Aira datang juga ke acara tersebut.

Acara aqiqah itu berjalan dengan khidmat, banyak sekali sanak keluarga berdatangan, ditambah lagi orang-orang penasaran dengan rumah baru pasangan religius itu yang katanya sangat mirip dengan mesjid.

Aira datang dengan orang tuanya, juga Kasyful sebagai supir. Ia sama sekali tidak melihat sosok Ari di sana, entah kemana lelaki itu perginya.

Setelah memakan nasi dengan kambing sebagai lauk utama acara aqiqah, Aira pamit untuk shalat karena waktu zhuhur telah tiba.

"Sebenarnya kami punya mushalla khusus, tapi di sana sepertinya sedang banyak orang yang beristirahat. Kamu shalatnya di kamar Sultan aja, Aira. Kamarnya ada di lantai dua sebelah kanan," ujar Winda seraya menyusui Lea, sementara Lia sedang dalam gendongan mertuanya.

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now