5

6.1K 506 4
                                    

"Dari mana saja kamu?"

Aira yang baru saja keluar dari gerbang asrama kaget tiba-tiba sosok suaminya sudah berada di hadapannya. Bagaimana bisa suaminya menunggunya di sini, padahal ia tidak memberitahukan keberadaannya.

"Cepat naik," titah Ari yang tak terbantahkan.

Aira segera menaiki motor. Ia bergidik ngeri menatap wajah suaminya yang terkesan garang itu. Pasti hukuman demi hukuman menantinya di rumah.

"Anti nggak perlu takut. Ana yakin suami anti itu baik. Hanya saja dia seperti ingin didengarkan dan tidak suka dilanggar. Kalau anti melakukan kesalahan, tenangkan diri anti, jangan malah menjawabnya apalagi meninggikan suara anti karena itu akan membuatnya semakin marah. Satu lagi, kalau ditanya, jawablah dengan lembut dan berkata jujur. Ana yakin semua akan baik-baik saja. Percaya deh sama ana".

Wejangan yang diberikan Mira terbayang. Aira berusaha tenang apapun yang akan terjadi. Jika ia terlihat gelisah maka Ari tidak akan mendengarkannya bahkan menyalahkannya.

Sesampainya di rumah, Ari melepas helmnya dan duduk di sofa. Ia melirik tajam Aira yang juga duduk di sebelahnya.

"Ngapain ke asrama? kenapa nggak langsung pulang kalau tidak ada kelas?" tanyanya sinis.

"Pertama, karena aku tau kamu nggak ngijinin aku pulang sendiri. Kedua, aku nggak mau ganggu kamu yang lagi ngajar,"

"Aku nggak masalah kalau memang harus jemput kamu. Sebenarnya tadi aku bimbingan di kampus. Aku lihat kelas kamu kosong. Harusnya kamu kabari aku kalau nggak jadi masuk, kenapa malah cari-cari kesempatan buat main?"

"Aku ke asrama, ada barang aku yang ketinggalan,"

"Ambil barang sampe dua jam? barang apaan tuh?" sindir Ari.

"Setelah itu aku mampir ke kamar Mira, istirahat di sana," jujur Aira.

"Lain kali, kalau kamu pergi ke suatu tempat tolong kamu kabari aku. Aku tadinya sempat khawatir karena kamu nggak di kelas," ujar Ari.

"Kenapa kamu tatap aku gitu?" tanya Ari ketika istrinya menyipitkan matanya. "Kamu mau bilang kalau aku ini over protective? jelas. Karena kamu itu tanggung jawab aku. Jadi aku harap kamu nggak cemburu lagi sama santri-santri aku itu. Perhatian aku ke kamu itu tetap tidak akan terbagi walaupun aku lebih sering sama santri," Aira dibuat seperti melayang hingga langit ketujuh.

"Oke, aku minta maaf deh," ujar Aira kemudian.

"Memang sudah seharusnya. Kamu memang salah,"

Baru saja ia terharu, harus kesal lagi dengan kata-kata suaminya itu.

Mungkin dia diciptakan untuk menjadi suami yang ngeselin.

Manajemen Rumah Tangga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang