18

5.2K 434 12
                                    

Ari POV

Pagi yang cerah. Kulihat perempuan di sampingku masih terlelap dalam tidurnya. Semalaman ia bergadang karena harus menyelesaikan tugasnya dari kampus.

Kami tidur saling berhadapan. Di saat seperti ini aku bisa dengan mudah menilik wajahnya. Tanganku tidak kubiarkan menganggur, ku pegang erat jemarinya semenjak kami tidur kembali setelah shalat subuh tadi. Tepatnya, hanya aku yang tidur kembali, ia baru tidur setelah shalat subuh. Padahal aku sudah mengatakan padanya untuk jangan bergadang.

Kuliah online membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, namun sayangnya begitu banyak tugas yang diberikan dosen. Resume, pemahaman materi, dan  tafsir ayat manajemen membuatnya begitu sibuk akhir-akhir ini. Padahal aku sangat ingin menghabiskan waktu bersamanya berhubung di pesantren sudah selesai ujian dan sekarang santri-santri sedang libur.

"Sayang, udah jam delapan pagi," aku membangunkannya seraya menepuk-nepuk pundaknya. Bukannya bangun, ia malah memelukku.

Akhir-akhir ini aku merasakan tubuhnya sedikit berisi dari sebelumnya. Ia juga sering mual-mual di pagi hari. Oh ya, aku baru ingat jika ia belum juga PMS, harusnya sudah dari dua minggu yang lalu jika dilihat dari tanggal sebelumnya.

"Aku nggak rutin kalau datang bulan. Kamu nggak perlu beranggapan jika aku lagi hamil," itu alasannya ketika kutanya.

Tetapi aku merasakannya. Aku merasakan jika didalam perut ratanya itu ada benih-benih cinta kami berdua. Aku begitu yakin.

Aku beringsut keluar lalu mulai berteman dengan alat-alat dapur. Bau menyeruak dari masakanku membuatku lapar. Biasanya kami sarapan pagi jam tujuh, tapi ini sudah jam delapan wanita cantikku belum juga bangun, akhirnya akulah yang harus mengambil peran di dapur kali ini.

Sebenarnya memasak itu adalah tugas seorang suami, karena tugas seorang istri hanyalah melayani suami dan menjaga harta suaminya. Jika seorang istri mau memasak, mencuci pakaian, dan sebagainya, itu adalah rasa syukur istri kepada suaminya.

Sayur tumis yang ku masak begitu harum sekali, ku rasa sedikit, ternyata tawar.

Seperti hidupku

Baru saja aku hendak memasukkan sedikit garam kedalam masakanku, suara teriakan nan cempreng dari kamar terdengar.

"Bang, lagi masak apa sih? kok bau banget??"

"Ternyata gampang juga cara bangunin kamu. Tahu gitu udah dari tadi aku masak," gumam ku sembari terkekeh geli.

"Jangan di masak lagi. Buang aja!!" teriakannya kembali terdengar.

"Enak aja!!" aku mematikan kompor, lalu memindahkan sayur tumis itu ke dalam piring.

Hal yang membuatku semakin yakin akan kehamilannya, ia sensitif terhadap bau. Pernah suatu malam ia menyuruhku tidur berjauhan dengannya, katanya aku belum mandi.

Ku baca doa sebelum makan, lalu mulai menyantap masakan ku sendiri. Bukannya aku suami yang tak sayang istri, yang mengutamakan isi perut sendiri, tapi aku khawatir jika masakan ku akan dibuangnya karena tidak sanggup menahan bau.

Setelah makan, kuambil roti tawar dan segelas susu yang sudah di taruh diatas nampan, lalu aku menuju kamar.

Ia sedang tertidur, selimut tebal itu memeluk seluruh tubuhnya. Aku menyibak dengan kasar selimut itu agar ia tidak punya kesempatan untuk menariknya kembali.

"Bangun!"

"Aku masih ngantuk banget," balasnya pelan dengan mata yang masih terpejam.

"Kamu ada kuliah online jam sepuluh, jangan sampe absen.."

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now