16

5.2K 432 8
                                    

Tidur nyenyak Aira jadi terganggu karena sebuah tangan menjepit hidungnya sehingga ia tidak bisa bernafas.

Dibukanya matanya ketika terbangun. Ia tersentak kaget, lalu bergeser menjauh  ketika melihat lelaki yang berbaring dengan menopang kepala menggunakan tangannya, tepat disampingnya.

"Kamu liat aku kayak ketemu monster,"

"Kamu emang monster," balas Aira mengatai suaminya.

"Kamu ini ya?" Ari mencubit kembali hidung istrinya itu membuat Aira memberontak karena tak bisa menghirup udara.

"Lepasin..." Aira berteriak di telinga suaminya yang membuat Ari segera melepas tangannya.

"Kamu ngapain kesini sih? katanya gak mau tidur sama aku karena kamu masih marah. Awas sana aku mau tidur lagi, jangan diganggu!" Aira membalikkan badannya membelakanginya Ari lalu memejamkan matanya kembali.

"Jangan tidur lagi dong. Setengah jam lagi mau subuh,"

"Kan masih setengah jam lagi," balas Aira dengan malas dan mata yang masih terpejam.

"Jangan tidur disini, disini ranjangnya kecil, sempit. Ntar jatuh lagi," sambung Aira.

"Yaudah kalau gitu aku peluk kamu aja biar gak jatuh," balas Ari seraya memeluk Aira yang membelakanginya. Diciumnya bahu istrinya itu.

"Kamu jangan mencari kesempatan dalam kesempitan ya!" Ari terkekeh geli mendengarnya.

Suara azan subuh menggema terdengar dari mesjid komplek, membuat Ari segera bangun. Dibangunkan olehnya sang istri yang sudah tertidur kembali itu. Tetapi Aira tidak juga bangun.

"Bangun dulu udah subuh! Hey.." Ari menggoyang-goyangkan tubuh Aira, namun si empunya tidak juga bangun. Didekatkannya wajahnya, terlihat wajah istrinya penuh dengan peluh, bibirnya pucat. "Kamu sakit, Dek?" Ari terperanjat, sementara Aira hanya menggumam kecil.

"Sebentar lagi aku bangun. Kamu duluan aja shalatnya," ujar Aira lemah. Tiba-tiba ia merasa mual dan akhirnya Ari membopongnya ke kamar mandi. Hingga sedikit cairan keluar dari mulutnya.

"Kamu masuk angin kayaknya. Inilah akibat nggak mendengarkan larangan suami," ujar Ari setelah membaringkan tubuh istrinya di ranjang mereka. Aira hanya diam menyadari kesalahannya. Apalagi kepalanya begitu pusing, tidak sanggup berkomentar apa-apa.

Setelah shalat subuh di kamar, Aira segera melepas mukenanya dan melemparkannya asal, rasa mual itu datang lagi. Dengan terburu-buru ia berlari ke kamar mandi.

Ari merasa begitu kasihan dengan istrinya itu. Diusapnya punggung istrinya agar bisa memuntahkan isi perutnya.

"Nanti aku beliin obat ya," Aira menggeleng cepat. Ia begitu takut minum obat.

"Kamu nggak mau sembuh? Minggu depan kamu mulai final lho. Terus kalau sakit gimana bisa belajar dan ikut final?"

"Nanti juga sembuh," lirih Aira.

"Tapi harus minum obat, jangan begini,"

"Bahkan ketika aku sakit kamu juga gak bosan-bosan memaksa? kenapa kamu begitu egois? tolong jangan paksa aku!!" ujar Aira dengan meninggikan suaranya.

Ari menghela nafas berat. Istrinya itu selalu saja keras kepala. "Terserah kamu, aku cuma khawatir kalau kamu sakit,"

"Sayang, please!! aku takut minum obat. Aku akan sembuh secepatnya kok. Kamu nggak perlu khawatir sama a..." belum selesai bicara, Aira harus segera memuntahkan isi perutnya kembali, dan kali ini  mengenai baju suaminya.

Aira begitu takut, pasti suaminya akan marah besar. Bayangan ketika ia menumpahkan kopi ke skripsi Ari hadir, membuatnya bergidik ngeri.

"Aku minta maaf, nanti bajunya aku cuci yang bersih dan wangi," ujarnya khawatir.

Manajemen Rumah Tangga ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin