39

5.5K 355 32
                                    

Indah itu ketika kamu bisa menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang yang kau sayangi. Indah itu ketika kalian saling mengerti dan saling mengisi, menghapus air mata dari kesedihan dan menggantinya dengan gelak tawa.

Tidak perlu menjadikan pasanganmu sebagai pajangan, yang kau update setiap kegiatannya di media sosial agar dilihat orang-orang. Sungguh, semua itu sama sekali tidak perlu. Kau hanya perlu berada di dekatnya dan mendengarkan setiap keluh kesahnya.

Sehabis menunaikan shalat maghrib, Ari dan istrinya bermain tebak ayat Al-Quran. Sederhana, namun menciptakan keseruan tersendiri. Sudah lama sekali mereka tidak duduk bersama, saling mengejek yang diakhiri permintaan maaf dan tawa.

"Kamu kalah lagi!!" seru Ari sembari mengaplikasikan bedak tabur di wajah istrinya. Muka Aira kini sudah berwarna putih karena diolesi bedak tiap kali ia salah dalam menjawab.

"Enough.." Aira mengangkat tangan karena kewalahan. Selalu saja ia kalah. Meskipun ia sudah menghafal Al-Qur'an, tetapi ia tidak belajar metode hafalannya karena ia menghafal dengan cara mengikuti bacaan di murrotal. Kalau soal menebak ayat, ia belum ahli.

"Susah banget lho hafal seperti ini," Aira beralasan.

"Justru begini lebih mudah, nggak cepat lupa," tambah Ari sembari menaburkan bedak kembali ke arah istrinya, kali ini mengenai bagian depan mukenah yang dipakainya.

"Ya Allah, mukenah aku jadi ikutan putih nih!!" gerutu Aira. Taburan bedak itu terlihat begitu kontras di mukenah Aira yang kebetulan berwarna hitam. "Kamu sengaja ya?"

"Iyaa ...." balas Ari santai sebelum merebahkan kepalanya ke pangkuan sang istri.

"Bang?"

"Hmm ada apa?" jawab Ari dengan matanya yang ia pejamkan. Ia sedang berada di posisi ternyaman membuatnya sangat ingin memejamkan mata sembari menunggu waktu isya.

"Kamu belum cerita tentang kepergian kamu beberapa saat yang lalu," Aira berharap dengan keadaan tenang seperti ini mereka dapat berbagi cerita. Mungkin saja Ari sedang memiliki masalah selama ini.

"Terkadang tidak semua hal perlu diceritakan," lirih Ari sembari menatap lekat retina istrinya.

"Memangnya boleh ya, antar suami istri memiliki privasi?"

"Iya, boleh. Bisa jadi ada perasaan yang harus di jaga. Kamu tenang aja, ini permasalahan aku kok, kamu nggak perlu merasa khawatir. Aku cuma minta kamu untuk tidak menaruh rasa curiga. That's all ...."

Aira masih belum paham dengan maksud perkataan dari suaminya itu, tetapi ia memilih untuk tidak menggali lebih dalam.

"Dek ...."

"Iya?"

"Aku ..."

Maaf, sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan.
Terima kasih.

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now