25. Rumah Orang Tua Ratna

15.8K 806 43
                                    

BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA, DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. PENULIS MEMBUTUHKAN DUKUNGAN DARI READERS, SILAKAN BERPARTISIPASI DI CERITA INI. TERIMA KASIH, JANGAN JADI PEMBACA HANTU. ^_^

***

Meninggalkan puncak, rasanya Ratna tidak ingin melakukan hal itu. Sebab, di sana benar-benar sangat menenangkan dan juga bisa bersantai kapan saja. Yang paling penting, Ryu tidak terlihat terus-terusan mengeritiknya. Biasanya lelaki itu sangat selalu ingin sempurna, seperti menikmati makanan saja harus benar-benar dilihat kualitas. Tidak boleh menyantap jajanan pasar sembarangan, atau dirinya akan diberikan hukuman.

Bahkan, beberapa hari lalu, ia berhasil membuat suaminya menyantap makanan berlemak bernama bakso dan iga. Sangat luar biasa, ia jadi tahu bahwa perempuan memang memiliki kekuatan untuk menaklukkan laki-laki, ternyata membanggakan juga.

Melihat Ratna yang sejak tadi tersenyum dan tertawa-tawa tidak jelas, membuat Ryu mengerutkan alis, sebab memikirkan apa yang tengah dikhayalkan sang istri sampai terlihat sedemikian rupa.

"Apa kamu kehilangan kewarasan, Atna?" tanya Ryu setengah tidak tertarik karena harus menyetir mobil dan berkonsentrasi menatap jalanan.

Mendengarnya membuat Ratna kesal setengah mati, jika tidak sedang menyetir seperti ini, ia pasti telah melemparkan kotak tisu ke kepala Ryu. Namun, ia masih ingin hidup lebih lama dan tidak mau mati muda.

"Cerewet, deh. Gak bisa lihat orang senang, ya?"

"'Gila' maksud kamu?"

"KAK!"

Melihat Ryu mendengkus lucu, malah membuat Ratna teramat jengkel karena sadar digoda lelaki itu.

Ya, sabar, Ratna. Kau akan keriput jika marah-marah. Daripada itu, lebih baik membuat rencana ketika di rumah papa dan mama, bukan?

Oh, terima kasih Dewi Batin, karena kehadirannya, Ratna menjadi tenang sekarang.

"Hah, mau tidur dulu, deh. Daripada liat Kak Ryu dan nambah mual."

Sepertinya Ryu tidak ambil hati dengan ucapan Ratna, malahan lelaki itu mengerutkan alis karena cukup khawatir, sebab belum ada sepuluh menit berkendara, istrinya telah mengeluhkan mual seperti tadi.

Entah kenapa, Ratna begitu keras kepala karena tidak juga mau menengguk obat anti mualnya tadi. Seperti ingin menyiksa diri sendiri saja.

Mereka berkendara cukup lama, nyaris tiga jam. Ketika telah sampai di restoran untuk istirahat sejenak, Ratna terlihat sangat lemas karena mual yang terus-terusan ia tahan, membuat Ryu lantas membawanya menuju bangku taman terdekat agar mereka bisa beristirahat sejenak.

"Kenapa rumah Mama dan Papa jauh banget, Kak?" tanya Ratna mulai mengeluh. Wajahnya teramat pucat, tetapi masih bisa mengomel tanpa henti.

"Bersabarlah, sebentar lagi sampai."

"Dari tadi itu mulu yang diucapin." Menjatuhkan kepala ke atas pundah Ryu, membuat sang lelaki hanya bisa menghela napas karena mereka terlihat agak menarik perhatian orang-orang.

"Baiklah, sekarang ayo kita masuk, sudah waktunya makan siang."

Ryu berdiri, kemudian menatap Ratna yang masih memejamakan mata dan bersandar di bahu sang suami.

"Kamu baik-baik saja, Atna?"

Gelengan kepala lemah terlihat.

"Kalau masih mual, nanti kamu minum air hangat, itu akan membuat perutmu lebih baik." Menyentuh lengan atas wanita itu, Ryu menarik Ratna dengan perlahan agar istrinya berdiri.

Suami Pengganti (END)Where stories live. Discover now