35. Kejutan

12.1K 631 17
                                    

AYO VOTE DULU SEBELUM BACA DAN KOMEN YAAA. ❤️❤️❤️

*****

Masih berada di dalam mobil, Ratna yang menyandar dan memiringkan kepalanya menghadap kaca mobil. Tidak ada yang tahu tentu saja, bahkan Inayah yang duduk di sampingnya. Wanita itu menghela napas, menetralisir perasaan tidak menentu di dada, menghapus air mata yang turun karena tiba-tiba merasa kerinduan terhadap sang suami. Namun, ia tidak ingin merepotkan lelaki yang tengah bekerja itu.

Taksi online perlahan berhenti, bahu Ratna ditepuk pelan oleh Inayah karena mengira sahabatnya itu tengah terlelap. Membangkitkan tubuh, setelah Inayah keluar dari mobil, Ratna pun cepat-cepat mengendalikan raut wajahnya dan menutup setengah wajah dengan sapu tangan.

Hira yang kini mendekatinya mengerutkan alis, menatap mata Ratna yang sedikit memerah.

"Kamu baik-baik saja, Ratna?"

Desah napas terdengar, wanita itu menggelengkan kepala.

"Entahlah, rasanya tidak menentu sekarang."

"Kayaknya ini yang dinamain bawaan bayi deh," ujar Hira, menatap Inayah yang baru selesai membayar ongkos taksi dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Sopir.

"Kenapa? Bawaan bayi? Na, lo gak apa?"

Tawa kecil terdengar, entah kenapa sekarang perasaannya menjadi lebih baik, ia benar-benar beruntung memiliki teman-teman seperti Inayah dan Hira.

"Jangan-jangan lo ngidam, ya?" tanya gadis itu menyeletuk lagi.

"Em, gue gak tahu pasti sih," ujarnya, kemudian memasuki rumah bersama. "Tapi, kayaknya mau nelepon Kak Ryu aja. Apa itu gak papa?"

Terdiam sejenak setelah duduk di sofa karena memikirkan pertanyaan Ratna, akhirnya Hira yang menjawab terlebih dahulu. Menjelaskan bahwa tidak masalah melakukan hal sedemikian, sebab Ryu adalah suami dari Ratna dan Ryu berhak tahu keadaan wanita itu sekarang. Hal yang sama pun dikatakan oleh Inayah, gadis itu menambahi apalagi jika memang keadaan Ratna tidak juga membaik, wajib memberitahukan kepada suaminya. Walau teman-temannya berada di sini, tetap saja seperti yang dijelaskan Hira tadi.

Anggukan terlihat, Ratna lantas mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat kepada suaminya, menjelaskan tentang perasaan wanita itu sekarang dan keinginannya agar Ryu lekas pulang untuk menemani dirinya. Ia juga menulis agar suaminya itu jangan khawatir karena Ratna sudah pulang dan di rumah ada kedua sahabat yang menemani dirinya.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Ryu datang dan menghampiri istrinya yang terlihat tengah tertidur pulas di sofa. Di sofa tungga masing-masing duduk dua orang gadis yang terlihat sedang mengerjakan sesuatu di laptop atau memainkan game di ponsel.

Mendengar dirinya mengucapkan salam, kedua gadis itu lantas berdiri dan menjawab sambil terdiam canggung.

"Ratna gimana?" tanya Ryu, menatap istrinya yang masih dibawa alam mimpi.

"Udah gak apa, Kak. Tadi mual dan mukanya pucet banget, jadi kami bawa pulang soalnya gak mau ke rumah sakit."

"Baiklah, kalau begitu terima kasih, ya." Ryu duduk di sandaran tangan sofa yang di sana terbaring istrinya. "Kalian sebaiknya pulang diantar oleh sopir saya, ada di luar, bilang saja saya yang memerintahkan."

Kedua gadis itu menganggukkan kepala, awalnya Hira terlihat sungkan dan mengatakan bahwa Ryu tidak perlu sedemikian, tetapi akhirnya gadis itu menerima karena tangannya sudah ditarik oleh Inayah.

"Kami makasih sekali, Kak." Kedua gadis itu lantas pergi setelah mengucapkan salam.

Hela napas terdengar, Ryu lantas menatap kembali istrinya dan mengusap kepala wanita itu. Memperhatikan wajah Ratna dan melihat sisa-sisa air mata yang mengering di pipi. Jari-jari Ryu turun mengikuti jejak air mata tersebut, hingga membuat Ratna merasa tidak nyaman dan membuka kelopak matanya. Mendapati sebuah tangan di wajahnya, ia lantas terkaget dan langsung mendudukkan diri. Terlihat agak linglung karena baru bangun dari tidurnya, Ratna lantas terbelalak karena melihat kehadiran Ryu yang duduk di sandaran sofa di dekatnya.

Suami Pengganti (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora