30. Gelisah

11.5K 648 36
                                    

BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA, DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. PENULIS MEMBUTUHKAN DUKUNGAN DARI READERS, SILAKAN BERPARTISIPASI DI CERITA INI. TERIMA KASIH, JANGAN JADI PEMBACA HANTU. ^_^

Sore hari Alvian datang ke rumah Ratna, di sana ia dibukakan pintu oleh lelaki yang menjadi suami dari wanita itu. Ketika dipersilakan masuk oleh si penghuni rumah, di ruang tamu telah terlihat kakak perempuannya yang sekarang tengah tersenyum dan mengomeli karena keterlambatan dirinya yang baru bisa datang sekarang. Bahkan, mereka mengira bahwa ia tidak bisa hadir hari ini, benar-benar sudah menjadi sesuatu yang melekat oleh diri Alvian bahwa ia sering mengurungkan janjinya karena pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

Hela napas terdengar, ia duduk di salah satu sofa tunggal di tempat ini, di hadapannya ada Ryu yang juga menempatkan diri di sofa tunggal satunya lagi, sedang Ratna dan Emma tengah duduk di tempat yang sama. Wanita itu menghidangkan teh hangat untuk dirinya dan juga terlihat menambah porsi teh Emma.

"Astaga, susah banget sih jumpa sama orang penting. Sampai dipaksa gini baru bisa datang." Sarkas Ratna, wanita itu tersenyum sambil menyesap tehnya.

Emma tertawa kecil karena mendengar ucapan wanita itu, benar sebab kalau tidak dipaksa sudah pasti Alvian beralasan tidak bisa datang karena pekerjaannya.

"Hah, harus meminta maaf berapa kali hingga kalian berdua puas."

Kedua wanita itu tertawa, sebelum Ratna ingat belum memperkenalkan antara Ryu dan Alvian.

"Eh, sampai lupa. Kak Ryu, kenalin ini Alvian, Alvian ini Kak Ryu. Sepertinya sih kalian belum pernah jumpa, kan? Alvian gak datang ke pernikahan kami soalnya," ujar Ratna, mengerutkan alis berpikir apakah kedua lelaki ini pernah bertemu sebelumnya atau tidak.

"Salam kenal, Kak."

"Salam kenal."

"Kami belum pernah bertemu, sih," jelas Alvian. Seperti yang ia duga, melihat dari wajah saja sudah menyadari bahwa Ryu bukan lah tipe yang banyak berbicara dan kemungkinan juga kurang bisa bercengkerama.

Mereka kembali mengobrol, sudah lama tentu saja bagi Ratna dan kedua kakak beradik itu tidak berkumpul bersama seperti ini. Beberapa tahun belakangan, mereka tidak pernah memiliki jadwal yang cocok untuk duduk besama seperti sekarang.

Tidak terlalu tahu arah pembicaraan, Ryu hanya menjadi penonton di tempat ini, ia tidak terlalu memikirkan hal sedemikian, malahan yang jadi pertanyaannya siapa lelaki yang kelihatan sangat akrab dengan Ratna. Ryu tahu Ratna memang memiliki beberapa teman lelaki dari kampusnya, tetapi yang terlihat tahu sebagian dari kehidupan istrinya maupun lelaki itu, tidak kah mereka terlihat teramat akrab mungkin sudah bersama sedari kecil?

Magrib hampir datang, sekita setengah jam lagi dan lantas Ryu mengundurkan diri untuk bersiap-siap.

"Ah, mungkin kami juga pamit saja, Rat." Alvian berkomentar, padahal di sini ia baru duduk tidak sampai satu jam.

"Kalian harus tinggal untuk makan malam."

"Tidak bisa, lain kali saja kalau ada waktu luang kita berkumpul, aku juga mau ke mesjid."

"Haiiss, susah si memang. Aku terserah Alvian sih, Ratna."

Gadis itu tertawa maklum, melihat Ratna yang sekarang tengah cemberut karena Alvian tidak mengabulkan keinginan untuk makan malam di rumah ini.

Mau bagaimana lagi, Alvian memang belum sempat bersih-bersih.

"Ah, pinjam baju Kak Ryu saja. Alvian bersihin diri di sini, nanti setelah salat kita makan malam bersama. Ayo dong, aku dah pesan makanan nih. Mubasir, tahu."

Suami Pengganti (END)Where stories live. Discover now