40. Enggan

11.8K 682 63
                                    

Suasana terasa begitu luar biasa ceria, ramai suka cita dan bersama sanak saudara, membuat Ratna merasa hari ini benar-benar berbeda. Ia masih mengobrol santai dengan Alvian yang juga baru saja tiba, melihat Emma yang datang dan membawakan secawan teh, wanita itu pun lantas memeluk kakak sepupu untuk mengucapkan selamat, kalau bisa terus memberikan pelukan saking ikut merasa bahagia.

Mereka berdua lantas memilih untuk mengasingkan diri di taman, berada di bangku terbuat dari kayu dan meja batu, duduk di sana memperhatikan kolam air mancur dan menyesab teh dan camilan.

"Kakak repot-repot segala."

Gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Ryu duduk di bawah pohon tidak jauh dari mereka setelah memasukkan tas ke kamar, lelaki itu mengerutkan dahi sebab melihat istirnya yang memilih untuk mengobrol dan bukannya beristirahat.

"Kamu habis ini istriahat, deh. Lihat tuh, suamimu nunggu, khawatir kali."

Sang gadis menyentuh perut sepupunya, tersenyum karena mulai terasa berbeda walau masih tidak terlalu kelihatan karena baju gamis yang dikenakan Ratna.

"Iya, habis teh ini aku istirahat, kok."

Mereka menghela napas, kemudian Emma mengatakan sesuatu.

"Gak nyangka, ya. Tahu-tahu udah pada nikah dan bahkan kamu sudah mau punya anak."

Gadis itu tertawa kecil, membayangkan bagaimana mereka ketika masih kanak-kanak dahulu. Ratna bahkan selalu mengikuti Samudera dan terlihat seperti anak lelaki. Sedangkan Alvian mengikuti mereka dan bermain masak-masakan bersama. Biasanya akan menjadi anak lelaki yang nakal dan akan kena ceramah oleh Samudera yang berperan sebagai papa.

Cerita terus bergulir, sudah hampir satu jam mereka menggobrol dan Ratna melihat suaminya datang mendekat. Lelaki itu berdiri di hadapan Ratna dan mengusap wajahnya.

"Ayo, sebaiknya istrahat dulu, Atna."

Walau terasa enggan, wanita itu akhirnya menyambut uluran tangan Ryu dan berdiri. Mengucapkan beberapa kata dan melambaikan tangan. Mereka menuju kamar yang sudah disediakan, membuka pintu dan mendudukkan diri di atas ranjang.

Melihat tas yang masih tergeletak menyedihkan di lantai, Ratna pun menyerukan kepada sang suami agar tasnya dibawa mendekat kepada dirinya.

"Kamu mau menyusun pakaian sekarang?" tanya lelaki itu dengan alis mata yang mengernyit, ia tahu Ryu terlihat enggan jika sampai Ratna menjawab seperti apa yang dipikirkan suaminya.

Gelengan kepala terlihat, ia lantas mendengkus lucu karena wajah sang suami bahkan belum berubah walau ia sudah memberikan jabaran tidak.

"Mau mandi dan hapus makeup aja, kok. Habis itu tidur."

Terlihat terdiam selama beberapa saat, Ryu akhirnya membawa tas koper itu mendekat dan membuka sandi pada kunci. Ratna lantas memilih barang-barang yang ingin ia bawa ke kamar mandi, kemudian berdiri dan menatap suaminya sejenak, mencubit pipi lelaki itu karena gemas.

Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan yang lebih nyaman untuk dibawa tidur walau masih pukul sepuluh pagi, ia pun menatap Ryu yang kini bergantian ingin membersihkan diri. Tas koper sudah kembali diletakkan di lantai seperti semula, sepertinya tentu saja belum dimasukkan ke dalam lemari. Ia menghla napas dan menjatuhkan dirinya ke atas ranjang. Keprotektifan Ryu tentu semakin menjadi ketika dirinya mengandung, Ratna lantas mengusap perutnya dan merasakan gelayar aneh karena merasa bahagia.

Ia sadar, semenjak mengandung, Ryu semakin hati-hati ketika berbicara kepadanya dan terkadang terlihat lebih mesra.

"Cintaku dibagi tiga, ya." Senyuman perlahan semakin melebar, Ratna merasakan hatinya berbunga-bunga.

Suami Pengganti (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang