39. Menghadiri Undangan

10.9K 595 23
                                    

Jangan lupa vote dan komen.
.
.
.

Ruangan berpendingin sama sekali tidak membuat Ratna menjadi lebih tenang, malah ia bertambah gelisah ketika harus mengingat jadwal ujian salah satu mata kuliah bertepatan dengan pernikahan sepupunya; Emma. Wanita itu menggigit kuku ibu jari dan hanya bisa mendesah karena tidak bisa berpikir ketika mata pelajar tengah berlangsung seperti ini.

Benar-benar sial baginya, apa yang ia bisa lakukan, malahan dosennya sering kali memberikan nilai rendah tidak tanggung-tanggung.

Hela napas kembali terdengar, hingga Ina yang duduk di sebelahnya menoleh.

"Jangan melamun terus lo, nanti kena tegur tau rasa."

Menolehkan kepala, ia mendengkuskan napas dan mencoba berkonsentrasi kembali mendengarkan penjelasan sang dosen.

Mereka keluar kelas pukul satu siang, kemudian menuju kafe bersama Ina dan Bagas yang terlihat mengekori kedua mahasiswi itu. Duduk di hadapan Ratna, Bagas lantas mengatakan kepada dua orang temannya untuk memilih menu apa pun di menu. Hari ini dia akan meneraktir mereka. Tentu saja, Ina yang mendengar pun mengerutkan alis curiga, sangat jarang hal ini terjadi dan lantas ada peristiwa langka apa hingga Bagas menjadi seperti ini .

"Kenapa lo pada? Aneh ya, mau traktir?"

Ina hanya menggeleng kepala, kemudian menatap Ratna yang sepertinya punya pemikiran sama sepertinya.

"Tumben nih, lo kesambet apaan?" tanya Inayah, gadis itu melihat menu dan berencana memesan makanan dan minuman paling mahal di kafe ini.

Dengkusan terdengar, lelaki itu memelototi Inayah yang berekspresi santai dan memanggil pelayan.

"Udah! Udah! Jangan ngambekan lo, Gas." Tawa kecil terlihat, Ratna menatap lelaki itu dan masih merasa penasaran. "Tapi, beneran nih gak papa?"

Hela terdengar kuat, lelaki itu menyandarkan punggung dan menatap suasana kafe yang agak lenggang karena jam makan siang sudah lewat sebenarnya.

"Iya, ribet banget deh gini doang."

Tawa terdengar lagi, membuat Bagas mengerut karena tidak mengerti letak lucunya berada di mana, kemudian lelaki itu menerima tepukan-tepukan semangat di tangannya oleh Ina, yang lantas menjelaskan tidak perlu memikirkan hal ini lagi. Jadi, mereka pun mulai memesan dan menunggu beberapa saat.

Makanan telah datang, hidangan yang mereka pesan adalah menu berat karena belum makan siang. Menyeruput lattenya, Ina masih menatap Bagas dengan curiga, sepertinya masih belum puas karena tidak mendapatkan penjelasan dengan akurat. Apalagi, Bagas terus-terusan seperti menghindari pertanyaan mereka tadi.

"Udah deh, jangan bawel, makan aja sana."

Lagi-lagi Bagas mengelak dari pertanyaan Inayah. Gadis itu terlihat mengerutkan bibirnya dan menyantap kembali hidangannya.

Sambil mengunyah spaghetti yang tinggal setengah, Ratna lantas dengan asa menebak-nebak kenapa peristiwa langka ini bisa terjadi. Tidak disangka, efeknya sangat luar biasa bagi teman lelakinya itu.

"Lo punya pacar, kan?"

Bagas lantas terbatuk-batuk cukup parah sampai membuat Ratna terkaget, sangat luar biasa bisa sampai seperti ini, tetapi sepertinya tebakan asal kali ini benar-benar tepat.

"Muke gile, lo. Akhirnya pacaran juga," ucap Inayah cepat menirukan logat Betawi.

Masih berusaha menstabilkan napas setelah terbatuk, Bagas mengelus dadanya dan menepuk-nepuk perlahan. Ia menatap Ratna dengan selidik, karena bingung kenapa wanita itu bisa menebak tepat sasaran. Namun, ya karena sudah ketahuan ia pun hanya bisa mendengkus keras dan mengaku.

Suami Pengganti (END)Where stories live. Discover now