37. Ngidam

13.4K 616 36
                                    

Jangan lupa vote dan komen. 🥰🥰❤️❤️

.
.
.

Selembar undangan telah dipandang beberapa kali, hela napas terdengar ketika Ratna menatapnya dan kemudian mengalihkan atensi kepada sang suami. Lelaki itu tadi sepertinya tidak berkenan karena salah satu sepupu jauhnya datang seorang diri, apalagi dia adalah lelaki lajang. Memang jika dipikir-pikir lagi, semua ini adalah keteledoran Ratna yang terlalu membebaskan karena mereka adalah bagian dari keluarga. Bagaimanapun ada adab untuk menerima tamu lelaki ketika suami belum pulang bekerja.

Itu sebabnya, Alvian sering kali menolak untuk masuk, sebab pasti telah mengetahui hal ini dan tidak enak hati terhadap suami Ratna.

Desah napas kembali diembuskan, malam semakin larut dan ia memutuskan untuk mengistirahatkan diri.

Seminggu lagi, mereka akan menuju rumah Emma untuk menghadiri acara pernikahan kakak sepupunya itu. Rasanya sekarang Ratna masih merasa gemas karena Emma yang main rahasia dengan dirinya.

Memutuskan untuk menidurkan diri, ia menarik selimut dan menolehkan kepala menghadap sang suami yang sudah memejamkan mata.

Sepertinya Ryu sudah tertidur dengan pulas, secara perlahan Ratna memiringkan tubuh dan memeluk suaminya. Menyadarkan kepala di lengan atas sang lelaki, kemudian membisikan sesuatu kepadanya.

"Maaf, Kak."

Keesokan harinya, Ratna melihat Ryu bersikap seperti biasa, ia pun merasa lega dan memutuskan untuk membuat sarapan untuk sang suami.

Hari ini ia akan pergi ke kampus, tetapi sayangnya Ryu tidak bisa mengantarkannya karena harus pergi lebih awal. Mendesah pasrah, ia akhirnya memutuskan untuk membaca sejenak sebelum jam menunjukkan pukul sepuluh. Menutup buku dan memutuskan untuk bersiap-siap dan berangkat, sesampai di kampus ia lantas mendapatkan materi untuk presentasi.

Rasanya mengejutkan dan kesal karena tidak menyangka akan mengantikan kelompok di atasnya karena mereka tidak datang.

Mencoba berpikir positif, setidaknya ia bisa selesai presentasi lebih cepat daripada membuat beban pikiran. Menatap rekannya, sepertinya pemuda itu juga sudah siap untuk maju dan mereka memulainya dengan cukup baik walau tiba-tiba seperti ini.

Satu jam selanjutnya, wanita itu menghela napas dengan pasrah dan mengajak sahabatnya untuk pergi ke kantin dan menenangkan diri dengan makan sepuasnya. Hira yang duduk di hadapan Ratna lantas menggelengkan kepala dan memberikan gadis itu air jeruk hangat walau tadi Ratna sempat ngotot ingin meminum es cappuccino.

Di samping wanita itu duduk Inayah yang tengah mengelus perut Ratna, yang kemudian tangannya disentil olehnya karena merasa risih.

"Ih, pelit banget sih lo, Rat."

"Jangan panggil gitu deh, Ayah!"

Hela napas terdengar, bagi Hira hal ini sudah biasa terjadi ketika melihat dua orang sahabatnya sedang adu mulut dan mengomel seperti ini.

"Hei, sudah! Ayo, makan. Nanti dingin loh."

Kedua sahabat yang sifatnya tidak jauh beda itu menatap Hira, kemudian serentak berkata 'siap, ibu' yang lantas membuat Hira memutar bola matanya dramatis.

.

.

.

Pulang dari kampus, ia merasakan tubuhnya agak lelah. Masih pukul empat sore dan ia memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak di atas sofa, sembari mengecek ponselnya. Ia menekan salah satu nomor, dan menghubungi Raffa yang tengah berada di restoran. Mengatakan kepada lelaki itu agar segera memasakkan kepiting dan udang asam manis karena ia kelaparan.

Suami Pengganti (END)Where stories live. Discover now