12

16.7K 1.3K 231
                                    

     Setelah sepanjang hari mendekam di kantor akhirnya Abhi bisa keluar dan kembali ke studio yang menjadi rumah keduanya.

Dia berjalan lesu menaiki tangga studio yang tak terhitung jumlahnya. Sudah lelah, harus naik tangga lagi. Lihat saja dia akan memasang lift disini agar tak bersusah payah naik turun tangga.

Sampai di lantai 3 matanya langsung mengarah ke satu objek, Mario yang tengah duduk di atas sofa sambil menyimak berita yang ada di televisi.

Karena kesibukan mereka sudah lama tak mengobrol santai, Abhi menghampiri Mario di tempatnya dan bergabung di atas sofa.

"Mumet kan lo mikir kantor? sok-sokan magang jadi direktur segala," cibir pria di sampingnya dengan wajah mengejek saat bokongnya baru saja menyentuh permukaan sofa.

"Pengen kabur rasanya. Jauh-jauh kuliah bisnis ke Australia tapi kemampuan gue tetep ke kamera." Abhi menyandarkan punggungnya lesu.

"Tapi, dikantor lo bisa ketemu lagi kan sama Gadis 'si galon air' pujaan hati lo!" Romeo tertawa mengingat kondisi tubuh Gadis pada masanya.

"Lo nggak tau aja body dia sekarang kayak gimana." Abhi meliuk-liukkan tangannya membentuk tubuh seksi perempuan.

"Kira-kira dia ingat sama gue nggak ya?" Abhi, Romeo, Gadis memang satu SMP. Romeo juga tau betul bagaimana hari-hari Gadis yang penuh bullyan itu. Apalagi saat insiden buku diary.

"Nggak lah, sama gue aja dia lupa apalagi sama lo! dia kayak orang amnesia."

Romeo hanya tertawa. Saat SMP ia juga tak terlalu dekat dengan Abhi. Hanya sebatas tau saja. Mereka bertemu di berbagai event photography yang sering mereka ikuti saat jaman SMA dan berlanjut sampai saat ini.

"Gue masih merasa bersalah banget sumpah. Kenapa juga gue harus marah waktu si Tora baca diary Gadis."

Yaa... di situlah awal permusuhan Kavin Abhivanda dan Gadis 'si galon air'. Buku diary bergambar barbie itu sengaja di ambil manusia paling jahil dalam kelas dan dibaca dengan nada tinggi di hadapan semua murid yang ada.

Buku yang berisi semua ungkapan hati Gadis tentang kondisi tubuhnya dan berbagai bullyan, juga pernyataan cintanya pada Kavin Abhivanda. Satu-satunya sahabat yang Gadis miliki saat itu.

"Jangan ge'er, aku deket-deket sama kamu cuma karena kasiahan!"

"Kamu jelek, gendut, nggak cocok sama aku!"

"Jangan dekat-dekat lagi, aku malu dikira pacar kamu!"

"Sekarang jangan pernah panggil aku lagi! lama-lama aku jijik sama kamu."

Abhi memejamkan matanya mengingat semua kata-kata keji yang keluar dari mulutnya saat itu.

Dulu, Gadis hanya bisa diam dan menunduk saat mulut kasarnya terus memaki.

Sejuta bully-an yang Gadis terima saat itu, sekalipun Gadis tak pernah menangis di depan para musuh-musuhnya. Ia berusaha kuat dan tegar saat di depan mereka. Namun, akan rapuh saat sudah di dalam kamarnya.

Karena tak tahan melihat Gadis, Kavin segera berlalu dengan hati tak tenang karena gerombolan geng yang sering menghujat Gadis langsung menyerbu serperti ikan yang mendapatkan pakan.

Moment seperti itu memang selalu mereka manfaatkan untuk membuat Gadis menangis.

Abhi masih sangat ingat, saat itu dirinya tak sepenuhnya pergi. Dia bersembunyi di balik tembok dan menyaksikan Gadis menjadi bulan-bulanan geng tukang bully.

Biasanya dia akan berlari dan menarik Gadis menjauh, kedua tangannya akan terulur membantu menutup kedua telinga Gadis.

Namun, kini kakinya sudah tak bisa berlari dan kedua tangannya sudah tak bisa membantu menutup telinganya.

After Meet You AgainDonde viven las historias. Descúbrelo ahora