35

10.8K 926 151
                                    

Abhi tengah merenungkan obrolannya dengan Kevan beberapa jam yang lalu. Tatapan sinis dan kalimat-kalimat penuh sindiran kini sudah tak ada lagi. Kevan berubah menjadi saudara kembar yang sebenarnya.

Entah siapa yang sudah membenturkan kepala pria itu ke tembok sampai otak warasnya kembali berfungsi.

Meski begitu, Abhi juga tak sepenuhnya menyalahkan sikap Kevan. Permusuhan ini dimulai sejak lama dan permusuhan ini terjadi karena mereka hidup saling terpisah dan dengan ibu yang berbeda pula.

Mamanya sudah sering mewanti-wanti agar sabar menghadapi Kevan. Mamanya memang tak pernah ikut andil merawat Kevan, tapi, sebagai seorang ibu ia bisa merasakan bagaimana perasaan anak-anaknya.

Sejak kecil Kevan sudah menjadi anak kurang perhatian, meski memiliki ibu sambung yang baik namun, sering di tinggal bisnis kesana-kemari dan membuatnya kesepian.

Selain itu kehidupan masa kecil Kevan tak seperti dirinya yang bebas bermain kesana kemari sesuka hati. Waktu yang harusnya untuk bermain-main harus Kevan gunakan untuk belajar. Hidup penuh tuntutan dan aturan, itulah mengapa Kevan tak pernah bisa menolak apapun perintah Papanya.

Kini permusuhannya sudah selesai, ia dan Kevan bisa saling intropeksi diri. Dan Kevan juga akan tutup mulut masalah identitas Kavin yang belum Gadis ketahui.

"Selamat siang .... "

Abhi mendongak saat mendengar suara yang sering mengganggunya akhir-akhir ini.

Ya, Zavia ....

Lagi-lagi wanita itu membawa paper bag yang ia yakin berisi makanan untuknya.

"Lo bisa bahasa Indonesia nggak sih? gue bilang jangan kesini, tetep aja ngeyel!" ucapnya kesal.

Seperti tak menghiraukan ucapan Abhi, Zavia tetap mengeluarkan beberapa kotak makan dari paper bag-nya.

"Sesibuk apapun kamu, jangan sampai telat makan. Aku masak ini dari pagi loh, pas udah siap aku langsung kesini." Racau Zavia yang membuat telinga Abhi sumpek. Ia juga tak peduli mau ini masakan dia, atau masakan pembantunya ia tak akan mau makan.

"Permisi mbak, kenapa siang-siang begini udah samperin pacar orang?"

Abhi tersenyum lega melihat kedatangan Gadis. Tak biasanya Gadis seberani ini, dulu-dulu Gadis hanya bisa diam di tempatnya dan memendam kekesalan bila ada perempuan mendatangi ruangannya.

Zavia tersenyum miring melihat Gadis yang kini berdiri di samping Abhi dan merangkul pundaknya.

"Alah sebentar lagi putus!"

Gadis tertawa dan menatap Abhi, "Kamu bakal putusin aku ya?" ucapnya dengan nada mengejek.

Abhi tersenyum, kini ia tahu rencana apa yang tengah Gadis luncurkan kali ini. Abhi meraih tangan Gadis dan mengecupnya beberapa kali menunjukkan betapa harmonisnya hubungannya.

"Sampai sini sudah paham kan kalau yang bakal mundur itu kamu, bukan saya?" ucap Gadis pada Zavia yang mencoba tak peduli dan terus memperlihatkan senyumnya.

"Kamu itu hanya wanita penikmat harta! lihat aja, ketemu yang lebih kaya kamu bakal tinggalin Abhi kan?"

Abhi menggebrak mejanya tak terima dengan ucapan Zavia. "Jaga ucapan lo! dia lebih berharga dari pada lo yang murahan!"

Gadis mengusap bahu Abhi agar bisa mengendalikan emosinya. Meski dirinya juga kesal setengah mati dengan wanita di hadapannya, ia harus tetap terlihat elegan. "Sabar sayang, jangan marah-marah begitu dong."

"Tapi dia keterlaluan, Dis!"

"Mbak, dari pada makan hati disini mending pulang deh. Bawa makannya itu sekalian karena pacar saya lebih milih makan masakan saya!"

After Meet You AgainWhere stories live. Discover now