25

11.6K 1K 52
                                    

"Ragu? kalau gue sih enggak. Walau bagaimana pun dia itu sudah menjadi pilihan kita, dan sebisa mungkin kita harus percaya dengan pilihan kita. Curiga hanya membuat hubungan kalian jadi keruh!"


***

         Gadis mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Otaknya sedang berfikir keras untuk mengingat-ingat dimana ia pernah bertemu Mama Abhi.

Seperti sudah mengenal lama, tapi dimana? dan kenapa ia bisa merasa seperti sudah mengenal dekat?

Karena depresinya dulu, ingatan tentang masa lalunya memang sebagian kabur, jadi ia harus ekstra mengingat orang-orang yang pernah singgah di masa lalunya.

Gadis menepuk-nepuk pelan dahinya dan mulai mengingat kembali. Kalau rasa penasaran ini belum menemukan jawaban hidupnya seperti tak tenang.

"Gadis?"

Gadis menghentikan aktifitasnya dan mendongak saat Abhi sudah berdiri di depan mejanya dengan wajah bingung.

"Kamu kenapa?" Tanya Abhi.

"Hah? nggak kenapa-kenapa. Pak Abhi butuh sesuatu?"

"Bantu cek laporan bulanan, saya mau urus proyek yang kemarin belun sempat kita bahas."

Gadis mencebikkan bibirnya kesal. Meski sudah menjadi pemimpin Abhi masih sering teledor dan terlalu santay dalam bekerja. Kemarin malam, bukannya membahas proyek yang harusnya hari ini sudah tuntas, Abhi malah mengurungnya dalam kamar untuk menonton film horor sampai pukul 9 malam.

Alhasil, pekerjaannya terbengkalai karena ia sudah lelah dan langsung di antar Abhi pulang ke apartemen.

"Kamu sih suka ngeremehin kerjaan! coba kemarin kalau kamu nggak ngajakin aku nonton, kerjaan kita hari ini udah kelar!" Gadis menggerutu sambil membereskan mejanya.

"Udah ayo, nanti siang aku mau meting sama direksi."

Keduanya memasuki ruangan Abhi dan mulai mengerjakan tugas masing-masing. Meski keduanya sudah pacaran, saat di kantor mereka tetap profesional.

"Saya tadi lihat Kevan, dia sudah mulai kerja?" Tanya Gadis disela aktifitasnya yang tengah menekuri berkas di tangannya.

"Iya, hari ini dia sudah mulai kerja. Kita juga lagi bersaing."

Gadis mendongak menatap Abhi yang kini duduk di sampinya. "Bersaing?"

Abhi terkekeh dan ikut menatap Gadis. "Pemimpin perusahaan cuma satu. Dan salah satu dari kita yang akan jadi pemimpinnya, jadi kita harus bersaing menunjukkan siapa yang paling pantas."

Gadis mengangguk paham. Meski sekarang perusahaan berada di bawah kepemimpian Abhivanda, ia paham kalau posisi Abhi hanya sementara dan bisa lengser kapan saja.

"Menurut kamu perusahaan ini bagaimana semenjak saya yang pegang?"

Sudah jelas Gadis paham bagaimana perbedaannya, karena sudah bertahun-tahun dia mengabdi disini. Tapi, untuk mengatakan jujur ia tak seberani itu, karena takut Abhi akan tersinggung dengan kejujurannya.

"Kok diam, gimana? berhasil kan saya buat perusahan ini hampir runtuh?" ucap Abhi lagi diiringi kekehan.

Gadis terkejut. Jadi selama ini Abhi sengaja membuat perusahaan ini hancur dan hampir kolaps. "Ja... jadi pak Abhi sengaja?"

"Nggak sepenuhnya sih, saya cuma mau buat sedikit pelajaran buat Papa biar tidak terlalu serakah."

"Kalau niat pak Abhi cuma bikin perusahaan ini kolaps ngapain susah-susah kerjain ini semua? udah tinggal aja nggak usah di kerjain!" Gadis kesal, jelas. Ia tahu bagaimana Pak Hendra jatuh bangun mengembangkan perusahaan ini. Meski ia dan Abhi memiliki hubungan spesial, ia tak akan berada di pihak Abhi jika sesuatu terjadi.

After Meet You AgainWhere stories live. Discover now