17

12K 1.2K 85
                                    

         Sasaran Abhi malam ini adalah Naila. Pasti Gadis sudah berbicara sesuatu yang penting padanya, dan Abhi harus tau apa saja yang Gadis bicarakan.

Namun, wanita hamil itu malah merengek manja pada suaminya minta di belikan sate maranggi dan mengabaikan semua pertanyaan yang ia lontarkan.

"Le, buruan beliin sana daripada anak lo ngiler!" Kalau bukan karena sesuatu yang mendesak, Abhi malas berurusan dengan wanita hamil rempong ini.

"Buruan Mas, seneng kalau anak kita ileran?" Paksa Naila sambil menarik-narik kerah baju Leo seperti anak kecil.

Leo menghembuskan nafas lelah. Semua permintaan istrinya tak mampu ia tolak. Dan pada akhirnya, kakinya yang sudah pegel linu tetap memaksa untuk berdiri.

"Tadi keluar sama Gadis nggak beli sekalian!" ucap Leo geram sebelum melangkah. Bukannya ia tak mau memanjakan istri tercinta, tapi tubuh ya benar-benar pegel linu minta dipijat.

"Kan mau dimanja, Papa." Naila cengengesan sambil memandang Leo genit.

Tanpa banyak kata Leo langsung beranjak pergi meninggalkan Naila dan Abhi yang masih gencar mewawancarai Naila.

Abhi yang sebelumnya berdiri gelisah, kini mengambil duduk di samping Naila.

"Jadi gimana, Nai? Gadis ngomong apa sama kamu?" Tanya Abhi benar-benar tak sabaran. Ia takut Gadis berfikir jelek padanya.

"Jangan di jawab, Nai. Dia emang tolol!"

Abhi mengumpat keras. Makhluk pengganggu bernama Romeo, tiba-tiba muncul di hadapan mereka dengan laptop di tangannya.

"Usaha dong, cupu banget jadi manusia!" ucap Romeo lagi.

Naila tertawa melihat ekspresi kesal Abhi. Sahabat suaminya itu memang sangat jarang peduli dengan wanita, dan baru kali ini dirinya melihat Abhivanda jatuh cinta.

"Kalau saran aku mending ngobrol sama mbak Gadis sekarang sebelum terlambat." Saran Naila.

Abhi menggaruk kepalanya bingung. Kenapa ia mendadak tolol begini, biasanya mulutnya sangat lancar saat melontarkan gombalan-gombalan receh yang mampu membuat Gadis tersipu.

"Udah jangan banyak mikir deh, Mas. Bilang aja, kalau Mas Abhi emang serius!"

"Tuh bocil aja paham, masa lo yang udah Om Om nggak paham!" Romeo kembali menyahut. Meski sibuk dengan laptop di pangkuannya, pria itu masih tetap menyimak obrolan sahabatnya.

Setelah mempertimbangkan matang-matang keputusannya, Abhi langsung berdiri. Ia tak boleh menjadi pengecut dan harus mempertanggung jawabkan ucapannya kemarin.

Dia harus menemui Gadis sekarang juga, dan menjadikan Gadis pacar resminya malam ini.

"Nah, gitu dong berani jadi cowok!"

"Bacot, anak setan!"

Tanpa mengganti baju setelah job tadi, Abhi langsung pergi begitu saja menuju apartemen Gadis tanpa mandi. Dia harus menjelaskan, perkara diterima atau di tolak itu urusan nanti.

Yang paling penting saat ini adalah, jangan sampai Gadis salah paham.

***

      Niat ke Apartemen Gadis harus Abhi batalkan. Ia memutar mobilnya menuju rumah orang tuanya.

Baru saja perawat yang biasa mengurus Mamanya memberi kabar bahwa sang Mama demam tinggi.

Abhi tak bisa abai begitu saja. Meski dirinya tak lagi satu rumah dengan sang mama, perhatiannya tetap tercurah besar pada wanita yang sudah melahirkan dan merawatnya sampai sebesar ini.

After Meet You AgainWhere stories live. Discover now