27

9.5K 842 123
                                    

"Masa laluku terlalu buruk untuk di ceritakan. Dan kamu, jadilah penghias cerita masa depanku."

***

        Gadis hanya diam saat berhadapan dengan Abhi. Pulang dari kantor, pria itu langsung menuju ke apartemen untuk memastikan keadaanya yang kini sudah baik-baik saja.

Lala dan juga Tania sudah pulang setelah Abhi datang. Kini keduanya sudah duduk bersampingan, namun, tak ada yang membuka suara di antara keduannya.

Gadis menunggu Abhi bicara dan Abhi bingung membuka pembicaraan. Akhirnya 10 menit mereka gunakan untuk saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kamu masih marah?" ucap Abhi akhirnya.

Gadis menggeleng. Dirinya memang tak pernah marah pada Abhi, hanya kesal saja Abhi terlalu sering bertemu dengan Kanaya.

"Berkali-kali aku udah bilang kan, jangan dengerin ucapan Kevan. Dia cuma pengen hancurin kita!"

"Tapi aku sudah termakan omongan dia." Gadis melirik Abhi yang kini mengerutkan kening bingung. "Aku hanya sekretaris kamu, Papaku bukan pemimpin perusahaan, Mamaku hanya ibu rumah tangga dan level keluargaku masih di bawah keluarga kamu. Dan aku, tidak masuk dalam kliteria mantu yang Papa kamu inginkan. Ucapan Kevan memang be.... "

Sebelum Gadis menyelesaikan ucapannya, Abhi sudah terlebih dulu mengecup bibir Gadis yang terus berbicara. Hanya menempel tak lebih, karena tujuannya untuk menghentikan Gadis berbicara yang tidak-tidak.

Setelah Gadis diam membeku barulah Abhi menjauhkan wajahnya dan mengusap lembut pipi Gadis yang masih diam dengan ekspresi terkejut.

"Udah, ya. Papa atau siapapun tidak  akan ada yang bisa halangin. Aku bukan robot seperti Kevan." Bagaimanapun caranya Abhi tak akan pernah mau terlalu di kekang. Ini hidupnya, dan hanya ia yang berhak dengan hidupnya.

"Jangan gitu, bagiamanpun dia tetap orang tua yang harus kamu hormati." Tegur Gadis. Meski Pak Hendra memang keterlaluan terhadap anak-anaknya, namun Gadis tak mau kalau Abhi sampai durhaka pada Papanya sendiri.

"Dah lah jangan bahas orang itu. Bahas kita aja."

Gadis hanya memandang Abhi sekilas setelah itu mengalihkan pandangannya. Hatinya sangat bimbang, meski ia sudah berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, tapi tetap saja pikiran-pikiran negatif tetap menghampiri kepalanya.

"Kamu itu terlalu tertutup tentang kehidupan kamu. Memang, itu privasi, tapi kenapa nama kamu aja masih di samarin meski kita sudah pacaran?" ucap Gadis akhirnya. Ia benar-benar ingin tahu siapa pria yang ia pacari kini.

Abhi masih terdiam karena bingung merespon ucapan Gadis yang tiba-tiba menyinggung namanya. "Nama depanku bagian dari masa lalu, dan aku nggak mau buka masa lalu lagi." Sejujurnya itu alasan Abhi. Saat ia mengganti nama menjadi Abhivanda, bertubi-tubi kesialan perlahan menjauhi hidupnya.

Gadis tersenyum miring, "Bahkan masa lalu kamu aja aku nggak tau sama sekali."

"Masa laluku terlalu buruk untuk di ceritakan. Dan kamu, jadilah penghias cerita masa depanku."

Lagi-lagi gombal. Abhivanda memang ahlinya mengalihkan pembicaraan serius. Lihat saja, Gadis akan mengorek sendiri siapa sebenarnya K. Abhivanda ini.

"Kalau aku bukan bagian masa depan kamu gimana?"

"Harus jadi dong! nanti aku protes sama takdir kalau sampai kamu nggak jadi masa depanku."

Gadis tertawa geli mendengar penuturan Abhi. Memang dirinya siapa belagak mau melawan takdir.

After Meet You AgainWhere stories live. Discover now