⏳ || Prolog + Introducing

1.9K 543 552
                                    

Udah siap semuanya?

🥀

Jangan lupa siapkan mentalnya sebelum membaca agar tidak terjadi hujan air mata wkwk

🥀

Happy Reading!

🥀

🎶Now Playing: Caffeine - Kau yang Tlah Pergi🎶

🥀

"Tidak semua orang benar-benar bisa merelakan sesuatu yang telah hilang"

🥀

Sudah tiga puluh menit semenjak kedatangannya, gadis berambut lurus itu masih enggan berajak dari tanah pemakaman. Dia berjongkok di depan gundukan tanah yang dipenuhi bunga mawar, di dekat nisan tergeletak asal piala kejuaraan yang nampak mulai berubah warnanya. Air matanya sudah menggenang di pelupuk mata. Seketika rasa sesak menyebar di rongga dadanya. Entah, untuk kesekian kalinya mata itu tak bisa berhenti meneteskan kristal bening yang selalu meluruh tika dirinya bertandang ketempat ini.

Semesta begitu kejam bagi seorang Nirmala Bella Wijaya, mengambil orang yang sangat dirinya cintai adalah hal yang tak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bahkan kisah memilukan itu tak seharusnya ada dalam hidupnya. Namun, Tuhan berkata lain. Sekenario baru dituliskan begitu saja dalam garis kehidupannya. Garis takdir berubah begitu cepat, bahkan itu terjadi ketika dirinya belum siap untuk semua itu.

Langit sore yang menjingga perlahan berubah gelap, baskara hendak kembali keperaduannya. Gadis itu masih tetap dalam posisi. Berbicara sendiri, bercerita tentang banyak hal. Tentang teman-teman yang jahil, guru killer, masakannya yang keasinan, tentang rasa cintanya yang masih sama dan masih banyak cerita yang keluar dari bibir mungil itu. Bella menganggap Nadav---kekasihnya---kini tengah duduk dihadapannya, mendengarkan dengan air muka penuh minat tentang apa yang tengah diceritakannya. Masa bodoh dengan orang yang akan menganggapnya gila karena berbicara sendirian di depan makam, apalagi diwaktu sore seperti sekarang.

Bella tak perduli tentang semua itu. Hanya di sini lah tempat bagi gadis itu untuk berkeluh kesah, bercerita tentang apapun yang dirasa. Karena, tidak ada yang tau betapa menderitanya dirinya. Termasuk mamanya sendiri, yang masih saja egois mementingkan nilai-nilai sekolahnya tanpa sedikitpun memeperdulikan kondisi mental anaknya yang jauh dari kata baik-baik saja. Bila tersenyum Bella pun bisa tersenyum, bila terawa Bella pun bisa tertawa. Tapi, kondisi hati siapa yang bisa mengerti? Siapa yang bisa menerka dalamnya samudera? Siapa yang terluka tidaklah lagi bisa sembuh seperti sedia kala secepat kedipan mata.

Bella mengusap pipinya yang basah karena air mata, rasa sesak dalam dadanya tak kunjung hilang. Bahkan wajah Nadav yang pucat, dengan senyuman dan mata yang terpejam erat tergambar jelas diingatannya. Hari dimana dirinya menjuarai olimpiade, dihari itu pula semesta mengambil bagian dari kebahagian hidupnya dan memporak-porandakan hatinya. Limfoma telah merenggut paksa nyawa Nadav tanpa memberi kesempatan bagi Bella untuk menunjukkan keberhasilannya.

Kisah cinta keduanya harus berakhir tanpa ada yang berniat mengakhiri, segenggam harapan berguguran, terhempas ke tanah dan tak lagi berdaya. Hatinya yang terluka telah patah, hancur berserakan tanpa dapat disusun kembali.

Menyerah.

Lelah.

Bella lelah. Hidupnya yang menjadi hampa karena luka membuatnya mati rasa.

Semilir angin sore menerbangkan rambut panjangnya, titik air yang entah sejak kapan menggantung di udara terjatuh tepat mengenai tangannya yang tengah menabur bunga mawar yang masih tersisa. Sekelebat ingatan tentang hari di mana Nadav meninggalkan dirinya untuk selamanya muncul dikepalanya. seketika dadanya menyempit, seakan oksigen telah sirna. Matanya tertutup rapat menahan sesak. Tangannya gemetar saat menarik sesuatu dari kantung bajunya, benda yang sekian lama dia simpan kini bernar-benar dalam genggaman.

Sembari menggores pergelangan tangannya, gadis itu tersenyum getir sembari menatap nisan di depannya. Senyumnya semakin lebar ketika darah segar mengucur dari pergelangan tangannya, sebelum semuanya benar-benar berakhir, gadis itu sempatkan meraih memori terindah bersama Nadav.

Nadav, tunggu Bella. Bella lelah menanti waktu untuk menyusul ke sana. Maaf, Bella memilih jalan pintas. Mama ... Bella pamit yaa? Selamat tinggal dunia, selamat tinggal luka, selamat datang ruang abadi, semoga semua rasa sakit ini berhenti sampai di sini.

Detik setelahnya gadis itu merasa pandanganya memburam, dan untuk selanjutnya mata itu benar-benar tertutup sempurna.

🥀

Haiii semuanya....

Gimana nih perasaannya hari ini? Seneng, sedih, atau biasa aja?

Prolognya gimana? Bikin penasaran atau bikin nyesek? Atau malah bikin bikin bingung?

Sabar, ini baru permulaan gaiss, jangan terburu-buru dong😂

🥀

Halo readers, salam kenal dari Mira. Senang rasanya bisa menjadi bagian dari Challenge Menulis 60 Hari bersama Arunikapublisher. Dengan membawa tema Mental Helath, selama 60 hari ke depan aku akan mengajak kalian belajar dan menyelami kisah yang aku angkat dicerita ini.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komentar sebanyak-banyaknya sebagai apresiasi kepada penulis.

Big thanks buat dindanurokta yang udah bikiin cover sekece ini.

Salam,

Namira

Magelang, 6 Januari 2021

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang