🌹 Bound [44]

16.9K 1.7K 138
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

"Dion? Papa membawakan makan siang untukmu."

Saat memasuki kamar, Jungkook melihat puteranya itu sedang terduduk menyender dikepala kasur. Baru saja dia selesai diobati oleh Hoseok.

"Bukankah Papa bilang aku tidak boleh makan siang sebagai hukuman?"

"Memangnya Papa bilang begitu?" tanya Jungkook yang kini duduk disebelah puteranya.

"Iya tadi." jawab Dion.

"Benarkah? Maaf kalau begitu. Aaaa, buka mulutmu." Jungkook menyodorkan sesuap nasi ke hadapan Dion.

"Makasih, Pa. Maafkan Dion." ucap Dion yang menerima suapan itu.

"Tak apa. Besok kau akan didaftarkan di sekolah baru oleh Daddy-mu. Jangan membuat keributan lagi, ya?" ujar Jungkook.

"Jika tidak ada yang menggangguku, aku akan diam dan tidak berulah." jawab Dion.

Jungkook menghela napasnya. "Usahakan jangan membalasnya dengan kekerasan. Kau masih kecil. Papa hanya tidak mau Dion memiliki luka lebam terus menerus seperti ini. Lihat, wajah tampanmu jadi tidak terlihat jelas, kan?"

"Luka lebam-mu kemarin baru saja sembuh, dan sekarang kau membuat luka baru lagi. Dasar anak nakal." cuit Jungkook.

"Pa, apakah besok adalah hari peringatan kematian Kakak-ku? Aunty Jennie yang bilang padaku." ucap Dion.

Jungkook tersenyum sendu. "Kau benar. Besok kita akan pergi ke makam Kakakmu untuk mendoakannya."

•••

Keluarga Kim kini sedang berada ditempat pemakaman umum untuk berziarah dan memperingati hari kematian Yoohan.

"Pa, apa Kakak-ku juga tampan sepertiku?" tanya Dion setelah mereka selesai berdoa.

"Tentu saja, tetapi Kakakmu tidak nakal dan bar-bar sepertimu." canda Jungkook.

"Memangnya aku waktu seumur Hyungie nakal?" tanya Dion.

"Iya, waktu umurmu satu tahun kau pernah memainkan senjata api milik Daddy-mu. Pokoknya kau nakal sekali, tidak bisa diam." jawab Jungkook.

"Wah, aku keren sekali ya." jawab Dion.

"Apanya yang keren?! Itu membahayakan. Senjata api itu bukan mainan untuk anak kecil." sahut Jungkook cepat.

Taehyung yang sejak tadi menyimak percakapan antara Papa dan anak itu pun terkekeh pelan. Ia kembali memandang batu nisan Yoohan. Ada kerinduan yang tak bisa ia lampiaskan. Setiap malam Yoohan kecil selalu datang ke mimpinya dengan wajah berseri, dan itu membuat Taehyung merasa semakin rindu.

Bound「✓」Where stories live. Discover now