13

10.5K 786 12
                                    

Semenjak hari itu tuan Bryan selalu mengunjungi kediaman Glen-anaknya. Dengan misi mendekatkan Glen dengan Zelvin sehingga pernikahan Glen dan Aulisya bisa batal.

Zelvin tentu saja senang karna tuan Bryan sangat baik padanya. Setiap hari hubungan keduanya- Zelvin dan tuan Bryan semakin dekat.

Tapi, dia merasa tidak enak karna dirinya hubungan Glen dan Aulisya semakin merenggang. Setiap hari mereka berdua selalu menghabiskan waktu untuk beradu mulut.

Walaupun ini semua adalah rencana ayahnya tetap saja Zelvin merasa beraalah. Memang ada setitik harapan untuknya bisa memiliki Glen. Tapi bukan ini yang dia inginkan.

Zelvin tidak ingin jika Glen menerimanya karna paksaan. Dia ingin Glen menerimanya dengan tulus.

" Kau suka bunga? " Tanya seseorang dari belakang tubuhnya.

Saat ini Zelvin tengah menyirami bubga-bunga yang di tanam di taman belakang rumah Glen. Setiap hari libur dia selalu menghabiskan waktunya hanya sekejar untuk menatap bunga-bunga ataupun merawatnya.

Zelvin menoleh dan mendapati pria yang akhir-akhir ini selalu menemuinya.

" Eh Tuan. " Ucap Zelvin kaget. Kemudian membungkukkan tubuhnya.

" Sudahku bilang jangan seperti itu. Kau cukup memanggilku dengan sebutan ayah. " Ucapnya sebari mendekat kearah Zelvin.

" Ta-tapi tu... "

" Ayah! " Potongnya.

" Umm... A-ayah." Ucap Zelvin dengan canggung.

" Santai saja nak... " Ucap tuan Bryan sebari mengelus pucuk kepala Zelvin.

Zelvin tersenyum dan kemudian mengangguk.

" Nak... " Panggil tuan Bryan.

" Iya tu__ maksudku ayah. "

" Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan sejak kemarin-kemarin. " Ujar tuan Bryan dengan serius.

Saat melihat sorot mata tuan Bryan Zelvin merasa takut.

" Tentang apa tuan? " Tanya Zelvin.

Tuan Bryan menatap Zelvin dengan tajam karna untuk kesekian kalinya pria mungil itu memanggilnya dengan sebutan 'tuan'.

Mengerti akan arti tatapan dari tuan Bryan, Zelvin pun langsung meralatnya.

" Ma-maksudku ayah. " Ralat Zelvin dengan nada pelan. Tatapan tuan Bryan kembali melembut.

" Kita bicara di ruang tengah saja. " Ucapnya kemudian berjalan menuju rumah.

Zelvin pun mengikuti langjah tuan Bryan dari belakang. Kedua tangannya saling bertau, meremas satu sama lain. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

Zelvin terus menggigit bibir bawahnya. Entahlah, saat ini dia merasa takut dan gugup secara bersamaan.

" Duduklah! " Perintah tuan Bryan saat mereka sudah sampai di ruang tengah.

Zelvin pun menuruti perintah tuan Bryan. Zelvin duduk tepat di depan tuan Bryan dengan kepala yang tertunduk.

Untuk beberapa saat tidak ada topik prmbicaraan. Tuan Bryan maupun Zelvin sama-sama diam. Namun, situasi yang seperti ini membuat Zelvin semakin gelisah.

" Dimana__ " Ucap tuan Bryan dengan menggantung ucapannya.

Zelvin mendongak, menatap kearah tuan Bryan dan menunggu lanjutan dari ucapannya.

" Orang tuamu? "

Degh....

Jantung Zelvin berdetak tidak karuan. Perasaan sakit yang mendalam kini muncul lagi. Tanpa dia sadar, Zelvin menangis tanpa suara. Hanya mengeluarkan air mata saja.

I Love You Mr. Archer [ M-Preg ] 21+Where stories live. Discover now