19

8.9K 710 35
                                    

Keesokan harinya Zelvin sudah bersiap untuk pergi sekolah. Dia pun turun menuruni tangga, kemudian menghampiri bibi Lia yang tengah sibuk memasak.

" Bibi aku berangkat sekolah dulu. " Pamit Zelvin.

" Sebentar nak. " Bibi Lia pun mengambil kotak bekal yang sudah dia siapkan untuk Zelvin.

Kemudian memberikannya pada Zelvin. Zelvin pun menerima kotak bekal itu dengan senang hati.

" Jangan lupa di makan ya dan lagi ini susu untukmu. Saat sudah di sekolah cepatlah minum susu ini. " Zelvin menganggukkan kepalanya.

" Siap bibi aku akan memakan semua makanan ini. " Ucap Zelvin dengan riang.

Bibi Lia mengelus rambut Zelvin dengan gemas. Dia senang saat Zelvin sudah kembali ceria.

Tidak sengaja Zelvin menatap kearah ruang makan yang terlihat sepi. Biasanya Glen sudah duduk manis untuk menikmati sarapannya. Tapi ini tidak.

" Apa mereka belum kembali? " batin Zelvin.

Bibi Lia yang mengerti pun langsung angkat bicara.

" Mereka masih belum turun. " Zelvin menoleh menatap bibi Lia.

Zelvin hanya ber "oh" .

" Bibi aku berangkat dulu. " Pamit Zelvin.

" Hati-hati nak. " ucap bibi Lia sambil mengelus rambut Zelvin.

Zelvin mengangguk kemudian pergi keluar rumah. Disana sudah ada supir yang siap mengantar Zelvin.

" Ayo tuan muda. " Ucap supir tersebut sambil membukakan pintu untuk Zelvin.

" Tidak pak, aku akan naik bus. Permisi. " Tolak Zelvin dengan halus.

Zelvin pun pergi dengan berjalan kaki sampai ke jalan raya. Setelah itu dia menunggu bus di sebuah halte. Tak lama bus pun datang, Zelvin langsung masuk kedalam bus.

Sekarang Zelvin ingin mandiri, dia tidak ingin merepotkan Glen. Dia juga tidak ingin memakai fasilitas yang Glen berikan untuknya.

Dan mengenai tentang rasa sakit hatinya. Zelvin mulai mengikhlaskan semuanya. Dia tidak ingin memikirkan hal itu lagi. Yang dia utamakan saat ini adalah kesehatan janinnya.

Apa Zelvin masih mencintai Glen?

Tentu saja dia masih mencitanya. Awalnya dia ingin membenci Glen, tapi Zelvin sadar ini semua bukan salah Glen. Namun, perasaannya lah yang salah.

Karna perasaannya tumbuh di waktu yang tidak tepat dan bukan dengan orang yang tepat. Saat ini Zelvin tidak akan memperlihatkan perasaannya terhadap Glen. Dia hanya ingin memendamnya sendirian.

Zelvin juga berpikir akan mulai mencari uang sendiri. Agar dia bisa dengan mudahnya untuk pergi dari rumah Glen. Jika Zelvin punya uang simpanan, dia bisa menyewa sebuah kontrakan kecil untuknya.

Zelvin tau mencari pekerjaan itu tidak mudah. Apalagi mengingat Zelvin yang masih sekolah dan di bawah umur. Tapi hal itu tidak akan menjadi hambatan untuk Zelvin. Dia tidak akan pernah menyerah.

Dia akan terus berjuang untuk hidupnya dan juga calon bayinya.

Bus yang Zelvin tumpangi berhenti di sebuah halte yang tidak jauh dari sekolahnya. Zelvin pun bergegas turun dari bus. Kemudian berjalan menuju sekolahnya.

Di sepanjang koridor banyak yang menyapanya. Zelvin pun membalasnya dengan senyuman.

Zelvin terkejut saat melihat Jeno sudah berdiri di depan kelasnya. Zelvin pun berpura-pura tidak melihatnya dan berjalan melewatinya begitu saja.

I Love You Mr. Archer [ M-Preg ] 21+حيث تعيش القصص. اكتشف الآن