Chapter 100

12.9K 1.1K 224
                                    

Seulgi POV

Aku telah tinggal di kamarku selama hampir tiga hari. Tidak ada aktivitas dan relaksasi. Meskipun aku sudah cukup tidur, namun aku bisa merasakan kelelahan di seluruh tubuhku. Dari mataku karena terlalu banyak menangis, sakit kepala, badan mati rasa karena terlalu banyak berbaring dan pikiranku.. aku lelah berpikir.

Meskipun aku mencoba yang terbaik untuk menghapus pikiran-pikiran yang tidak diinginkan itu, pikiran itu terus datang kembali. Yang harus aku lakukan adalah menangis sampai aku tertidur. Kata-kata bijak mereka tidak bisa menghancurkan perisai kesedihanku.

Aku tidak ingin seseorang berada di dekatku, aku ingin sendirian, aku benci ketika orang terus berbicara denganku. Tubuhku sama sekali tidak bisa bekerja sama. Aku tidak ingin keluar karena aku dapat melihat betapa kejamnya dunia ini bagiku.

Irene ada di sampingku tapi Rasanya dia terlalu jauh dariku. Aku meminum satu obat kemarin dan aku bisa merasakan sesuatu yang baru bagiku.. aku bermain dengan Aleyna dan itu sedikit mencerahkan suasana hatiku.

Ketika Irene mengatakan padaku bahwa kami akan memiliki bayi lagi, aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Aku tidak memikirkan pikiran itu sekarang, sepertinya itu larut di kepalaku dan berubah menjadi pikiran mengganggu lainnya. Aku ingin membenturkan kepalaku ke dinding karena pikiran itu terus menggangguku.

Pikiranku selalu mengatakan bahwa semua orang akan meninggalkanku juga, mereka ada di sini karena aku sakit tapi setelah ini.. mereka akan meninggalkanku sendiri lagi yang dimana itu lebih baik untukku. Sendirian lebih baik daripada memiliki banyak orang di sekitarku tetapi aku tidak bisa memasukkan mereka ke dalam hitungan itu.

"Apa kamu ingin keluar? Ayo jalan-jalan di taman. Jam 7 malam adalah waktu terbaik untuk berjalan-jalan bagi kita, kan?" Kata Irene.

Dia tersenyum padaku tapi aku hanya memasang ekspresi kosong. Aku menggelengkan kepalaku dan hanya melihat ke luar jendela, aku tidak menyadari bahwa hari sudah malam.

"Ayo. Ini waktu terbaik untuk keluar" dia berkata dengan riang dan meletakkan segelas air dan obatku.

Aku ingin mengatakan Tidak, tetapi aku tidak mood untuk berbicara. Aku hanya menatap ke luar jendela sementara dahiku mengerut.

Mengapa mereka bahkan membantuku melalui ini? Mereka seharusnya membiarkan aku menjadi gila.

"Minumlah ini agar kamu merasa lebih baik" dia memberiku obat.

"Jika aku minum ini, kamu akan meninggalkanku sendiri?" Aku bertanya. Wajahnya terlihat sedih tapi dia dengan cepat mengubahnya dan memberiku senyuman lebar.

"Tentu. Aku akan membiarkanmu istirahat, mungkin kita bisa keluar lain kali jika kamu merasa jauh lebih baik" dia terkekeh. Aku meminum obat yang aku tidak tahu apa itu kemudian diikuti dengan air.

"Aku akan tetap di sini sampai kamu tertidur. Jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkanmu dalam kegelapan" ucapnya dan memegang tanganku lagi. Meskipun aku melawan, dia masih ingin menahannya jadi aku membiarkannya.

Setiap kali aku menutup mata untuk tidur, aku dapat mendengar bagaimana dia menyanyikan lagu pengantar tidur untukku, tetapi aku juga dapat mendengar bagaimana suaranya pecah. Bahkan sekarang, dia membelai rambutku sambil menyanyikan lagu pengantar tidur. Dia selalu melakukan ini sebelumnya setiap kali aku merasa kesal karena pertengkaran kami atau ketika aku sakit.

Beberapa menit kemudian, aku bisa mendengar napasnya yang bergetar. Dia mencium tanganku dan aku merasakan bagaimana dia memelukku. Aku sudah mendengar tangisan itu sejak dia tinggal di sini.

Aku tanpa sadar membuka mataku dan mengerutkan kening saat aku melihatnya. Dia menyeka air matanya untuk menyembunyikannya.

Apakah itu karena aku lagi?

UIRYS Book II: Manoban Thing - JENLISA (ID) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang