Chapter 102

12.5K 1K 184
                                    

Chaeyoung POV

Aku dengan cepat menarik celana dalam dan celana pendekku. Semakin cepat aku berjalan keluar, semakin keras pula detak jantungku. Ini sangat dingin tapi keringatku bercucuran. Aku tidak seharusnya memiliki darah ini karena aku sedang hamil dan seorang wanita hamil tidak akan mengalami menstruasi selama 9 bulan.

Bertahanlah baby.

Aku menyentuh perutku saat mengambil ponsel di tempat tidurku. Aku harus menelepon Jisoo untuk menjemputku, aku benar-benar gugup hingga aku pikir aku akan pingsan kapan saja.

"Ayolah Jisoo" ucapku gemetar, menunggu dia mengangkat teleponnya. Aku mulai berkaca-kaca, aku tidak tahu persis apa yang harus aku lakukan.

Beberapa dering lagi dan Jisoo menjawabnya.

"Hello My Love, My Dear, My Sweetheart. Apakah kamu merindukanku?"

"Jisoo jemput aku" kataku sambil berlinang air mata.

"Kenapa? Apakah kamu lapar? Aku akan memesan de-"

"Jisoo, Bayinya! Jemput saja aku!"

"Kenapa dengan bayinya? Bayinya menendang?" Dia tertawa di telepon.

"Ya Tuhan Jisoo. Jika kamu tidak melakukan apa yang aku katakan, aku akan menendangmu! Aku pendarahan!" Aku berteriak.

Aku mendengar bagaimana dia mengobrak-abrik mejanya. "Aku akan ke sana sebentar lagi! Tetap tenang dan jangan terlalu banyak bergerak"

Aku menutup telepon ketika dia memberi tahuku bahwa dia akan datang. Aku mengambil mantelku di lemari jadi aku sudah siap untuk pergi ketika mobil Jisoo berhenti di depan rumah kami. Aku menyeka keringat dan air mataku, rasanya seperti baru selesai mandi tanpa menggunakan handuk untuk mengeringkanku.

Aku memakai sepatuku dan berjalan dengan hati-hati menuju ruang tamu. Ini membuatku stres. Bagaimana aku tidak bisa merasakan pendarahanku? Aku menyentuh perutku dan mengusapnya. Kamu baru berusia satu bulan di dalam perutku namun kamu sudah mengalami kesulitan.

"Tolong tetap kuat sayang" aku mulai menangis. "Dimana kamu sekarang, Jisoo?" Aku melihat ke luar untuk memeriksanya dan aku tidak bisa melihat siapa pun bahkan siluetnya. Aku menggenggam sapu tanganku dan bahkan menggigitnya hingga gerbang terbuka secara otomatis di mana mobil istriku masuk. Aku berdiri dengan cepat dan bertemu dengannya di peetengahan jalan. Ketika aku membuka pintu, dia dengan cepat memelukku dan memeriksa apakah aku baik-baik saja.

"Apa kamu baik-baik saja?" Dia menangkup pipiku dan menyeka air mataku, dia melihat ke bawah ke kakiku. "Kamu akan baik-baik saja. Bayi kita akan baik-baik saja"

Dia membantuku masuk ke dalam mobil sebelum dia mengendarainya keluar dari rumah kami. Terlepas dari penampilannya yang tenang, aku bisa melihat bagaimana dia menarik napas terdalam. Dia menggigit bibir dan mengetuk setir mobilnya saat mengemudi. Rumah sakit tidak terlalu dekat dari rumah kami.

Aku memegang tangan kanan Jisoo jadi aku bisa meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meskipun aku juga gugup, aku perlu membuatnya tenang. Aku tahu dia mengkhawatirkanku terutama bayi kami karena ini yang pertama bagi kami.

"Bernapaslah" aku mengingatkannya, dia terlihat seperti sedang menahan napas. "Aku takut kamu akan pingsan sebelum kita sampai di sana"

Dia mencium bagian atas tanganku dan tersenyum. "Bahkan di saat tersulit, kamu membuatku tersenyum" katanya. Setelah beberapa menit berkendara, kami tiba di rumah sakit. Dia buru-buru memarkir mobil kami dan membukakan pintu untukku. Dia membantuku berjalan sampai kami mencapai ruang gawat darurat.

UIRYS Book II: Manoban Thing - JENLISA (ID) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang