Last File : Our Last Decision (Part 01)

175 19 8
                                    

Judul lagu mulmed :
Sondia : A Story Never Told.
Ost. Kdrama Extra Ordinary You.
.
Akhirnyaaa...kita sampai juga dibagian ini. Sejujurnya ini Epilog, namun karena harus saya pecah menjadi 3 bagian, nggak lucu kalau disebut Epilog 😂. Maka saya putuskan untuk menjadikan 2 part terakhir sebagai Last File dan satunya lagi baru Epilog. Lagi pula mana ada Epilog panjangnya 18 lembar 😂😂.
.
Smoga kalian suka ya teman2.
..

Terima kasih untuk Kim Hye Yoon, Kim Seok Woo, dan Kim Yeong Dae yang telah menjadi inspirasi visualisasi saya untuk karakter Ara, Dirga dan Satya. Ketika kalian muncul begitu saja dalam imajinasi saya ketika sedang mengetik kisah Dark Desire menjelang pertiga ending. Padahal awalnya tidak ada bayangan siapa yang akan menjadi visualisasi Kinara. Namun image Hyeyoon sangat cocok dengan karakternya.
.
Terima kasih juga untuk kalian yang sudah membaca hingga sejauh ini. Terima kasih.
.
Part ini saya dedikasikan untuk semua yang tidak pernah menyerah dan letih dalam mengejar mimpi mereka. Mari kita sama2 berjuang ya :)
.
Warm & Regards.
*****************************

"Karena sebuah mimpi mampu membawa kita terbang sangat tinggi. Asal ada kerja keras juga doa di dalamnya"
- Dianita Diansyah-

   Saat mendapat kabar baik itu, Ara tengah berada di ruangan Satya dirawat. Yolanda sempat menemani putranya tadi, namun harus mengurus berbagai hal sekarang. Salah satunya memberikan pernyataan pada Polisi.

      Dirga memberitahu Ara, kalau kalung diska lepas itu sudah ia temukan. Di dalam villa milik Adeq Tahir. Beserta beberapa bukti lain. Sisanya, ditemukan Polisi yang tengah berada di kediaman Adeq di Surabaya. Sesuai petunjuk dari pria tersebut.

     Ara mendesah lega. Doanya terkabul. Tidak ada drama juga hal berbahaya menimpa anggota timnya. Para terdakwa juga berhasil diselamatkan dari usaha bunuh dirinya.

    Dirga kemudian meminta berbicara dengan Satya. Keduanya terlibat perbincangan serius. Satya mengangguk satu kali seraya berkata.

     “Iya aku paham...” seraya memutar bola mata. Tampak lelah. “Baiklah. Sudah dulu. Oke” dan mematikan panggilan dengan kasar.

    “Ya! Aku masih ingin bicara dengannya. Kenapa kamu menutupnya?”

    “Karena dia sedang dalam perjalanan pulang kemari” jawab Satya datar. Menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya lagi.

    “Sungguh?” Ara tertegun. Lalu melirik jam dinding. Sekarang sudah pukul sebelas lebih.

    ‘Apakah?’

    Seketika hati Ara mencelos.

    Dirga benar-benar menepati janjinya untuk segera pulang malam ini.

    Tanpa bisa menahan diri. Ara tersenyum sambil memeluk ponsel dalam dekapannya. Perbuatan kecil itu tak luput dari pandangan Satya. Seketika, ia merasa hatinya seperti tercubit.

    “ Semuanya telah berakhir dengan baik. Sekarang beristirahatlah. Kamu harus lekas sembuh oke. Apalagi, lusa merupakan sidang ulang persadana Ayahmu kan” Ara duduk di dekat ranjang Satya. Tersenyum padanya.

     “Apa kamu mau pulang?” tanya Satya. Suaranya terdengar kecewa.

    “Iya. Setelah memastikan kondisi Ibumu. Ada beberapa Agen wanita lain menemaninya saat ini di rumah. Pernyataan dibuat di rumahnya”

    “Apa ibuku kembali ke rumah itu?” Satya tertegun. Kedua alisnya terangkat naik.

    “Hanya untuk mengambil barang-barang pribadinya saja. Setelah itu Ibumu akan tidur di Hotel sampai beberapa malam sebelum....” ucapan Ara terhenti.

    “Sebelum apa?” tuntut Satya.

    Ara memukul pelan mulutnya yang kadang suka kelepasan itu.

    “Baiklah. Sudah terlanjur jadi akan kukatakan saja. Ibumu bilang akan pulang ke rumah lama kalian. Tempat sebelum Orang Tuamu....bercerai. Dan beliau akan menunggumu serta Ayahmu disana”

    Jantung Satya berdebum keras dalam rongganya sekarang. “Sungguhkah?”

    Ara mengangguk. “Apa kamu tidak sadar juga? Orang Tuamu sejak dulu saling mencintai, dan masih serta akan selalu. Saat mereka berpisah, seiring waktu Ibumu sadar kalau itu hanya kesalah pahaman semata”.

   “Tapi kupikir. Ibuku mencintai orang itu...” Satya bahkan enggan menyebut nama Stefanus.

    Ara mencebik. “Kamu ini benar-benar payah dalam urusan begini ya. Ibumu bertahan disamping ‘orang itu’ karena loyalitas. Apa kamu tak sadar, Ibumu masih menyimpan kalung diska lepas pemberian Ayahmu dan menjaganya sangat baik hingga sekarang. Itu artinya jauh dalam lubuk hatinya, Ibumu masih mengharapkan Ayahmu kembali padanya. Dan dia masih sangat mencintainya. Jika tidak, untuk apa repot-repot disimpan selama itu” Ara menjelaskan panjang lebar. Seraya melemparkan tatapan kesal ke arah pemuda dihadapannya.

    Satya menjilat bibir bawahnya yang kering. Tampak berpikir. Lalu. Ia bertanya lagi.

    “Bagaimana denganmu sendiri?”

     “Apanya?”

    “Kamu bilang aku payah dalam urusan romansa bukan? Lalu bagaimana denganmu. Apa sekarang perasaanmu sudah jelas?” tanya Satya blak-blakan.

    Ara seketika berdiri. “Satya”

    “Aku serius Kinara Liem Hartono. Bagaimana perasaanmu sesungguhnya. Setidaknya kamu harus menjawabku dengan jujur. Kali ini. Aku meminta jawaban” kata pemuda itu tegas. Menatap lurus ke dalam manik mata gelap indah perempuan dihadapannya.

    Ara seperti ikan yang habis dikeluarkan dari dalam kolam. Megap-megap kesulitan bernafas.

    “Itu” menelan saliva.

    Ia menundukkan kepala. Kedua tangan terkepal erat disamping badannya. Dan saat memejamkan netra. Hanya ada ‘dia’. Serta selalu ‘dia’ memenuhi benaknya.

    Entah sejak kapan. Sosok itu selalu mengisi pikirannya. Memenuhi hari-harinya. Juga hadir dalam setiap mimpinya.

    Ada yang bergetar dalam diri Ara. Saat sepasang kelopak matanya membuka. Ia dipenuhi sebuah tekad.

    Mengangkat wajah. Gadis itu mendekati tepian ranjang Satya. Duduk disana.

    Dijulurkannya kedua tangannya untuk menyentuh lembut punggung tangan Satya yang kini berada diatas pangkuannya sendiri.

    Satya terkejut ketika Ara melakukan hal itu. Netra mereka bertemu. Iris mereka saling memandang satu sama lain.

    Seulas senyum mengembang di wajah cantik Ara.

    Kemudian. Gadis itu berbicara.

    “Satya. Ada yang harus kusampaikan padamu. Meski awalnya sempat bingung namun aku yakin sekarang pada perasaanku. Dan itu adalah......................”

[COMPLETED STORY] The Truth Desire : #02. BII Series.Where stories live. Discover now