Last File : Our Last Decision (Part 02)

240 22 0
                                    

Judul lagu Multimedia :
Ha Hyun Woo ~ In This Silence. Ost. kdrama Stranger2.
.
Saat pertama kali dengar lagu ini sebulan lalu, dan mengetahui isi liriknya, fix akan saya masukkan sebagai epilog kisah BeAdrian. Lagunya sangat sangat menggambarkan mereka (secara keseluruhan) .
.
Selama proses membuat The Truth Desire, saya pribadi banyak mendapatkan influence dari mendengarkan lagu2 Ost. Stranger, Extra Ordinary You, BTS, dan Minseo.
.
Setelah Trilogy Desire berakhir, saya terpikir untuk membuat Spin Off.
Kira2 kisah mana enaknya ya?
Kapten Guntur?
Agam?
Atau....Satya? Kasihan doski. Di brother zone 😂
.
Baiklah, selamat membaca part dari BeAdrian. Smoga teman2 suka ya 💗
************************************

       Dua buah mangkuk berisi mie kuah plus telor setengah matang akhirnya tersaji di depan Beatrice. Tak lupa segelas besar susu strawberry jumbo. Segelas besar soda gembira milik Adrian. Dan sepiring roti bakar keju meisis dengan banyak toping susu kental manis sebagai penutup untuk mereka berdua.

    Sepasang mata Beatrice berbinar ceria. Kedua tangannya ditangkupkan depan wajah, seraya menutup netra, ia berdoa sejenak. Semua hal itu tak luput dari pandangan Adrian. Pria itu sejak tadi sudah mengulum senyum.

    Ketika kelopak Beatrice kembali membuka, dengan penuh semangat dia mengambil garpu dan sendok miliknya. Tanpa banyak bicara ia mulai mencicipi kuahnya secara perlahan-lahan.

    “Hmmmm.....” mengangkat wajah menatap Adrian. Kedua pipinya bersemu gembira.

    Adrian langsung tahu. Kalau artinya. ‘Makanan ini sangat enak sekali’.

    “Sudah kuduga kita tidak salah pilih tempat” celetuk Beatrice. Seraya melemparkan pandangan ke penjuru alun-alun kota.

    Makin malam, bukannya bertambah sepi, justru semakin ramai.

     Warung tenda yang Beatrice pilih sudah sesuai arahan para pecinta kuliner di akun khusus makanan yang tadi dia baca. Wanita itu merasa sangat bangga karena bisa menemukan satu lagi tempat makan bagus, enak, dan murah.

     “Kamu tidak mau itu?” tanya Beatrice. Kaget saat melihat Adrian memberikan telur bagiannya ke dalam mangkuk perempuan dihadapannya.

    “Kamu semakin kurus saja. Jadi ini buatmu” jawabnya kalem.

    “Hei, menurutmu gara-gara siapa juga berat badanku terus turun. Kadivku sungguh luar biasaaaa baiknya” sindir Beatrice.

    Tangan kanannya menggulung mie memakai garpu. Meniupnya perlahan agar uap panasnya sedikit hilang, lalu memasukkan satu suapan besar ke dalam mulutnya. “Astaga apa kita bisa membungkus satu lagi”

    “Apa kamu mau memakan bagianku?” tawar Adrian. Seraya menelan mie dalam mulutnya.

    “Yang benar saja. Kita belum benar-benar tinggal bersama dan aku sudah bersikap sejahat itu padamu” Beatrice mencebik.

     Adrian menatap makannya, lalu Beatrice bergantian. “Aku ikhlas kok. Lagipula, memberikan makanan pada wanita yang kamu cintai apa sebuah kesalahan”

    Beatrice membeku. Saat sadar tangan kanannnya langsung menampar punggung tangan kiri Adrian. “Ya! Kita sudah terlalu tua untuk mengucapkan kata-kata seperti itu”

    Adrian terus mengerjapkan sepasang matanya. Menatap lugu perempuan di depannya. Seketika membuat Beatrice salah tingkah.

    Berdeham. Dia menarik gelas susu strawberynya kemudian menyedot isinya. Tepat saat itulah ponselnya yang diletakkan di atas meja berdering.

    Nama si Kapten tertera pada layarnya.

    Adrian ikut melirik. Lalu berkata. “Angkatlah” sambil memasukkan suapan mie kuah lagi ke dalam mulutnya.

    Beatrice tampak berpikir sejenak. Sebelum akhirnya menekan tombol penerima dan speaker bersamaan.

    “Ya...”

    “Kanit anda dimana? Kami semua sudah sampai kantor”

    “Terus?”

    “Ya terus bukankah harus ada interogasi” Guntur terdengar bingung.

    “Iya aku tahu. Kali ini lakukanlah tanpa aku”

    “Hah?”

    “Kamu mendengarku kan? Kamu tidak ingin naik jabatan?” kata Beatrice kalem.

    “HAH?!”

    Hening sejenak.

    “Tunggu dulu. Apa anda bersama Kepala Editor sekarang?” tanya Guntur dengan nada curiga.

    “Iya”

   “ Hanya berdua?”

   “Iya?”

    “Sedang apa?”

    Beatrice menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Menatap Adrian. Pria itu dengan santainya melahap makan siang, sore, sekaligus malamnya itu.

    “Makan”

    “Di mana?”

    “Di Batu”

    “ASTAGAAAA!!!”

     Terdengar suara koor bersamaan. Beatrice mengenali suara Ikang dan Agam dibelakangnya. Sekarang dia sadar kalau bukan cuma dirinya yang menekan tombol pengeras suara.

     “Apa kalian balikan?!” kali ini suara Ikang. Terdengar antusias.

     Beatrice menggaruk ujung hidungnya. Yang kali ini betulan gatal. Menyodorkan ponselnya ke hadapan Adrian. Memberi isyarat agar pria itu menjawab pertanyaan Ikang. Sementara Beatrice mulai menusuk sepotong roti bakar, dan menyuapkannya ke dalam mulutnya.

    Adrian mendesah.

    “Halo. Kanit. Anda masih disitu kan?” suara Ikang bergema.

    “Iya” jawab Adrian akhirnya.

    Terdengar ledakan kehebohan dari ujung telpon. Adrian buru-buru mematikan panggilan secara sepihak. Ditatapnya Beatrice dan kini tengah mengedikkan bahu.

    “Ngomong-ngomong. Setelah ini kita bakal sangat sibuk karena investigasi menyeluruh di Kejaksaan juga TVC pusat juga KT Group pusat” celetuk Adrian.

    Beatrice mengangguk. “Kalau begitu, aku akan pindah ke rumah kita hari senin. Bagaimana?”

     “Apa tidak bisa besok saja?”

     “Hei, aku menyarankan begitu karena malam ini ingin menginap di Batu saja”

     Adrian tampak berpikir. “Ide bagus. Tapi apa semua rencana mendadak ini karena semangkuk mie yang ingin kamu bungkus lagi? Cuma takut dingin kalau harus dibawa pulang ke Surabaya?”

     Beatrice tertawa seraya menutup kedua tangan depan wajahnya. Satu tangannya lalu bergerak di depan Adrian.

    “Astaga. Bagaimana kamu juga bisa tahu soal itu”

    Adrian akhirnya ikut tertawa lagi. Kali ini sangat lebar.

    Dan. Malam itu mereka habiskan sambil menyantap semua sisa makanan di atas meja seraya berbincang ringan.

     Hati Beatrice terasa riang karena bisa makan dengan nyaman bersama orang yang sangat mengerti dan dia sayangi.

    Sedangkan perasaan Adrian menjadi ringan karena bisa memandang  lagi wajah bahagia wanita yang selalu ia cintai itu.

     Sejak dulu garis  antara Beatrice Iskandar dan Adrian Javas sudah tertulis dengan jelas pada buku nasib.

    Apapun yang terjadi.

    Bagaimana pun kondisinya.

     Pada akhirnya keduanya akan selalu menemukan jalan untuk kembali lagi bersama.

     Dan kali ini.

     Dibawah indahnya langit malam Kota Batu.

     Serta hangatnya tawa diantara mereka.

     Kedua anak manusia itu berdoa dalam hati. Agar senantiasa dipersatukan lagi.

    Kali ini. Untuk selamanya.

**********************************

Nggak tahu ya....padahal nggak ada scene romansa berlebihan, tapi setiap ngetik bagian BeAdrian saya beneran deg2an dong ya. Lebih parah dari nulis kisah HaLex dulu 😂😂😂😭🥰💗🙈. Iya tahu ini endingnya nggak romantis samsek tapi yawdalah. Bagi saya ini sudah sangat sangat bikin saya baper.

Komen ya, sudah berasa feelnya apa belum.

Btw, Epilog  dan preview kemungkinan baru bisa saya upload besok. Ada di gadget satunya dan ketinggal di rumah dong ya 😂😂😂 saya belum ngirim back upnya ke email. Mianhae .
.
Sampai sini dulu teman2 smoga kalian suka ya. Maaf kalau masih banyak kurangnya cerita ini .

Last pic.


   

[COMPLETED STORY] The Truth Desire : #02. BII Series.Where stories live. Discover now