E M P A T

6.5K 785 49
                                    

Haiii selamat datang lagi di ceritanya Hazel! Apa kabar kalian semuaa?

YUK BUDAYAKAN UNTUK VOTE SEBELUM MEMBACA CERITA INI!

Selamat membaca semoga sukaaakk!!

✨✨✨

"Haz lo ada jadwal habis pulang sekolah?"

Hazel menoleh menatap Falseta Annada, teman oh bukan, sahabat satu-satunya yang Hazel miliki di sekolah ini.

Hazel memang tipe yang pemilih dalam teman. Bukan karena kekayaan, status, atau ketenaran. Hazel tidak suka berbasa basi pada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.

Tahun pertama di sekolah ini, Hazel yang saat itu sudah sangat dikenal mencoba berbaur oleh semua temannya. Awalnya semua berjalan baik sampai akhirnya Hazel mendengar kata-kata yang seharusnya tidak ia dengar.

"Gue juga males nemenin si Hazel. Asli, kalau bukan karena nama Surendra di belakangnya juga masih cakepan gue kali,"

"Alah, dia tuh bukan terkenal karena bakatnya. Untung aja nyokapnya udah jadi artis duluan,"

"Kalau bukan karena abangnya ketua CASTOR juga mana ada yang mau nemenin dia,"

Masih banyak kata-kata yang semakin hari tak sengaja ia dengar. Sejak saat itu, Hazel menjadi sangat selektif dalam memilih teman. Untungnya ia dipertemukan dengan Falseta sejak tahun pertama ia bersekolah.

Falseta berasal dari keluarga yang kaya raya. Oh, bukan karena itu Hazel nyaman bersahabat dengan False. False ialah orang yang bersikap acuh dan apa adanya. False juga orang yang paling perhatian pada Hazel di balik sikap acuhnya itu. Selain itu, False juga pribadi yang asal ceplos membuat Hazel nyaman dan bisa menjadi dirinya sendiri apabila bersama False.

Selain itu, False sangat mengerti keadaannya. False tak pernah memakai atau memanfaatkan status keartisan Hazel. False juga tak seperti gadis-gadis lain yang memanfaatkan dirinya untuk bertemu dengan Safarez, abangnya yang memang terkenal apalagi setelah diangkat menjadi ketua CASTOR.

"Woi! Gue tanya malah bengong,"

Hazel mengerjap lalu terkekeh pelan. Hazel menggeleng. "Sampai empat hari kedepan gue kosong,"

Falseta mendecak. "Biasanya kalau abis kosong lama gini lo bakal pergi jauh,"

Hazel tertawa lalu mengangguk membenarkan. Tuhkan, di balik sikap acuh sahabatnya, hanya Falseta yang sangat mengerti baik tentang dirinya selain asistennya.

"Kemana lagi kali ini?" tanya Falseta.

"Deket kok. Thailand,"

Falseta mengerutkan keningnya. "Kali ini lawan main lo banci?"

Hazel melotot lalu menepuk pelan pundak Falseta. "Sembarangan!"

Falseta mengangkat kedua bahunya. "Katanya Thailand kan terkenal ama banci,"

"Lo belum pernah emangnya ke sana?"

Falseta menggeleng pelan. Hazel tertawa mengejek.

"Keliling Eropa sama Amerika udah, tapi ke Thailand belum. Gimana sih?"

Falseta mendengus membenarkan. Seakan teringat sesuatu, Falseta kembali menatap serius pada Hazel.

"Haz. Gue denger lo habis jalan sama Dietro?"

Hazel melirik lalu mengangguk sembari menulis catatan yang ada di papan tulis. Guru bahasa Inggrisnya sedang berhalangan dan menyuruh sekretaris kelas untuk mencatat di papan tulis materi kali ini.

Hold Me While You WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang