D U A P U L U H S A T U

6.2K 716 115
                                    

Haiii selamat datang lagi di ceritanya Hazel!

Sesuai janji aku, aku update lagi malam-malam!

YUK BUDAYAKAN UNTUK VOTE SEBELUM MEMBACA CERITA INI!

Selamat membaca semoga sukaaakk!!

✨✨✨

Hazel mendudukkan tubuhnya di bangku taman rumah sakit. Ia baru saja membelikan makan serta minum untuk Abangnya. Sehabis bertemu Safarez dan memastikan Abangnya itu lebih tenang, Hazel pamit dengan dalih ingin makan.

Tadi ia sempat pulang bersama Safarez untuk menyelesaikan masalahnya atas ajakkan Safarez. Setelah selesai Hazel kembali menemani Abangnya itu ke rumah sakit. Hazel tak akan membiarkan Safarez mengalami kesulitan sendiri.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Angin berhembus kencang ke tubuh Hazel yang hanya berbalut seragam sekolah dan jas milik Arga. Pengawalnya itu setia membuntutinya dan mengangguk paham kala Hazel meminta waktu sendiri. Tanpa mengurangi rasa perhatian pengawalnya itu, Arga memberikan jasnya untuk Nona mudanya yang langsung diterima Hazel dengan baik. Hazel juga memberikan ponselnya pada Arga. Ia berkata ia tidak ingin diganggu oleh siapapun membuat Arga mengangguk mengeryi.

Hazel menunduk. Tangannya mengepal. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia ingin sekali mengeluh, tetapi Hazel harus sadar diri. Cobaan yang ia hadapi tak semiris Abangnya. Sudah seharusnya Hazel masih bersyukur.

Namun, hatinya kini berdenyut begitu sakit. Memikirkan bagaimana nasib keluarganya, bagaimana nasib cinta Abangnya, dan tentu saja bagaimana nasib hatinya. Hazel meringis menyadari hubungannya dan Raja yang sangat buruk setelah satu bulan saling tak bertegur sapa. Bahkan ketika acara ulang tahun Ratu yang dilaksanakan di rumah lelaki itu, Hazel memilih tidak datang dengan dalih syuting iklan.

Hazel membiarkan air matanya turun. Bahunya bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya menahan isakan di malam yang sunyi ini.

Tak bisa berbohong, di kala waktu-waktu seperti ini, Hazel sama sekali tidak memikirkan Dietro meskipun lelaki itu berstatus sebagai kekasihnya. Dalam otak Hazel hanyalah Raja membuat Hazel menggeram.

Hazel terus menunduk bahkan tak menyadari kalau ada seseorang yang duduk di sampingnya. Ia terus menangis bahkan kini mengeluarkan isakkan kecilnya.

Dehaman seseorang membuat Hazel mendongak. Matanya membulat membuat air mata yang masih menggenang kembali jatuh dari mata indahnya.

"Bang Raja?"

Lelaki di hadapannya berdeham canggung menatap Hazel.

"Gue dihubungin Safarez katanya-"

Raja tersentak saat tiba-tiba Hazel memeluknya dengan erat. Menumpahkan tangisannya pada dada Raja. Raja menghela napas lalu tersenyum tipis membalas pelukan Hazel tak kalah erat.

Ia mengusap punggung Hazel membiarkan gadis itu mengeluarkan seluruh kesedihannya. Saat dihubungi Safarez, tanpa pikir panjang ia langsung menuju rumah sakit.

Setelah sempat berbincang sebentar dengan Safarez, Raja baru memahami kalau sebenarnya masalah yang membuat Safarez khawatir pada Hazel bukan tentang Xavera, namun masalah keluarganya yang pasti mengguncang Hazel.

"Sshh," bisik Raja pelan sembari menenggelamkan wajahnya di leher Hazel. Gadis itu selalu wangi, dan wangi inilah yang selalu Raja rindukan di setiap malamnya selama sebulan belakangan.

Saat Hazel sudah lebih tenang, Raja melepaskan pelukan mereka. Ia menangkup wajah Hazel yang penuh dengan air mata. Ia mengusap wajah gadis itu dengan lembut. Merapikan tatanan Hazel yang cukup berantakan dan berkeringat.

Hold Me While You WaitWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu