L I M A

6.6K 852 72
                                    

Haiii semuanya apa kabar? Balik lagi nih sama ceritanya Hazel!

YUK budayakan untuk vote sebelum membaca cerita ini!

BTW selamat 1M untuk CASTOR✨

Selamat membacaa semoga sukaa!!

✨✨✨

Hazel tertawa geli melihat wajah mabuk Falseta. Ia sempat terdiam saat mobil milik keluarga Falseta itu berhenti di tempat yang ia cukup kenal meskipun tak pernah memasukinya.

Hazel bukan gadis polos. Ia tahu tentang dunia malam. Pekerjaannya sebagai artis tentu saja membuat Hazel tidak buta pada tempat-tempat seperti ini walaupun ini ialah pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.

Sebenarnya Hazel gelisah. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam namun tidak ada tanda-tanda kalau Falseta mengakhiri minumannya.

Hazel sendiri prihatin dengan sahabatnya yang ternyata sedang memiliki masalah keluarga itu. Memang, harta yang banyak tak selalu menunjukkan kebahagiaan yang setara.

"Fal, udah yuk. Udah malem loh ini," ucap Hazel sembari menepuk pundak sahabatnya agar tersadar.

Hazel mendecak setiap ponselnya bergetar. Panggilan-panggilan masuk dari Safarez, Raja, bahkan Giani tidak ia hiraukan.

"Gue masih mau minum Haz. Lo gak mau?" tawar Falseta pada Hazel yang langsung di balas gelengan.

Sedari tadi Hazel hanya memesan air mineral. Entahlah ia tak cukup nyali untuk berani menyentuh minuman seperti itu.

"Gue gak mau pulang..." racau Falseta membuat Hazel menghela napasnya.

"Nih cobain Haz. Enak," sodor Falseta pada Hazel. Hazel menggeleng ragu.

"Enggak deh,"

Falseta tertawa pelan. "Takut? Takut sama siapa? Bang Farez atau Bang Raja?"

Hazel terdiam. "Gue gak takut,"

"Jelas lo takut. Haz dengerin gue. Lo patah hati waktu putus sama Nevan emangnya Bang Farez ada peduli sama lo?"

Hazel semakin terdiam menyadari ucapan Falseta sangat benar. Saat itu Hazel sedang terpuruk-puruknya menyadari pacar serta cinta pertamanya menyelingkuhinya. Setelah putus, hal yang dilakukan Hazel hanyalah menangis.

Hazel sangat ingin bercerita pada Abangnya. Hal yang sangat wajar ia lakukan dulu sebelum adanya Giani. Namun, perhatian Safarez saat itu terbagi karena Abangnya itu baru saja diangkat menjadi ketua CASTOR dan tentu saja, Giani yang sedang sakit membuat Safarez sama sekali tak melirik Hazel.

"Terus? Lo kira lo mabok Abang lo bakal peduli?"

Hazel kembali terdiam. Matabya memanas menyadari seluruh ucapan Falseta sangat benar. Tangan Hazel terulur mengambil minuman yang Falseta ulurkan. Langsung ditegaknya satu gelas yang berisi cairan bening berwarna keemasan itu.

Rasa panas yang menjalar di tenggorokannya seiring dengan air matanya yang meluruh. Hazel tersenyum pahit. Disaat orang-orang berlomba ingin mendapatkan perhatian dari dunia luar, yang Hazel inginkan hanya satu. Perhatian dari keluarganya seperti ketika ia kecil.

Hazel tersenyum miring lalu kembali menegak isi gelas yang telah diisi ulang oleh Falseta. Setelah itu ia mengusap air matanya kasar. Hazel rasa tubuhnya mulai tak baik- baik saja.

"Lo udah mulai mabok Haz?" tanya Falseta dengan kesadaran yang menipis. Lama-kelamaan sahabatnya itu tergeletak di atas meja bar. Hazel menggeleng pelan. Ia masih cukup sadar.

Ketika Hazel kembali ingin menegak minumannya, tiba-tiba gelas itu ditepak oleh seseorang hingga terlempar dan pecah membuat dirinya kini menjadi pusat perhatian.

Hold Me While You WaitWhere stories live. Discover now