T U J U H

6.3K 809 83
                                    

Halooo semuanyaa!!

Kembali lagi sama bab baru dari cerita Hazel!

Siapa yang udah gak sabar? Kali ini aku update cepet karena aku gak mau kalian selalu nunggu lama teruss..

Pokoknya aku usahain sebisa aku buat update karena mumpung tugas-tugas aku udah kelar HEHE..

YUK budayakan untuk vote sebelum membaca cerita ini!

Aku mau sedikit info, kalau kalian berminat jadi roleplayer di cerita aku, atau mau gabung di grup CASTOR, kalian bisa banget follow ig @castorofc_ dan dm kesitu! Masih ada open member dan rp loh!

AYO FOLLOW BIAR GAK KETINGGALAN BERITA TENTANG CASTOR!

boleh juga di follow ig aku @viarlamoraza

Selamat membaca semoga part ini gak bikin kalian nangis. Aku jujur lebih jago bikin pembaca nangis daripada terbang, ya gak sih?

✨✨✨

Hazel menghembuskan napas pelan. Entah Arya dan Natalia yang kompak atau memang Ayah dan Bundanya yang sengaja tiba-tiba datang dan menjemputnya, Hazel tidak tahu.

Saat Hazel masih diam merenungkan perkataan Raja, Hazel dikagetkan oleh sepasang suami istri yang merupakan orang tuanya itu yang hadir, bahkan beserta Safarez dan Giani.

Hazel sampai mengerutkan keningnya bingung. Ini kan hari sekolah. Kenapa Abang dan Kakaknya malah ikutan membolos?

"Kenapa Hazel gak mau pulang, sayang?" tanya Bundanya lembut.

Entah kebetulan atau bagaimana juga, rumah yang seharusnya ramai oleh pekerja ataupun suara kecil Ratu yang bermain kini menjadi sepi, menyisakan ia dan keluarganya di ruang keluarga yang luas ini.

Hazel memilih membuang pandangannya dibanding menatap Safarez yang jelas-jelas menatapnya dari hadapannya. Hazel sebenarnya masih ingin memperbaiki suasana hatinya setelah perkataan pedas Raja yang begitu menusuknya.

"Bunda sama Ayah ngapain di sini?" tanya Hazel menatap Bundanya yang duduk di sampingnya.

"Emangnya Bunda sama Ayah gak boleh jemput anak kami?" balas Ayahnya.

Hazel menahan diri untuk tidak mendengus. Anak katanya? Bukannya anak mereka hanya Safarez dan Giani?

"Hazel masih mau di sini," ucap Hazel pelan.

"Kok gitu?" lirih Bundanya. Hazel sampai tidak berani menatap mata sendu Bundanya. Takut melukai perempuan terhebat di hidupnya.

"Hazel lebih betah di sini Bunda," ucap Hazel lirih. Hazel menunduk. Membiarkan tangannya kini dilingkup oleh tangan halus milik Bundanya.

"Hazel gak betah di rumah? Apa yang kurang? Hazel mau perbesar kamar?"

Hazel menggeleng pelan. Pertanyaan Bundanya membuat Hazel makin meringis. Hazel tak butuh kemewahan.

"Hazel mau apa sayang? Bilang sama Bunda dan Ayah biar kami turutin," ucap Ayahnya ikut menatap dirinya.

Hazel menunduk dan menggeleng. Hazel memang memiliki kesulitan dalam mengungkapkan apa yang dia rasa. Menjadi aktris membuat Hazel memilih dan takut dalam bergaul. Kehidupannya beda dengan remaja seusianya yang bebas menceritakan kehidupan pribadi dirinya tanpa takut dunia luar mengetahui. Lain dengan Hazel yang dipaksa untuk menyimpannya untuk dirinya sendiri.

Karakter ini sudab terbentuk dari awal hingga kini. Itu sebabnya sulit untuk Hazel bisa menyampaikan apa yang sebenarnya dia inginkan, apa yang sebenarnya ia keluhkan. Mungkin semua lampiasan emosi yang ia sampaikan pada Safarez malam itu karena dipengaruhi oleh alkohol.

Hold Me While You WaitWhere stories live. Discover now