•08• First kiss

6.7K 544 30
                                    

~Kita hidup dijaman apa sih, kalau pas salah dimarahin dan dimaki, kalau pas bener dibilang tumben~

***

Bella termenung dibalkon kamarnya, dia selalu saja memikirkan anak laki-laki yang selalu menghantuinya, entah itu didalam mimpi, ataupun nyata, Bella menuruni tangga bergabung bersama keluarganya.

“Mah, Bella mau tanya dong sama Mamah, siapa sih Alvino yang sering mamah ceritain itu?” tanya Bella sambil duduk didekat Tino.

Nina mengalihkan pandangannya menatap Bella yang menunggu jawabannya, Nina mendekati Bella dan bertanya, “Apa kamu ingat waktu kamu berumur 6 tahun Bel?”

Bella menggelengkan kepalanya, memang dia tidak ingat siapapun yang dekat dengannya, bahkan sama orang tuanya pun sekarang Bella agak canggung.

“Bella nggak tau kenapa, Bella selalu kebayang anak laki-laki itu Mah, tapi Bella nggak tau dia siapa,” lirih Bella menunduk.

Tino dan Nina tersenyum, ternyata anaknya mempunyai rasa terhadap alvino. Ya, meskipun sekedar bayangan saja.

“Sayang, akhir-akhir ini kamu kenapa ngelamun terus?” tanya Nina mengusap kepala Bella.

“Bella nggak tau Mah, tapi setelah aku bersekolah di SMA PELITA, kan aku ketemu seseorang, nah dia itu orangnya galak banget, ketus lagi, pokoknya nyebelin deh, dan yang lebih parahnya dia itu pem----” Bella berhenti dengan kata-katanya saat teringat Alvino adalah pembunuh, pasti Mamah dan Papahnya tidak akan mengizinkan Bella untuk berteman dengannya.

Nina menaikan satu alisnya, “Pem? Pem apa Bell?”

Bella menggelengkan kepalanya, “Nggak Mah, dia itu penyayang, iya itu penyayang,” ucap Bella mencari-cari alasan.

Tino beranjak dari duduknya karena ingin mengerjakan tugas kantornya, sedangkan Nina sibuk dengan film yang dia tonton.

“Bella ke atas dulu Mah,” pamit Bella berjalan ke arah tangga.

Sesampainya dikamar, Bella membuka buku diary nya dia mulai memainkan bolpoin ditangannya, tangannya mulai menuliskan tentang perasaannya hari ini.

Dear diary.

Kamu.

Yang membuat hari hariku seperti nano-nano, perasaan dan pikiranku bimbang.

Membayangkanmu kadang membuatku sedih, bahagia, senang, hingga membuat air mataku jatuh.

Melupakanmu butuh waktu lama, kamu, entahlah aku pun tidak tahu kenapa aku selalu membayangkan mu.

Bahkan membayangkannya saja aku tak mampu tergapai.

Kita memang tidak saling berkomunikasi, sebenarnya siapa kamu yang ada dalam pikiranku

Kita bahkan tidak akan bertemu, Mamahku bilang, bayanganmu itu adalah kamu, Alvano........tapi aku pun tak yakin dengan itu.

Tak ada alasan untukmu bertemu denganku, rindu pun tidak.

Sedih ada, tapi aku biarkan dirimu apa adanya.

ALVINO [SELESAI] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora