•22• Rencana

1.5K 152 13
                                    

~Ketika kamu menjumpai sebuah masalah, cobalah untuk melihat dari segala segi yang tidak terlihat. Namun apabila tidak terlihat, kamu bisa menyalakan lampu.~

***

"Ini apa sih, gue nggak ngerti," gerutu Bella mengerjakan soal-soal yang gurunya berikan.

Awalnya dia ingin belajar dengan Vino, namun entah kenapa dia malas bertemu pacarnya itu. Namun siapa sangka ternyata Vino beberapa kali menghubungi dirinya saat Bella belajar, Vino mengajak Bella agar pergi ke rumah saudaranya. dengan rasa berat hati Bella mengiyakan saja ajakan Vino. Karena jika tidak, maka dirinya jauh dari kata baik-baik saja.

Bella berjalan menuruni tangga. Vino tersenyum kala melihat pacarnya yang makin hari makin cantik bak Dewi dikayangan.

"Sejak kapan lo suka natap gue kayak setan," celetuk Bella yang menatap Bella dari atas sampai bawah tak berkedip.

Vino menatap Bella tajam, padahal dia ingin memuji pacarnya itu agar selalu berpenampilan minim seperti sekarang, namun setelah mendengarkan perkataan Bella yang menganggapnya natap setan. Jadi dia urungkan saja.

"Kegeeran lo mulai meningkat ternyata," ucap Vino merangkul pundak Bella.

Saat diperjalanan pun mereka hanya diam, karena bingung ingin membicarakan apa. Vino menatap Bella dalam. "Bell, panggilannya aku-kamu yah."

Bella menggelengkan kepalanya, dia tidak mau karena sebutan itu cukup lebay untuknya, Vino mengerucutkan bibirnya kesal. Vino berasa tidak mempunyai pacar kalau begini, entah kenapa sekarang dia takut jika Bella marah kepadanya.

"Hmm ... Boleh deh, tapi nggak janji ya," Bella mengusap pundak Vino agar dirinya mau menuruti keinginan Bella.

Vino tersenyum senang, dia melanjutkan perjalanannya menuju rumah saudaranya, Bella menggibas-gibaskan tangannya karena udaranya semakin hari semakin panas.

"Kepanasan?"

"Nggak, kedinginan."

"Ck, iya maksud aku, kamu kepanasan?"

"Nggak dingin!"

Vino menghela nafas panjang, dia sekarang sudah kesal dengan perkataan Bella yang membingungkan dirinya. Bella hanya mengedikkan bahunya acuh, karena tidak tahu apa yang Vino maksud.

Sesampainya disana Bella Vino dan Bella sudah disambut dengan ramah oleh saudara Vino, namun yang Bella tidak suka ada seorang wanita yang menatap Vino seperti haus akan hasrat, Bella menatapnya dari atas sampai bawah, sudah dipastikan wanita itu seperti jalang sungguhan.

"Hallo sayang, ini siapa?" ucap wanita paruh baya mengelus kepala Bella.

"Ini Bella Tan, pacar Alvino," ucap Vino merangkul bahu pacarnya.

Bella hanya tersenyum. "Aku Bella."

"Nama yang cantik, sama seperti orangnya," ucap wanita paruh baya masuk ke dalam rumahnya.

Bella dan Vino dipersilahkan masuk ke dalam rumah tersebut, Vino menyuruh Bella agar tetap disana karena Vino ada urusan mendadak, kepergian Vino membuat Bella bimbang, karena disana saudara Vino terlihat aneh.

ALVINO [SELESAI] Where stories live. Discover now