•12• ViBel uwuw.

3.7K 304 22
                                    

~Jangan bangga dan sombong dipanggil Pak bupati, Pak camat, dan seterusnya. Karena nantinya kamu dipanggil Tuhan.~

***

Vino menatap ke arah jalanan dengan tatapan yang sulit diartikan, sekarang Vino berada dipemakaman Sean, entah kenapa hatinya selalu tidak tenang jika bersangkutan dengan Sean, dan asal kalian tahu, orang yang menyebabkan Sean meninggal adalah Vino, dia membunuh Sean akibat dendam yang mendalam.

Psikopat atau secara medis dikenal dengan kepribadian anti-sosial, merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan kurangnya empati dan kebiasaan melanggar peraturan. Seorang psikopat biasanya tidak dapat berada dalam relasi yang harmonis dengan orang lain dan mudah melakukan kekerasan. 

Psikopat merupakan bagian dari gangguan kepribadian yang termasuk dalam gangguan kepribadian kelompok B, yaitu gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku emosional yang mengganggu relasinya dengan orang lain. Orang yang mengalami gangguan ini juga sering dikaitkan dengan perilaku atau kecenderungan melakukan tindakan kriminal.

Begitupun dengan Vino yang mempunyai gangguan kepribadian, dan itu susah baginya untuk memusnahkan penyakit tersebut.

“Vin, sebenernya lo itu kenapa sih?” tanya Fahmi terheran.

“Iya Vin, lo aneh banget, lo nyesel udah bunuh Sean apa gimana sih, ini btw kita dari tadi nongkrong di pemakaman lho,” timpal Jordan melirik jam yang berada ditangannya.

Vino menatap mereka jengah, “Gue kan udah bilang, kalo mau pulang. Pulang aja duluan gue masih ada urusan.”

Vino berjalan menaiki motornya, dan meninggalkan Fahmi bersama Jordan di pemakaman tersebut, mereka saling pandang karena heran kepada Vino yang menurutnya gila.

“Gue yakin Si Vino pasti ada apa-apa sama Almarhum Sean, soalnya yah, pas gue lihat tuh matanya hitam, berasa----”

“Maksud lo Si Vino punya ilmu hitam gituh,” Potong Fahmi cepat.

Peletak

“Bukan itu maksud gue Jono!”

“Ya, terus maksud lo apa?”

Jordan menghiraukan pertanyaan dari Fahmi, dia menaiki motornya dan meninggalkan Fahmi di pemakaman sendirian, sedangkan Fahmi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “Aneh deh gue sama tuh anak dua, dan tanpa berkemanusiaan yang adil dan beradab mereka maen ninggalin gue pas lagi sayang-sayangnya!”

Vino memberhentikan motornya saat melihat Vano di hadapannya, dia turun dari motor tersebut dan bertanya, “Mau apa lo?!”

Vano tersenyum smirk, “Gue nggak suka yang namanya basa-basi, jadi gue to the poin aja ... Jauhin Bella!”

Vino menatap Vano datar, atas dasar apa dirinya memerintahkan Vino seenak jidatnya, “Gue nggak akan pernah jauhin Bella sampai kapanpun.”

“Kalo gue nggak bisa dapetin Bella, Lo juga nggak bakal bisa dapetin dia, gampang aja gue tinggal bunuh Bella dan-----”

“Lo jangan main-main sama gue Van, gue yang duluan akan bunuh lo!”

Vano tersenyum getir, Vino selalu berbicara seperti itu, namun pada saat ini pun dia belum juga membunuhnya.

“Pilih salah satu diantara Bella ... Atau Mamah lo, Tente Mila?” tanya Vano yang membuat Vino mengeraskan rahangnya.

ALVINO [SELESAI] Where stories live. Discover now