Part 12

495 59 9
                                    

2 jam kemudian.................

Ceklekk!.. Rendra membuka pintu kamar. "Makasih udah jagain Lila ya, Bi. Bibi bisa mulai kerja sekarang." Rendra memerintahkan.

"Iya, Tuan Rendra," Bi Ami menundukkan kepala lalu keluar dari kamar.

Rendra mendudukkan diri di bibir ranjang, mengelus rambut dan mengusap pipi Lila pelan. "La? Minum obat, yuk!" bujuk Rendra agar Lila membuka mata.

Melendeh Lila di kepala ranjang.

"Ini Mas juga beliin kamu bubur, makan sekalian, ya!" Rendra menyodorkan sendok yang berisi bubur itu ke mulut Lila.

Lila hanya menurut dan segera membuka mulut.

"Mas Rendra udah sarapan?" tanya Lila ditengah mengenyam.

"Nanti Mas makan, masih dibuatin sarapan sama Bi Ami."

Usai menyuapi, berganti Rendra menyodorkan obat yang ia tebus dari apotek tadi.
"Sudah, kamu tidur lagi aja!" tuturnya.

Dan Lila lanjut menyembunyikan tubuh di bawah selimut. Miring ke kanan dan ke kiri, merasa tidak nyaman serta kejur karena harus tidur terus sedari pagi.

Rendra merangkak naik ke atas tempat tidur, mensejajarkan tubuh dengan Lila. "Sudah, ayo tidur!" ucapnya meraih tubuh Lila, mendekap, dan mengelus kepala gadis itu lembut.

Mendengar perintah, Lila mencoba menutup maniknya.

Krip, Krip, Krip, Krip... Rendra membuka mata perlahan. Agaknya ia ketiduran setelah beberapa menit lalu menemani Lila. Merasakan deru nafas yang beraturan, ditatap wajah nyenyak yang masih berada dalam dekapannya. Mengecup lama kening hangat itu dan dengan hati-hati ia menarik lengannya dari tindihan Lila.

Rendra bergegas turun menuju ruang makan, disana ia melaksanakan kegiatan sarapannya yang terlalaikan "Bi," panggil Rendra pada sang pembantu.

"Iya, Tuan Rendra?"

"Nanti siang tolong bawakan makanan ke kamar Lila, ya, temani dia makan siang dan minum obat!" pesan Rendra.

"Baik, Tuan," angguk Bi Ami mengerti.

Selesai menikmati makan paginya, Rendra bangkit dari kursi, "Oh iya, setelah ini bawakan kopi ke ruang kerja saya, Bi!" Selepas itu ia melangkahkan kaki ke lantai atas dimana tempat ruangan kerjanya berada.

Daripada seharian dirumah dan tidak melakukan apa-apa, Rendra pikir akan lebih baik jika menyelesaikan pekerjaan kantor dari rumah dan meminta Pandu, Sang Sekretaris untuk mengirimkan file pekerjaan melalui media email.

Sudah berjam-jam Rendra tak beranjak dari layar laptop.

Tok, tok, tok... terdengar ketukan dari balik pintu ruang kerja.

"Masuk!" sahut Rendra masih fokus pada layar laptopnya.

Ceklek!..

Rendra memutar kepala. "Lila! Ngapain kamu kesini, emangnya udah sembuh?"

"Udah mendingan kok habis tadi siang minum obat. Aku bosen dikamar sendirian, aku disini sama Mas nggak pa-pa, ya?"

"Kan ada Bi Ami."

"Bi Ami sibuk kerja dibawah, Mas. Mas lanjutin kerja aja nggak pa-pa, aku tungguin disini," ucap Lila sembari berjalan menuju sofa panjang yang berada di ruangan itu.

Rendra pun kembali memutar kepala, fokus ke layar laptopnya.

Berpuluh-puluh menit Lila duduk dan menunggu, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Tiba-tiba saja Lila teringat suatu hal.
"Mas, tadikan aku nggak masuk. Aku belum kirim surat sakit ke sekolah."

"Tenang aja, Mas udah kabarin ke sekolah kamu tadi pagi sekalian waktu pas ke apotek," sahut Rendra peka.

"Oh gitu, makasih ya, Mas," tersenyum lega. "Mas Rendra udah makan?"

"Udah tadi pagi." jawabnya masih sibuk pada laptop.

Lila mengernyitkan mata. "Kalau siang?"

"Bentar, nerusin ini dulu bentar lagi selesai kok."

"Ya udah, tapi jangan lupa makan ya, Mas!"

"Iya."

Alhasil, sudah satu jam lamanya Lila menunggu diruangan itu, sampai beberapa kali ia menguap dan mengerjapkan-erjapkan mata.

Rendra menekan tombol shut down dan menutup laptop. Ia merenggangkan tubuh ke kanan dan ke kiri.

Tap..! Pandangannya mendapati tubuh Lila yang terbujur lelap di atas sofa panjang. Rendra mendekat, menggelengkan kepala pelan.

Kemudian lekas ia membopong tubuh itu ala bridal style, membawanya masuk dan merebahkan tubuh Lila diatas tempat tidur mereka. Menyelimuti dan mengecup kening lama, dapat dirasakan suhu tubuh yang berangsur mulai normal seperti sedia kala.

Rendra keluar, kemudian menutup pintu kamar. Turun ke lantai bawah untuk makan siang juga untuk membersihkan diri.

***

"Buka mulut!" perintah Rendra pada gadis yang duduk di kursi makan sebelahnya.

"Mas Ren.., aku bisa makan sendiri!" Mendorong pelan tangan Rendra seraya melirik ke arah Bi Ami yang menyimak kelakuan mereka dari ruang dapur.

"Kenapa? Tadi disuapi dikamar juga biasa aja. Kamu malu sama Bi Ami?" canda Rendra melirik bi Ami.

Bi Ami pun terkekeh.

"Enggak. Aku udah sembuh kok, udah bisa makan sendiri."

Tersenyum geli Rendra melihat tingkah Lila, lalu membiarkan gadis itu menyuapkan makan malam sendiri.

Di kamar lantai atas, Lila menyiapkan buku-buku yang sesuai dengan jadwal pelajaran besok dan dimasukkan ke dalam tas sekolahnya.

"Yakin kamu mau masuk sekolah besok? udah beneran enakan?" Rendra memastikan.

Lila naik ke atas ranjang mendudukkan diri di samping Rendra. "Iya, Mas aku udah enakan kok. Aku nggak mau ketinggalan pelajaran, soalnya sebentar lagi kan ujian akhir sekolah, jadi banyak jam tambahan belajar juga," terangnya.

"Oh... ya sudah kalau udah beneran sembuh, Mas cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa disekolah, ntar ngrepotin orang-orang disana."

Lila tersenyum kecut mendengar ucapan Rendra.

Terkekeh, "Kamu anak yang rajin, La! ayah sama bunda kamu pasti bangga sama kamu."

Lila tersenyum senang mendengar pujian Rendra. Namun, tersirat tatapan kesedihan dari mata Rendra saat pria itu menyebut kata 'Bunda' dalam kalimatnya.

Rendra menghela nafas berat.

Lila menggenggam kedua telapak tangan Rendra. "Sabar ya, Mas. Mas itu sukses, baik, dan tampan. Papa sama mama pasti juga bangga sama Mas Rendra!" ungkap Lila tersenyum menghibur. "Em... Mas, makasih ya udah jagain aku seharian ini," ucapnya kembali lalu sekilas mengecup pipi Rendra.

Mendapat perlakuan tiba-tiba dari Lila, tak mau hilang kesempatan. Dengan segera Rendra menarik tengkuk Lila, mencium bibir manis gadis itu dengan lembut dan hangat.

Beberapa detik adegan berlangsung mulai memanas mereka melepas ciuman, menautkan kening dan saling mengatur nafas yang memburu.

"Udah, Mas kamu pasti capek. Tidur, yuk!" ajak Lila merebahkan diri.

Di ikuti oleh Rendra yang berbaring dan mendekap erat tubuh di sampingnya.

Saling menatap satu sama lain, dan kemudian saling memejamkan mata mereka hanyut dalam mimpi dan pikiran masing-masing.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Where stories live. Discover now