Part 6

655 84 9
                                    

Kediaman rumah warisan mendiang Ayah dari Kristanto

"Apa, Bun! Satu bulan lagi?" pekik Lila tak percaya.

"Iya, La, pernikahanmu akan dipercepat satu bulan lagi. Ini keputusan dari keluarga pak Pratama dan sudah disetujui oleh ayah," Marlina menjelaskan.

Lila meraih tangan Marlina, menahan genangan air dipelupuk netranya. "Bun..."

Mendekap kedua telapak tangan itu. "Bunda harap kamu bisa mengerti ya, Nak!" harap Marlina mengiba.

Lila tersenyum, lalu mengangguk pasrah. Mungkin ini yang bisa gadis itu lakukan untuk membalas kebaikan kedua orang tuanya selama ini. "Iya, Bun, Lila mengerti. Lila tidak mau mengecewakan ayah sama Bunda, Lila akan jadi anak yang berbakti, dan rajin belajar. Lila masih ingat dengan janji Lila."

Marlina mengecup kening putrinya lama, tanpa terasa ia menitikan air mata. Di susul oleh Lila, yang sudah tak bisa lagi menahan genangan yang mengganggu indra penglihatannya.

Lila tak bisa membayangkan, bagaimana menjalani nasib kelak saat sudah sah menjadi istri dari seseorang yang tidak ia kenal. Secepat ini dan sedini ini, bahkan statusnya sekarang yang masih dibilang seorang pelajar sebentar lagi akan menyandang status sebagai seorang istri sekaligus.

Kantor pusat perusahaan Pratama

Ceklekk!... Pandu membuka pintu ruang kepala kantor. "Ya Tuhan, dia melamun lagi!" batin Pandu menggeleng-gelengkan kepala. "Ada apa Bos panggil saya?" tanya Pandu formal.
Memang Pandu adalah seorang sekretaris juga selaku teman baik Rendra. Saat berada di dalam kantor dia akan bersikap layaknya seorang sekretaris pada Bosnya, tetapi saat diluar jam kantor ia akan bersikap layaknya seorang teman kepada Rendra.

"Eh, Ndu. Sini duduk!" terjaga dari lamunan, Rendra mempersilahkan. "Gue mau undang lo ke acara pernikahan gue, Ndu."

"What! Nikah sama siapa, Bos? Saya nggak pernah lihat Bos jalan atau deket sama cewek," takjubnya.

"Ya nikah sama calon istri gue lah," jawab Rendra enteng. "Emang sih, acaranya cuma dihadiri sama keluarga terdekat doang. Tapi gue mau lo datang, Ndu. Lo udah gue anggep sebagai keluarga sekaligus sekretaris kepercayaan gue. Tapi, tolong jaga info ini rapat-rapat, ya! Jangan Sampek para karyawan tau. Gitu pesan papa."

"Pasti Bos, pasti saya datang," angguk Pandu sepenuh hati.

Kediaman rumah keluarga Pratama

Hari demi hari berganti, minggu demi minggu berlalu, waktu berjalan bagai anak panah yang melesat dari busurnya. Tibalah hari dimana kedua pasangan itu saling mengucap janji didepan Tuhan, penghulu, dan para sanksi yang telah hadir dihari sakral tersebut.

Acara ini direncanakan hanya untuk dihadiri oleh beberapa kerabat saja. Kristanto, Marlina dari keluarga Kristanto. Serta Pratama, Dalinda, Pandu, para pembantu yang ada di kediaman rumah Pratama, bahkan anak tengah Pratama yaitu, Mega sengaja pulang dari Australi demi untuk menyaksikan prosesi akad nikah Kakak laki-laki kesayangannya.

"Saya nikahkan engkau, Rendra Atha Pratama bin Pratama dengan ananda Lila Avanda Kristanto binti Kristanto, dengan maskawin perhiasan emas 24 karat seberat 12 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Lila Avanda Kristanto binti Kristanto dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana sah para saksi?" seru penghulu.

"Sah..." sahut seluruh orang yang ada disana. Serentak mereka menengadahkan tangan meminta keridhaan kepada Tuhan.

Setelah acara ijab qobul dan tukar cincin selesai dengan khidmat, dilanjutkan dengan acara prasmanan dan berbincang antar keluarga mempelai.

Rendra & Lila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang