Part 44

822 48 2
                                    

Rumah kediaman keluarga Pratama

Ceklekk!..
Terkesiap, salah seorang pembantu di rumah Pratama membukakan pintu.

"Bi, papa dimana?" tanya Rendra memecah keterkejutan pembantu itu.

"Oh, tuan Pratama ada diatas sedang membersihkan diri, Tuan."

"Cepat panggil papa, Mega, dan Dalinda turun, Bi!"

Mengangguk, "Baik, Tuan Rendra. Silahkan masuk!" ucap Sang pembantu sampai telat mempersilahkan.

Masuk mereka dan mendudukkan diri di kursi tamu. Tak lama kemudian, "Rendra, Papa senang kamu datang, Papa dan adik-adikmu juga sudah menunggu dari tadi," timbul Pratama pada sang anak laki-laki.

Mendengar suara kontak Ibu baik mengangkat kepala, bangkit dari duduk.

Jlep...! bak tertusuk benda tajam pada relung hati, Pratama tersendat di tempat. "Atha! Ngapain kamu kesini?" ujarnya kaku.

Ya, nama lengkapnya adalah Anatha. Jika di sini Ibu baik dikenal dengan Ibu Atha. Tapi, di Singapura ia dipanggil dengan Ibu Ana. Pantas jika selama ini Lila tidak memahaminya.

"Pa," tergaguk-gaguk Ibu baik menghampiri. Ditatap nanar wajah suaminya yang tengah tertegang. Glup!... menelan saliva, "Pa, maafin Mama."

"Mau apa kamu kesini? Kenapa dengan perusahaan yang kamu keras kepalakan itu?" tanya Pratama dengan tatapan tak bersahabat.

Menggeleng, "Tidak, Pa. Tolong maafkan Mama, Mama menyesal," dengan mata berkaca-kaca Ibu baik memohon.

Melihat tanggapan tak mendukung dari sang Papa Rendra pun membaur, berupaya untuk menyehatkan situasi. "Pa, tolong maafin Mama, Pa. Mama datang ke sini untuk menemui kita semua. Rendra, Mega, sama Dalinda juga butuh seorang Mama. Tolong maafin Mama, Pa!"

"Mama menyesal. Tolong izinkan Mama untuk bertemu dengan anak-anak Mama, Pa! Mama sangat merindukan mereka."

Seperti menerima panggilan telepati. Serempak terdengar teriakan dari anak tangga. "Mama!" Mega dan Dalinda lekas berhamburan memeluk sesosok yang mereka serukan.

Ibu baik balas menangkap pelukan erat kedua putrinya.

"Ma... hiks... hiks..." lirih Dalinda terisak.

"Mama kemana saja? Kenapa tidak memberi Kabar sama sekali?" Mega menimpali.

"Maafkan Mama, Nak. Sudah, yang penting sekarang Mama sudah pulang," ucap Ibu baik menenangkan, mengelus kedua puncak kepala putrinya.

"Hiks.., Mama jangan pergi lagi ya!" Mega meminta.

"Iya. Dalinda nggak mau Mama pergi lagi," Dalinda mencuatkan.

Bersilih Rendra menatap Pratama, "Pa,"

Pratama mengangkat tangan, "Cukup Rendra," potongnya. Menghela nafas kasar, "Baiklah, Atha!"

Ibu baik memusatkan perhatian pada Pratama.

"Aku memaafkan mu. Akan ku berikan satu kesempatan lagi. Dan ingat! Aku melakukan ini karena untuk anak-anak kita."

Tersenyum lapang, "Terimakasih, Pa. Mama janji, akan menjadi istri yang baik dan Ibu bertanggung jawab untuk keluarga kita. Mama akan berusaha menjadi lebih baik."

"Tapi," Pratama menambahkan. "Jika sekali kamu melanggar janji mu sendiri. Jangan harap, kamu bisa bertemu dengan anak-anak dan menginjakkan kaki di rumah ini lagi."

"Iya, Pa. Terimakasih," tunduk Ibu baik berikhlas hati.

Pratama pun tersenyum kemudian bertumbukan mendekap Ibu baik, Mega, dan Dalinda.

Rendra & Lila [END]Where stories live. Discover now