Part 5

758 85 8
                                    

Jalan lokal Bandung

Cekikkkk....! Rendra menginjak pedal rem mobilnya.
"Duh... kok gini, sih?" bergumam lirih. Akhirnya ia memutuskan keluar untuk mengecek. "Pantes. Mana jalanan sepi lagi," berucap frustasi.
Ia pun mengambil ponsel yang berada di dasbor kemudian menghubungi seseorang.

"Halo. Ndu, jemput gue, ya! Ban mobil gue kempes nih," utus Rendra.

"Yaelah, Ren... gue baru aja nyampek depan rumah. Balik lagi ini?" kesah Pandu yang merupakan sekretaris Rendra.

"Ya iya lah. Lu pikir Bos lu pulang mau ngesot apa? Nih gue share loc, buruan, Ndu! Oh iya, panggilin tukang tambal ban sekalian, ya!"

"Iya-iya, ntar gue suruh kesana tukang tambal bannya. Nih gue mau puter balik," patuh Pandu dari seberang telepon.

20 Menit kemudian......

Tengah terduduk santai di depan ruko, dari kejauhan nampak Rendra melihat seorang pria berseragam otomotif berjalan menghampiri.

"Dengan Tuan Rendra?" tanya seorang pria itu.

"Iya, Pak," jawab Rendra polos meneguk minuman kalengnya.

"Saya tukang tambal ban yang tuan Pandu minta untuk menemui Anda," memperkenalkan.

"Ah, iya. Itu mobil saya ada disitu," menunjuk kendaraanya yang ada di pinggir jalan.

"Baik, Tuan," jawab pria itu ramah.

Cekikkk....! Tak lama kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di belakang kendaraan Rendra. Seorang pria berseragam kantor keluar dari mobil tersebut. "Ren!" panggil Pandu berlari kecil menghampiri, mendudukan diri disebelah Rendra. "Kok bisa kempes sih, Ren?" tanya Pandu.

"Mana ku tau, Ndu," singkat Rendra angkuh.

"Tukang tambal bannya udah dateng?"

"Udah tuh..!" menunjuk dengan dagu.

Rendra mengangkat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, pukul 05.03. "Masih lama ya, Pak?" tak sabar ia bertanya pada tukang tambal ban yang masih fokus memeriksa mobil.

"Iya Tuan, sepertinya memang harus dibawa ke bengkel."

"Ck," berdecak. "Anterin gue ke rumah Bokap aja, Ndu! Tadi gue udah dikabarin suruh kesana. Sekalian mobil gue, kan masih dibengkel," pinta Rendra sedikit nyengir pada Pandu.

Pandu bangkit dari kursi, menghembuskan nafas kasar. "Siap bos!" katanya.

Rendra pun menyusul Pandu dengan mengangkat tubuhnya dari kursi, menghela nafas pelan. Merasakan betapa melelahkan aktivitas yang ia lewati hari ini. Ia berdiri tegap, menyembunyikan kedua telapak tangan dibelakang kepala, sekejap mengedarkan penglihatan ke sekeliling tempat.

Tap.., Tap.., Tap... Rendra menetapkan pandangan, senyumnya mengembang, kala melihat seorang gadis kecil tengah seronok melompat-lompat sembari tertawa asik.

"Hustt.., hust..!" Rendra berbisik. "Sini!.." menggerakkan jemari naik turun berisyarat memanggil.

Dengan menurut, gadis kecil itu berlari menghampiri Rendra.

Berkiat menyamakan tubuh dengan sang anak itu Rendra berjongkok. "Hey... kok main sendiri? Kesini sama siapa, sayang? Mamanya kemana?" tanya Rendra beruntun dengan nada gemas.
Yah, bukan Rendra namanya kalau tidak bertingkah saat melihat anak kecil.

"Hustt... Udah, Ren. Jangan iseng mulu! Ntar lo dikira penculik anak lagi," sergah Pandu sedikit berbisik.

Tak menggubris ucapan Pandu. Rendra malah menoel-noel pipi gembul sembari menatap mata bulat gadis kecil tersebut. Dan tiba-tiba saja, Shett..! sekelebat nampak bayangan seorang gadis bermata bulat indah dikepala Rendra. Ia pun mengerjap-erjapkan mata berulang, mengalihkan pikiran itu dari kepalanya.

Rendra & Lila [END]Where stories live. Discover now