Part 43

764 45 6
                                    

Rumah kediaman Rendra Atha Pratama

Hem... Hem... Hem... Hem......
Terjaga dari tidurnya. Samar-samar, terdengar senandungan suara di telinga Rendra. Ditengok tempat di sampingnya, kosong. "Lila." Kemana gadis itu?

Bangkit Rendra dari ranjang dan mencari sumber alunan lembut tersebut.

"Lila," panggil Rendra mendapati gadis itu tengah mondar-mandir di ruang tengah lantai atas. Menjemput, "Kenapa belum tidur?"

Menghela nafas, "Nggak bisa tidur, Mas."

Sejak mendekati masa penghujung kehamilan, selain kesulitan mengatur waktu tidur karena merasa tidak nyaman memposisikan tubuh berisinya. Akhir-akhir ini Lila juga lebih mudah gelisah dan was-was. Alhasil, setiap malam sebelum tidur ia selalu menenangkan diri dengan berjalan-jalan. Seperti yang sudah di anjurkan oleh Dokter agar mempercepat proses persalinan.

Rendra menggapai lengan gadis itu, membawanya masuk ke dalam kamar. Merebahkan diri mereka diranjang yang luas nan empuk. Rendra menarik selimut mendekap tubuh Lila.

Lila mengamati rekat paras pria yang berada di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Rendra heran.

"Mas kalau kayak gini ganteng," jujur Lila tersenyum.

Terkekeh, di usap lembut rambut Lila. "Cepat tidur!" pintah Rendra.

Lila menurut, mencoba ia memejamkan mata.

***

Zdoor... Zdoor....
Seluruh umat manusia tengah bersuka cita. Sebab hari ini, adalah hari yang dinanti-nantikan bagi sebagian besar orang. Apalagi, kalau bukan malam tahun baru. Yah, walaupun jam pergantian tahun masih berlangsung nanti malam. Akan tetapi, dari sedari pagi suara ledakan petasan dan kembang api sudah meriuh dimana-mana.

Demikian pula dengan Rendra dan Lila, petang ini mereka tengah bersiap. Rencananya, mereka ingin merayakan malam pergantian tahun bersama keluarga besar Pratama, atau lebih lanjutnya menginap. Sebab, Rendra juga telah menetapkan jadwal cuti kantor selama tiga hari ke depan. Jadi, kapan lagi kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga.

"Mas kita pakai jaket ini, ya!" Lila menunjukkan jaket Hoodie berwarna putih dengan motif gambar hati yang saling terpisah. Benar, jaket couple yang pernah Lila beli di Singapura waktu lalu. Baru kali ini, sebelumnya mereka belum sempat mencoba memakai jaket tersebut.

"Hem..." berdehem Rendra menarik alisnya.

Berseri, Lila memakaikan jaket ke tubuh Rendra.

Siap..! sekarang mereka terlihat serasi. Lila menyandingkan tubuh disebelah Rendra, menyatukan gambar hati yang saling terpisah. "Tuh.., Mas gambarnya jadi penuh nggak sendirian. Hahaha..." gurau Lila, kemudian mengelus perut buncitnya.

Tanpa Lila tau, senyum tulus tertarik tipis di bibir pria itu.

Turun dari lantai atas, Rendra langsung berlalu menyiapkan mobil di ruang garasi. Sementara Lila, ia memilih menunggu di ruang tamu.

Tok, Tok, Tok...
Celingukan Lila ke arah pintu. Tanpa pikir panjang, segara ia bangkit.

Ceklekk!.. Sumringah, Lila membulatkan mata. "Ibu baik!" pekiknya tak percaya.

"Lila," balas Ibu baik tersenyum senang.

Tuk,.. Tuk,.. Tuk,.. muncul dari ruang garasi, sosok pria berjalan hendak menyusul Lila.

Namun, Tuk! tiba-tiba langkah pria itu terhenti, melihat seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri membidiknya dari ambang pintu.

Masih menyambut Ibu baik. Dilihat Lila senyuman yang tadi ditujukan padanya, sontak perlahan meluntur. Spontan Lila membalikkan tubuh.

Dilihat Rendra yang tengah tercengang memandangi Ibu baik. "Ibu!" lirih pria itu, tetapi masih bisa didengar oleh semua yang ada di sana.

"Ibu?" latah Lila bertanya-tanya. Menoleh kembali dirinya ke arah Ibu baik, mencoba mencari kejelasan.

"Rendra!" lirih Ibu baik dengan mata berkaca-kaca. "Anakku," Tes..! lanjut menitikkan air mata.

Buru-buru Rendra menjemput wanita itu. Memeluknya erat, "Ma, Mama kemana saja? Rendra kangen sama Mama."

"Hiks... hiks... Maafkan Mama, Nak. Mama juga kangen sama kamu," ungkap Ibu baik memeluk Rendra.

Lila terperangah, tak percaya dengan pemandangan yang kini ada dihadapannya. "Ya Tuhan, ternyata..." batin Lila membekap mulut.

Sambil berderaian air mata, beruntun Rendra menyampaikan pertanyaan. "Mama kenapa nggak pernah pulang? Mama kenapa nggak pernah kasih kabar? Rendra nggak tau harus cari Mama kemana."

"Mama takut, Nak," Ibu baik melepas pelukannya.

"Kenapa?" tanya Rendra.

"Ibu takut, kalau kalian tidak mau menerima Ibu kembali."

Menggenggam tangan Ibu baik. "Mama ini bicara apa? Selama ini, Rendra, Mega, sama Dalinda nyariin Mama. Kami sayang sama Mama."

"Hiks..." Ibu baik hanya tersengguk meratapi nasib anak-anaknya.

"Ayo kita pulang, Ma! Mega sama Dalinda harus ketemu sama Mama," tegas Rendra menarik tangan wanita paruh baya itu.

"Tunggu!" Ibu baik mencegahnya.

"Bagaimana dengan papa kamu?"

"Papa," menimang-nimang. "Rendra yakin, kalau papa masih sayang sama Mama. Papa pasti bisa menerima Mama, Mama tenang saja."

Akhirnya, setelah meyakinkan Ibu baik. Mereka bertiga pun pergi ke rumah kediaman Pratama.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Where stories live. Discover now