Part 39

639 37 5
                                    

Rumah kediaman Rendra Atha Pratama

Hari ini akhir pekan. Santai Lila menyiapkan sarapan untuk pagi ini. Ia menyajikan dua cangkir kopi ke atas meja makan.

Duduk dan memulai acara makan, tak lupa juga sesekali Lila menyeruput secangkir kopinya.

Sembari memamah sarapan, diam-diam Rendra memperhatikan, "Tumben dia pagi-pagi ngopi!" membatin.

Tidak ada agenda yang harus dikerjakan selama seharian dirumah, daripada hari libur begini ditamatkan hanya untuk rebahan di kamar. Lebih menguntungkan jika Lila melakukan aktivitas yang mengasyikkan menurutnya, yaitu memasak.

Ia juga meminta Bi Ami agar menemaninya, ya... hitung-hitung ada yang bisa diajak bicara dan menyumbang tenaga.

"Non yakin, mau buat sebanyak ini?" tanya wanita paruh baya itu mengingatkan.

"Iya, Bi. Tenang aja, kuenya tahan lama kok! Rencananya, Lila mau bagiin kue ini sama temen-temen karyawan besok," ungkap Lila mengocok adonan dengan Rolling pin.

"Oh... ya sudah, terserah Non Lila kalau begitu."

Sukses adukan mengembang, Lila menuangkannya ke dalam loyang, lalu dimasukkan ke dalam oven.

"Nah... udah, Bi. Tinggal tunggu mateng aja. Makasih ya udah bantuin Lila."

"Ah... kan Non sendiri yang buat, dari tadi Bibi cuma liatin doang," ujar Bi Ami mengakui.

Lila tersenyum menggaruk tengkuk.

Jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Bersamaan, terlihatlah seseorang tengah menapak menuruni anak tangga.

"Selamat siang suamiku. Bagaimana aktivitas tidur pagimu?" canda Lila menyambut sampai di ruang makan.

"Mas Rendra, aku bikin kue nih. Cobain ya!" Menyodorkan sepotong kue ke mulut Rendra.

Rendra membuka mulut.

"Enak nggak, Mas?"

Rendra mengangguk.

"Enak nggak?"

"Ya..." jawabnya malas.

Mengecap bibir. "Huh, kebiasaan. Ya, ya mulu," batin Lila sebal.

Kantor pusat perusahaan Pratama

"Makasih, La."

"Makasih, Lila."

"Kamu baik."

"Makasih," ucap Lila menanggapi sahutan suara dari selaan kerumunan.

Nampaknya karyawan kantor begitu antusias mencicipi kue yang sengaja Lila bagikan untuk mereka. Masih berebut dan mengambil bagian, Lila memilih kembali ke ruangannya meninggalkan keramaian itu.

"Ada apa ini?" tanya seorang pria dari belakang kerubungan tersebut.

Senyap, serentak seluruh karyawan memusat pandang ke asal suara.

"Eh, Tuan Rendra. Ini, tadi Lila bagi-bagi kue gratis. Tuan Rendra mau?" jawab salah seorang karyawan.

"Lila?" Rendra melongok ke arah kue. "Oh... sudah, buat kalian saja!" ujarnya lalu berlalu dari situ.

***

"Makasih ya, La kue nya enak," ulas Pandu usai Lila duduk di kursi meja kerja.

"Sama-sama, Ndu," balas Lila tersenyum.

Tadi sebelum menyuguhkan kue-kue itu pada karyawan lain. Lila menawarkannya terlebih dahulu pada Pandu.

"Ternyata kamu jago masak, La! Hem... udah cantik, pinter, jago masak lagi. Bos beruntung banget punya istri kayak kamu."

Lila jadi tersipu mendengar pernyataan Pandu. Tapi sekejap ia memanyunkan bibir. "Boro-boro beruntung, muji masakan aku kayak kamu aja enggak, Ndu," cuanya dalam hati.

Cafe

Sore tadi Lila meminta Rendra mengantarkannya membeli susu ibu hamil di minimarket. Tapi setelah pulang, alhasil Lila malah mengajak Rendra untuk singgah ke salah sebuah cafe.

Mengerling ke arah Lila yang tengah menyeruput secangkir Espresso nya. "Kamu jadi sering ngopi sekarang?" tanya Rendra dengan suara datar.

"Iya nih, Mas. Nggak tau juga, rasanya pengin ngopi terus." Lila tak kalah heran. "Apa mungkin bawaan bayi ya?"

Rendra tertegun.

"Em... mungkin, anak kamu besok juga suka ngopi kayak kamu, hehehe..." menggaruk kepala. "Kamu nggak pesan makan, Mas?"

"Udah kenyang."

Menghela nafas. "Iya sih, sebelum kita berangkat tadi juga udah makan malam. Tapi, sekarang aku lapar lagi."

Sebab Rendra menolak memesan. Jadi, Lila menuliskan menu tambahan untuk dirinya sendiri.

"Makasih ya, Mbak," menyodorkan daftar menu pada sang pelayan. "Mas Rendra." Memanggil pria itu.

"Hem?"

"Enak ya ngopi malam-malam dicafe begini, romantis."

Rendra terkekeh kecil.

Balik Lila menanggapi dengan senyum manisnya. "Mas Rendra nggak pengin ngomong yang romantis gitu?"

"Nggak," jawabnya cepat.

Merenggut. "Kenapa? Ayo dong Mas ngomong!"

"Ngomong apa? Mas nggak punya kata-kata."

"Terserah, mau pantun kek, puisi, rayuan atau apa. Yang penting romantis."

"Ck, nggak ah."

"Ayo Mas! ini anak kamu loh yang minta. Nanti kalau dia ileran gimana?"

"Mana ada ngidam yang kayak gitu?"

"Ada dong! Ini buktinya."

Rendra menghembuskan nafas kasar.

"Aku tungguin nih," ucap Lila menyoroti Rendra.

Karena Lila terus saja memaksa. Akhirnya, pria itu pun mengalah dan pasrah menuruti kemauan ibu hamil tersebut.
Dengan gugup Rendra berkata, "Em... kopi, kopi apa yang manis?"

"Kopi apa emangnya?"

"Kopi-nang kau dengan Bismillah."

Lila menahan senyum. "Oo.. so sweet. Lagi, lagi!"

"Apa? Udah ah," menolak cepat.

"Lagi dong, sekali aja!"

"Nggah ah."

"Sekali aja, Mas Ren!" mulai mengemis.

Geram Rendra menyahut, "Kopi apa yang bikin hari suram?"

"Kopi apa?"

"Kopi-lih untuk pergi meninggalkanku."

"Ck, kok gitu sih. Nggak mau, yang bagus dong. Lagi!"

"Nggak mau."

"Lagi."

"Mbak... cepetan bawain makanannya!" Rendra bercikun ke arah meja kasir.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ