Part 17

437 47 11
                                    

Kediaman rumah Rendra Atha Pratama

Minggu pagi ini Rendra nampak berpakaian lebih rapi ketimbang hari minggu biasanya. Ia berencana akan menjemput Lila dari rumah mertuanya yaitu, Marlina dan Kristanto. Dari kamar atas ia turun hendak ke ruang garasi.

Tok, tok, tok..! Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu utama, Rendra pun memutar langkah. "Iya sebentar."

Ceklekk!.. Rendra membuka pintu.

Seseorang dari balik pintu itu tertegun, menelan salivanya.

Tak kalah terkejut Rendra mendelik. "Ngapain lo kesini?" tanyanya tak suka.

"Saya mau ketemu Lila, Bang."

Rendra melipat kedua tangan. "Ada perlu apa ketemu sama Lila?"

"Em... Gini, Bang. Sekarang kan hari ulang tahunnya Lila, saya mau ajak Lila jalan."

"Nggak." Dengan cepat Rendra menghalang. "Jangan ngarep lo bisa jalan sama Lila."

"Bang, tolong izinin saya, Bang. Saya serius sama Lila," memohon.

"Apa?" Rendra memanas mendengar ucapan seseorang yang berhasil membuatnya geram beberapa bulan lalu siapa lagi kalau bukan, Irpan.

"Iya, Bang. Saya mau serius sama Lila."

Tak bisa menahan diri lagi, Pow..! sontak Rendra mendaratkan pukulan ke pipi Irpan. "Pergi lo sekarang dari rumah gue!"

"Bang, izinin saya ketemu sama Lila doang, Bang. Saya cinta sama Lila."

Pow..! Kembali Rendra mendaratkan pukulan ke pipi satunya.

Sementara Bi Ami yang menangkap bunyi keributan segera keluar dari dalam rumah. Melerai dan mencegah Rendra untuk kembali mendaratkan pukulan pada Irpan. "Eh, Tuan Rendra, sudah-sudah! Ada apa ini sebenarnya?"

Rendra menjauhkan diri dari Irpan. "Bi, jangan biarin bocah ini masuk atau datang kesini lagi," perintahnya pada sang pembantu.

"Pergi lo sekarang atau abis lo sama gue!" teriak Rendra pada Irpan.

Irpan pun terkoyong bangkit lalu cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu.

Dengan sedikit kacau Rendra masuk kedalam rumah menuju ke ruang garasinya.

Rumah kediaman warisan mendiang Ayah dari Kristanto

Bim!.. Bim!..

"Itu pasti suara klakson mobilnya Mas Rendra," gumam Lila dari dalam rumah.

Ceklekk!.. Belum sempat Rendra mengetuk pintu, Lila sudah membukanya duluan.

"Mas Rendra," binarnya memeluk tubuh Rendra.

"Nak Rendra, ayo silakan masuk!" Marlina yang baru saja muncul mempersilahkan.

"Ayo, Mas. Masuk!" Lila mencekal dan menggiring tangan Rendra untuk duduk dikursi. "Mas Rendra udah sarapan belum? Aku buatin kopi, ya!" Berkenan bangkit dari kursi.

"Eh, nggak usah, La tadi udah dibuatin sama Bi Ami." Mencegah tangan Lila.

Kristanto pun turut serta menyambut Rendra bersama dengan Marlina dan Lila.

Sudah dua jam mereka menghabiskan waktu di ruang tamu itu. Setelahnya Rendra meminta Lila untuk segera mengepak barang-barang sekolah dan bergegas pulang kerumah mereka.

"Yah, Bun. Rendra sama Lila izin pulang dulu. Makasih sudah jagain Lila selama seminggu ini," pamit Rendra mencium kedua punggung tangan sang mertua.

"Iya, Nak. Ayah sama Bunda titip Lila, ya. Terimakasih juga sudah menjaga Lila saat dia jauh dari kami," Kristanto mengimbangi.

"Iya, Yah."

"Lila pulang dulu ya, Yah, Bun," ucap Lila bergantian mencium punggung tangan Kristanto dan Marlina.

Rumah kediaman Rendra Atha Pratama

Bim!.. Bim!..

Bersamaan Rendra dan Lila keluar dari dalam mobil. "La, kamu masuk dulu gih! Mas mau ambil barang bentar."

"Oh iya, Mas." Dengan membopong tas sekolah Lila memasuki rumah.

Sesampainya Lila berada di ruang tengah.

Pet..! Tiba-tiba lampu utama ruangan itu mati. Gelap gulita, mata Lila tak dapat menangkap apapun disana, ia tak mempunyai nyali untuk beranjak atau melangkahkan kaki dari tempat.

Tuk.., tuk.., tuk... menggema suara langkah kaki dari arah belakang tubuhnya, Lila pun langsung membalikkan badan.

"Happy birthday to you.. Happy birthday to you.. Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday to you..."

Samar-samar cahaya lilin berbentuk angka 18 itu ditatap nanar oleh Lila. Memberikan sedikit pencahayaan pada ruang yang kini tengah di landa kegelapan.

Dengan perlahan Rendra berjalan mendekati Lila. "Selamat ulang tahun, Istriku. Ayo, tiup lilinnya!"

Lila tersenyum haru. Ia menarik nafas berkiat meniup lilin itu.

"Eitss.., jangan lupa berdo'a dulu!" Rendra mengingatkan.

Lila terkekeh kecil, lalu memejamkan kedua matanya dan menengadahkan tangan. "Tuhan. Semoga engkau selalu meridhoiku, semoga engkau berikan kesehatan dan panjang umur untuk orang-orang yang aku sayangi dan menyayangiku, semoga kebahagiaan yang aku dapatkan selama ini tidak akan pernah berakhir. Amiin." Lila membuka mata, kemudian meniup padam lilin itu dalam satu tiupan.

Seketika suasana ruangan kembali gelap gulita. Tapi tak lama, lampu utama ruangan kembali menyala terang. Pet..!

"Happy birthday day..." Sontak ucapan serempak mengejutkan Lila, segera ia memutar tubuhnya.

Kristanto, Marlina, Pratama, Dalinda, dan Bi Ami, mereka semua ada di situ. Mereka menjemput Lila bergantian mengucapkan selamat.

"Ayah, Bunda, bukannya tadi kalian masih dirumah. Bagaimana kalian bisa disini?" Lila terheran.

Terkekeh, Marlina mengelus puncak kepala anaknya.

"Papa! Dalinda! Lila tidak menyangka kalau kalian semua ada di sini."

Kristanto tersenyum. "Iya, La ini semua karena Mas Rendra. Mas Rendra yang sudah merencanakan kejutan ini untuk mu."

Lila berganti menatap Rendra, tersenyum. "Makasih ya, Mas Rendra."

"Iya, sayang. Sekarang saatnya potong kue." Rendra memberikan pisau kecil kepada Lila.

Lila memberikan potongan pertama kue tersebut dan menyuapkannya kepada Rendra. Kemudian untuk potongan selanjutnya ia berikan pada yang lain, Kristanto, Marlina, Pratama, Dalinda, dan Bi Ami.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang