Part 19

403 40 5
                                    

Duduk santai di atas ayunan kayu, Lila menikmati sepoian angin siang sembari mengamati rindang dan hijaunya area taman samping rumah Rendra.

Tiba-tiba, pandangannya terhalangi oleh sepasang telapak tangan yang menutupi Indra penglihatannya.

Diraba Lila sepasang telapak tangan itu, kedua sudut bibirnya tertarik. "Mas Rendra!" memutar kepala, dilihat tubuh Rendra yang berdiri tegap memandanginya. "Kok tumben Mas udah pulang?"

"Iya. Soalnya setelah jam istirahat makan siang nanti sudah tidak ada pekerjaan dikantor. Daripada Mas menghabiskan waktu senggang disana, mending Mas pulang aja nemenin kamu," terang Rendra. Ia menyodorkan sebatang coklat yang ia ambil dari saku kemejanya.

Dengan senang hati Lila menerima. "Makasih, Mas."

Rendra tersenyum. Perlahan ia mendorong ayunan kayu yang berada di depannya.

"Emh.., Mas tadi ada info. Katanya besok aku disuruh datang ke sekolah. Besok Mas pulang lebih awal lagi nggak?"

Rendra nampak berpikir. "Emh... kayaknya nggak."

"Yah... ya udah deh, kalau gitu biar bunda aja yang jemput."

"Nanti Mas jemput kamu ke rumah bunda."

Tak enak membiarkan Rendra terus berdiri mengayuni dirinya. Lila pun turun dan menarik tangan Rendra, melendeh di kursi panjang area taman.

Lila menyandarkan kepala ke dada bidang milik Rendra. Membuka bungkusan coklat, mencuil, dan dimasukkannya ke dalam mulut.

Tak lupa setelah itu, ia kembali mencuil coklat dan berganti menyodorkannya ke mulut Rendra.

SMA Negeri II Bandung

Lila keluar dari ruang komite, menghampiri dan memeluk girang Dalinda.

"Gimana, La?" tanya Dalinda penasaran.

"Syukur, Nda beneran aku dapat beasiswa."

"Wah... hebat banget! Aku jadi iri sama kamu."

Setiap tahun sekolah Lila selalu mengadakan program seleksi beasiswa ke luar negeri. Dan tahun ini dari sekian banyak ratusan siswa, nampaknya Lila yang termasuk beruntung karena berhasil mendapatkan kesempatan emas tersebut.

"Jadi kamu bakalan ambil nih beasiswanya?"

"Iya lah, Nda kamu kan tau itu mimpiku dari dulu. Besok aku harus balik ke sekolah lagi buat ambil paspor."

"Tapi, La kalau kamu pergi. Nanti Kak Rendra gimana?" Sontak ucapan Dalinda melunturkan senyum Lila yang tak henti-hentinya dipertontonkan sedari tadi.

"Mas Rendra," Lila nampak mempertimbangkan pria itu. "Em... nanti aku coba ngomong sama Mas Rendra."

Karena suasana kegiatan belajar mengajar masih kondusif bagi kelas 10 dan 11. Maka teruntuk seluruh angkatan kelas 12 yang sudah tidak memiliki kepentingan, diharap untuk segera meninggalkan area sekolah demi kepentingan tata tertib.

Kediaman rumah warisan mendiang Ayah dari Kristanto

Siang itu dikursi tamu, Lila nampak berkutik dengan ponselnya.

"To: Mas Rendra
Mas Ren, nanti Mas Rendra jemput aku ke rumah besok sore aja, ya. Soalnya besok aku harus pergi ke sekolah lagi. Maaf udah ngrepotin Mas Rendra 🙏🙏. Semangat ya, Mas kerjanya!:)
By: Lila"

Lila menekan tombol send pada layar ponselnya.

Kantor pusat perusahaan Pratama

Drreeettttt.... Drettt..... Drett...... Drett..... Drett..... Rendra menjangkau ponsel yang berada di atas meja kerja.

"Halo."

"Halo, Rendra."

"Ada apa, Pa?"

"Nanti malam setelah dari kantor kamu ada jadwal atau tidak? Ada yang ingin Papa bicarakan soal perusahaan denganmu."

"Oh... kosong kok, Pa. Nggak ada jadwal. Nanti Rendra ke rumah Papa."

"Oke, Ren. Makasih."

"Sama-sama, Pa."

Rumah kediaman keluarga Pratama

Rendra keluar dari ruang kerja Pratama. Bertepatan matanya mendapati sosok Dalinda yang tengah bersila tegang menatap layar televisi, ditemani dengan setoples makanan ringan yang berada di samping gadis itu.

Diamati Rendra layar datar yang menampilkan adegan horor didepan Dalinda. Lama tak mengusik sang adik, terbesit kiat kejahilan dikepalanya.

Mengendap-endap Rendra mendekati Dalinda, senyap jarinya merambat pelan ke tubuh yang sedang terduduk kaku itu.

"Aaa.....!" jerit Dalinda terpelonjak.

"Apaan, gitu aja takut," ejek Rendra.

"Ih... bukan takut, kaget tau." Memanyunkan bibir.

Rendra terkekeh lalu membaringkan diri di sofa. "Besok kamu ke sekolah lagi, Dek?" tanya Rendra sambil melahap makanan ringan yang ada di samping Dalinda.

"Enggak."

"Kenapa? Tadi kata Lila besok dia pergi kesekolah."

"Itu kan Lila."

Rendra mengangkat sebelah alisnya tak paham.

"Loh, Kak Rendra nggak tau ya?"

"Tau apa?"

"Lila kan besok mau ambil paspor ke sekolah. Dia dapat beasiswa ke Singapura."

"Hah! Kok Lila nggak kasih tau sama Kakak."

Dalinda menarik turunkan bahunya.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Where stories live. Discover now