Part 18

416 46 10
                                    

Malam ini suasana rumah Rendra sudah kembali normal seperti sedia kala. Seharian tadi mereka menandaskan waktu bersama merayakan hari kelahiran Lila.

Di meja yang berhadapan-hadapan Rendra dan Lila berdenting dengan peralatan makan.

Lila meletakkan garpu dan sendok diatas piring. Meneguk segelas air putih yang ada di hadapannya.

"Sudah makannya, La?"

Mengangguk. "Sudah, Mas aku udah kenyang," Lila mengusap tisu kemulutnya.

Rendra menjemput gadis itu, merangkul lengan Lila dan menuntunnya naik ke lantai atas.

Ceklekk!.. pintu kamar terbuka. Alangkah terkesiap Lila, kala melihat sebuah boneka beruang besar yang tersender manis di ruangan kamarnya.

Lila mendekati boneka tersebut, "Wah... besar banget bonekanya, Mas!"

"Bagus nggak?" tanya Rendra.

"Bagus, Mas."

Terkekeh, "Itu buat kamu."

"Hah! yang bener?"

"Iya. Itu, kan kado ulang tahun kamu."

Berbinar, Lila memeluk erat boneka raksasa yang berukuran dua kali lipat jauh lebih besar dari tubuhnya.

Rendra tersenyum senang, menyandarkan diri di kepala ranjang. Cukup lama Rendra membiarkan Lila bermain-main bersama boneka baru itu. Ditengok jam dinding yang menunjukkan pukul 22.00. Ia mengubah posisi, merebahkan badan. "Lila?"

"Iya, Mas?"

Mengisyaratkan kepada Lila, Rendra menepuk tempat disebelahnya.

Lila pun bangkit kemudian datang berbaring menyandingi Rendra.

Rendra mendekap hangat tubuh itu, mengecup kening Lila sekilas, kemudian memejamkan mata.

Disimak Lila paras tampan yang kini hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Tersenyum manis, bersamaan pula ibu jarinya mengelus lembut pipi Rendra. "Makasih ya, Mas. Aku sayang sama Mas Rendra. Aku akan berusaha agar bisa menjadi pantas untukmu, Mas," berucap dalam hati.

Hari ini benar-benar Lila dibuat haru lagi oleh perlakuan manis suaminya itu. Kejutan, boneka besar, dan semuanya. Bahkan orang tuanya saja tidak pernah memperlakukannya seistimewa Rendra.

Masih memejamkan netra Rendra mencekal ibu jari Lila tiba-tiba, menggenggam dan mengecup sekilas. Lalu dibawanya kesela-sela dada bidangnya.

Dag, dig, dug... dirasakan Lila sesuatu yang berdegup kencang dari dalam bagian tubuh yang ia sentuh saat ini.

***

Pagi ini tidak seperti biasanya bagi Lila, jika biasanya pagi-pagi sekali ia sudah bangun mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Hari ini, ia bangun lebih awal agar bisa membantu Rendra mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor.

"Nah... sudah selesai," Lila merapikan dasi yang terikat dicelah kerah kemeja Rendra. Satu lagi, ia mengambil setelan jas hendak memakaikannya pada...

"Tidak! tidak!" Rendra menahan.

"Kenapa?"

"Biar nanti Mas pakai dimobil aja. Mas tidak terlalu suka memakai jas." Memang itu kebiasaan Rendra, karena gerah dan tidak nyaman daripada memakai jas dari rumah, ia lebih sering memakainya sebelum memasuki area kantor.

Rampung merapikan diri dikamar, mereka segera bergegas turun ke lantai bawah untuk melaksanakan sarapan.

Mulai hari ini, Lila sudah tidak diwajibkan untuk pergi ke sekolah. Sebab sudah tuntas ia dengan ujian akhir sekolah dan tugas-tugas sebelumnya. Jadi ia hanya akan masuk ke sekolah jika ada perintah atau pengumuman lebih lanjut terkait urusan kelulusan dan yang lainnya.

"Hati-hati ya, Mas! semangat kerjanya," ucap Lila sesampai di ambang pintu. Ia mencium punggung tangan Rendra.

"Iya. Makasih, sayang." Mengelus puncak kepala Lila, lalu mengecup kening sekilas.

Mengawasi mobil Rendra yang melaju keluar dari gerbang rumah, usai itu Lila kembali masuk dan menutup pintu rumah.

Lila selalu ingat dengan prinsip yang ia tetapkan. Menjadi anak yang pintar, berbakti, mempunyai karir mapan, menjadi orang sukses, dan bisa membanggakan kedua orang tua. Karena itu ia selalu rajin belajar, walaupun sudah selesai bertempur dengan ujian akhir sekolahnya. Sekarang, ia ingin mempersiapkan diri demi babak selanjutnya, yaitu memasuki perguruan tinggi yang ia impikan selama ini.

***

Diruang tengah Lila berpangku tangan di depan layar televisi. Dilirik jam dinding yang menunjukkan pukul 16.00. Rasanya ia sudah mulai bosan, menunggu, menunggu, dan menunggu.

Bim..! Bim..! Lila terlonjak, tergesa-gesa menuju keruang depan.

Ceklekk!.. Dibukanya pintu utama ruangan. "Mas Rendra." Lila menyambut dengan senyum, tak lupa ia mencium punggung tangan suaminya.

"Ayo masuk, Mas! Sini biar aku bawain tasnya." Mengambil alih tas kerja Rendra.

Rendra melempar senyum dan merangkul lengan Lila masuk ke dalam rumah.

"Mas Rendra mandi dulu aja! Nanti aku siapin bajunya," ujar Lila ketika sampai didalam kamar.

Rendra pun mematuhi perintah Lila, lekas ia mengambil handuk kemudian masuk ke dalam kamar mandi ruangan itu.

Yah, begitulah rutinitas sehari-hari Lila semenjak ia sudah tidak ada jadwal pergi ke sekolah. Melayani Rendra setiap akan berangkat dan pulang bekerja.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Where stories live. Discover now