Part 38

584 38 8
                                    

Kantor pusat perusahaan Pratama

Diruang kepala kantor Lila menghadap atasannya. Kakinya gemetar, jari-jarinya bertautan, berulang ia menceku mulutnya.

Sibuk memeriksa data berkas yang baru saja diterima, Rendra melirik gadis dihadapannya itu.

"Permisi!" Tak kuat menahan gejolak, Lila langsung berlari kecil ke arah kamar mandi ruangan.

Uwekk... uwekk... meluahkan isian yang mengaluti perutnya.

Menyadari akan ketidakberesan Rendra pun menyusul. "Kamu kenapa, La?" tanya Rendra.

"Perutku mual, Mas," menjawab lemas.

Rendra mendekat, memijit tengkuk gadis itu. "Kamu sakit?"

"Mungkin karena kelelahan. Soalnya, akhir-akhir ini aku sering gampang capek."

Setelah lega, berinisiatif Rendra menuntun Lila melendehkannya di sofa ruangan. Dirogoh ponsel dari saku celana, lalu menghubungi kontak yang tertera.

"Halo."

"Halo, Dokter. Bisa Pak Dokter datang ke alamat kantor saya?"

"Tentu, Nak Rendra. Tinggal share saja lokasinya!"

"Baik, Dok terima kasih. Akan segera saya share lokasinya." Mengakhiri panggilan.

"Loh, Mas Rendra panggilin Dokter? Nggak usah, Mas aku udah baikan! Aku mau balik ke ruangan." Hendak beranjak dari sofa.

"Duduk!" pekik Rendra tajam.

Lila pun mengurungkan niat dan kembali duduk, memungkukkan badan.

Beberapa puluh menit kemudian....

Dokter menjauhkan stetoskopnya dari Lila. Kemudian menuliskan sesuatu di note book nya, dicarik, dan diberikan pada Rendra.

"Terimakasih, Dok." Menerima secarik kertas bertulis catatan obat.

Ceklekk!.. Dari balik pintu Pandu datang dengan membawa nampan. "Silahkan diminum, Dok!" menaruh secangkir teh ke atas meja.

"Mari, Dok!" Rendra mengajak Pak Dokter untuk membaur di sofa tamu. "Silahkan di minum!" ucapnya sampai di sana.

"Iya terimakasih, Nak Rendra." Menyeruput secangkir teh.

"Ndu," memanggil sekretarisnya, Pandu.

"Iya, Bos?"

Menyerahkan secarik kertas. "Nih.. tebusin obat!"

"Siap, Bos." Menerimanya, lalu beranjak pergi untuk menebus obat di apotek.

Dokter melihat arlojinya. Sesudah menandaskan secangkir teh ia berkata, "Ya sudah, Nak Rendra saya pamit balik ke tempat praktik dulu."

"Oh iya, Dok. Terimakasih."

Sebelum meninggalkan ruangan, Dokter berpesan, "Kalau nanti hasilnya positif. Saya anjurkan untuk segera konsultasi pada ahli medis yang lebih bersangkutan."

Sementara Rendra yang tak paham pun menggaruk tengkuknya. "Positif, apa maksudnya?"

Tak lama kemudian. Tok, Tok, Tok...

"Masuk!"

Ceklekk!..

"Cepet banget, Ndu. Ngebut-ngebutan ya Lo di jalan!" kelakar Rendra menerka.

"Kan darurat, Bos. Kasihan Lila nunggu lama-lama." Pandu memberikan kantong plastik hitam yang ia tenteng. Tak alih-alih manik Pandu memandangi Rendra, sambil sesekali menunjukkan deretan gigi putihnya.

Memicingkan mata. "Ngapain senyum-senyum?" Rendra menyingkap kantong plastik di tangannya. Glup!.. menelan saliva. Ia pun beralih menemui Lila.

"Nih..!" Menyodorkan kantong plastik hitam.

Diterima Lila, dibuka, dan diambil barang dari dalamnya. "Tespek! Apa mungkin aku hamil?" membatin.
Untuk segera membuktikan semua keraguan, beranjak dia dari sofa menuju kamar mandi.

Di sofa ruangan dengan perasaan gugup Rendra menunggu.

Ceklekk!.. pintu kamar mandi menganga. Berjalan Lila keluar sembari menundukkan kepala.

Tak surut mata Rendra mengawasi langkah gadis itu.

Lila menyerahkan tespek, Rendra menyahutnya.

Membulatkan netra, Rendra tak menyangka sekarang ia sudah berstatus menjadi calon Ayah.

Rumah sakit

Malam harinya, dibilik USG Dokter menggerakkan-gerakkan transducer ke perut Lila. Dari pemeriksaan ultrasonografi dapat dideteksi detak jantung. "Nah.., kelopak mata dan telinganya sudah terbentuk. Janinnya juga mulai bergerak di cairan ketuban dengan tangan dan kaki yang masih berselaput," terang Dokter kandungan menunjuk layar komputer.

Dengan seksama Lila dan Rendra menyimak penjelasan.

"Usia kandungannya sudah masuk 11 minggu. Tapi walaupun begitu, Ibu belum dapat merasakan gerakannya karena ukuran janin yang masih kecil."

"Apa? Usia kandunganku sudah sebesar itu, tapi selama ini aku tidak menyadarinya!" batin Lila tak percaya.

Setelah mengevaluasi, Dokter juga membuat laporan tentang hasil yang didapatkan dari pemeriksaan USG.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Where stories live. Discover now