Part 22

492 38 4
                                    

Tidak terasa, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Lila pun kunjung juga.

"Sudah semua kopernya, Neng?" tanya sopir Taxi yang menjemput dan membantu mengangkat barang-barang Lila.

"Sudah, Pak."

Sopir taksi itu keluar dari gerbang rumah Rendra, menunggu Lila didalam mobil taksi yang sengaja diparkirkan disebrang jalan.

Lila mendekati Rendra yang bertegak angkuh didepan pintu utama.
"Mas, aku pamit dulu ya."

Tak ada jawaban dari Rendra, pandangan pria itu tertuju lurus ke arah depan.

"Mas baik-baik ya di rumah. Mas boleh kerja, tapi jangan lupa makan, jangan lupa istirahat! Do'ain semoga kuliah aku dipermudah! biar aku bisa cepat pulang. Jangan nakal ya, Mas!" Lila menambahkan. "Nanti kalau udah sampai disana aku kabarin Mas."

Berganti Lila menatap Bi Ami. "Bi Ami?"

"Iya, Non Lila."

"Lila titip Mas Rendra, ya. Ingetin dia buat istirahat, sama ingetin dia buat makan! Soalnya, Mas Rendra sering telat makan."

"Iya, Non Lila."

Lila tersenyum simpul, kemudian kembali menatap Rendra yang masih setia dengan posisinya. "Hemh..." menghela nafas. "Ya udah, Mas. Kalau gitu aku berangkat dulu."

Lila membalikkan tubuh. Namun ketika hendak ia melangkahkan kaki Rendra mencekal pergelangan tangan Lila, menariknya ke dalam pelukan.

Sontak Lila balik membalas pelukan Rendra.

"Kamu juga baik-baik ya disana, La! Mas akan do'ain yang terbaik buat kamu." Seketika buliran bening menitik begitu saja dari mata Rendra.

Lila melepas pelukannya, diusap lembut genangan air yang membasahi sudut netra Rendra.

Tes..! merebak, kali ini tetesan bening berganti keluar dari pelupuk mata Lila.

Dengan ibu jari, Rendra mengusap lembut derai air mata yang membasahi pipi Lila.

Mereka pun saling melabuhkan paras, meraup dan melumat sendu bibir satu sama lain.

Sampai dirasa cukup mereka melepas ciuman, saling terisak menautkan kening tersedu-sedu.

Sudah lumayan lebih tenang, Lila memutar badan, berjalan cepat menuju mobil taksi yang sudah siap menunggunya.

Rendra terpegun menatap dalam tubuh Lila yang bergerak pergi menjauhinya.

Didalam taksi Lila tersenyum melambaikan tangan ke arah Rendra.

Rendra pun tersenyum dan turut membalas lambaian tangan.

Rencananya Lila akan pergi ke rumah orang tuanya terlebih dahulu, ia ingin berpamitan dan meminta restu kepada Kristanto dan Marlina. Baru setelah itu, ia akan pergi ke Bandara untuk melakukan penerbangan.

Singapura
Bandar Udara

Ding..! Ding..! Lila keluar dari pintu pesawat. Menghirup udara bebas di area Bandara, "Hah... akhirnya, sampai juga. Singapore I'm coming."

2 jam perjalanan menunggu. Akhirnya mendarat juga pesawat yang memboyong Lila ke negeri singa dengan selamat. Lila merogoh sesuatu dari saku bajunya, kertas berisikan alamat penginapan yang sudah di sediakan oleh pihak kampus.

Bergegas ia jejak mencari taksi bandara untuk mengantarkannya menuju alamat itu.

Singapura
Gedung Apartemen Penginapan

Turun dari pintu taksi, sigap petugas apartemen menyambut Lila dan menawarkan tangan membantu membawakan koper.

Lila memberikan koper itu kepada sang petugas apartemen dan lanjut ia masuk ke dalam lobi untuk meminta nomor kamar.

Rendra & Lila [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt