Part 26

455 31 2
                                    

Krip, Krip, Krip, Krip... Lila membuka sepasang maniknya, sebuah senyuman simpul mengekpresikan bagaimana perasaan gadis itu saat ini.

Buru-buru ia bangun dari tempat tidur, membersihkan diri dan merapikan bilik apartemennya.

Jika semesti tidak ada jadwal ke kampus Lila akan menghabiskan waktu dengan sendirian di kamar apartemen, akan tetapi hari ini beda, sebab hari ini adalah hari Minggu.

Tok, tok, tok...

Ceklekk!..
"Selamat pagi, Bu," sambut Lila hangat.

"Selamat pagi, Lila."

"Ayo silahkan masuk, Bu!"

Ternyata benar, Ibu baik itu selalu memenuhi janjinya. Setiap hari Minggu ia akan datang ke kamar Lila dan dengan cuma-cuma bersedia mengajarkan Lila tentang ilmu memasak.

Kali ini, Lila diminta untuk memasak sarapannya sendiri. Sementara Ibu baik, hanya akan mengarahkan dan mengawasi cara kerja gadis itu.

Lila memang tau-tau sedikit soal memasak, ia juga sering menemani Bundanya memasak saat masih dirumah dulu. Tapi sekedar menemani dan melihat saja, Lila tidak terlalu paham bagaimana cara dan tutorial yang baik dalam mengolah makanan.

Lila meletakkan sepiring sajian matang ke atas meja makan.

"Ini namanya apa, Lila?" tanya Ibu baik menunjuk sajian itu.

Selama acara memasak, Ibu baik hanya meminta Lila untuk mengikuti instruksinya saja, sengaja tidak memberitahukan masakan apa yang akan diolah oleh Lila, agar nanti setelah matang Lila bisa berinisiatif untuk menafsirkan sendiri.

"Ini namanya Kerak Telur, Bu."

"Asalnya dari daerah mana?"

"Betawi, Jakarta, Bu."

Ibu baik tersenyum. Lalu mengambil sendok menyuapkan hidangan itu ke mulutnya.

"Gimana, Bu?" tanya Lila menunggu.

"Enak. Sebenarnya kamu sudah punya skil dalam memasak, cuma tinggal menggalinya saja."

"Ha, yang bener, Bu!" Lila tersenyum riang. "Syukurlah, kalau masakan Lila enak. Andai aja, Mas Rendra juga bisa icipi, pasti dia suka."

"Siapa nama suami kamu?" Ibu baik menyela.

"Rendra, Rendra Atha Pratama," ucap Lila mempertegas perkataan.

Refleks Ibu baik menghentikan aktivitas mengunyahnya. Seperti tersambar petir di siang bolong, ia terdiam kaku di meja makan. "Ehem, La Ibu pulang dulu ya!" beranjak dari tempat.

"Loh, Bu. Kok buru-buru?" Lila mensergah.

"Ibu lupa, ada pekerjaan kantor yang harus Ibu selesaikan."

"Oh... ya sudah kalau begitu, Bu. Makasih hari ini udah ajari Lila."

Ibu baik mengangguk, dan melangkah cepat meninggalkan Lila.

Brukk..! Dengan kuat Ibu baik membanting pintu kamar apartemennya.

"Hiks.. hiks.." Ibu itu menangis, tersungkur dibalik pintu kamar.

"Maafin Mama, Nak. Maafin Mama. Hiks... Aku ini Ibu yang jahat! Anakku sudah menikah saja aku tidak tahu. Hiks... Aku ibu kandungnya. Bahkan, hadir dihari paling penting dan bersejarah dalam hidupnya pun aku tidak. Ibu macam apa aku ini. Hiks... hiks... Kamu apa kabar disana, Nak? Ibu sangat merindukanmu."

Gedung Perpustakaan Kota

Lila melabuhkan dua buah buku di atas meja pustakawan. "Bisa saya minta perpanjangan pinjaman untuk buku ini, Pak?" menyodorkan salah satu buku yang berisi laporan administrasi.

"Tentu, Nona." Pustakawan menyunting tanggal serta data buku.

"Terima kasih, Pak," ucap Lila, kemudian enyah dari gedung perpustakaan.

Lila sengaja datang ke perpustakaan kota, selain ingin jalan-jalan menghirup udara bebas di luar, ia juga bermaksud untuk mengurus masa perpanjangan dan pengembalian buku yang sudah dipinjam beberapa hari lalu.

Sama halnya seperti kemarin, sebelum pulang ia terlebih dahulu singgah diri di salah satu gerai penjual makanan.

Sekarang sudah menjadi rutinitas gadis itu, setiap pagi dan malam Lila selalu pergi keluar untuk membeli makanan. Sedangkan untuk menu makan siang, ia sekedar memasak telur atau makanan instan. Yah, maklum lah masih dalam proses belajar memasak.

Kedai makanan

"Hem.... Hem.... Hemm....." Lila menghentikan senandungnya. Dari dalam bilik kaca kedai, matanya membidik ke salah satu toko yang berada di seberang jalan.

"Lucu banget jaketnya! Couple lagi."

"Satu omelet sayur dan satu teh hangat," suara pelayan kedai membuyarkan pantauan Lila.

"Eh, iya."

Sampainya pesanan di atas meja. Tak menunggu lama, Lila langsung menyikat habis sarapan paginya.

Tuk.., tuk.., tuk...
Di sepanjang perjalanan pulang, dengan wajah berseri Lila menjejakkan kaki. Mengayunkan kantong plastik yang berisi sepasang jaket Hoodie berwarna putih dengan motif gambar hati yang saling terpisah. Nampaknya, Lila sangat cocok dan menyukai jaket itu.

"Nanti kalau aku sudah pulang, aku mau kasih jaket ini sama Mas Rendra. Jaketnya juga besar, pasti muatlah kalau dipakai sama dia. Ya... semoga aja Mas Rendra suka. Hehehe..."

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang