Chapter 40 - Feels Familiar

2.1K 384 202
                                    

Bulan bersinar sangat terang malam ini. Suara geta yang beradu dengan dedaunan kering di atas tanah mengisi keheningan di malam hari. Suara khas milik jangkrik pun menambah keramaian kala itu.

Tidak biasanya saat malam hari Kagaya memanggil (Y/n) untuk menemuinya. Entah sepenting apa hal yang ingin ia sampaikan hingga membuatnya harus mengatakannya pada (Y/n) saat ini juga. Membuat (Y/n) yang tengah bersiap untuk tidur harus merelakan dirinya meninggalkan futon-nya yang hangat ketika burung gagak miliknya berteriak-teriak di suasana hening malam hari.

Sudah beberapa belas menit berlari, kediaman Kagaya masih belum nampak oleh indra penglihatannya. Untungnya, selama di perjalanan ia tidak bertemu dengan seorang Iblis pun. (Y/n) sendiri tidak ingin satu tetes keringat keluar dari dalam pori-pori tubuhnya. Yang menghasilkan rasa panas dan gerah.

Akhirnya gadis itu tiba di kediaman pemimpin Kisatsutai itu. Rumah itu memiliki halaman yang luas sehingga membuat (Y/n) langsung mengenalinya.

Ia melangkah ke dalam sambil memperhatikan sekelilingnya. Halaman rumah itu sangat bersih dari dedaunan kering. Pohon bunga sakura yang belum mekar terdapat di sekeliling halaman itu. Menambah keindahan rumah itu sendiri.

Manik (e/c) miliknya menangkap siluet seorang wanita dengan jarak tiga meter di depannya. (Y/n) memperhatikan dengan saksama agar bisa mengenali siapa wanita yang berdiri di sana. Setelah mengenali siapa wanita itu, ia memanggilnya, "Amane-sama."

Amane, wanita yang berdiri di sana itu, menoleh pada (Y/n). Wanita itu langsung tersenyum begitu ia melihat siapa yang memanggilnya.

"Konbanwa, (F/n)-sama."

(Y/n) mendekat ke arahnya. Kemudian ia menatap wanita itu, "Apakah Anda tahu di mana Oyakata-sama saat ini?" tanyanya.

Amane menjawab, "Ia ada di di dalam."

"Terima kasih."

Seusai mengucapkan terima kasih, (Y/n) mengetuk pintu di hadapannya sebanyak tiga kali. Kemudian ia menggesernya ke samping agar ia bisa masuk ke dalam.

Di dalam sana, Kagaya sedang duduk sambil menulis sesuatu di atas kertas. Ketika (Y/n) membuka pintu, ia mendongak dan mendapati (Y/n) berdiri di sana. Senyuman pun terbit di wajahnya.

"Konbanwa, Oyakata-sama," (Y/n) berlutut di hadapan Kagaya. Menandakan ia sedang bertindak sopan.

"Konbanwa, (Y/n). Kemarilah dan duduk di hadapanku."

Mendengar titah dari Kagaya, (Y/n) segera mendekat dan duduk tepat di hadapannya. Ia menatap Kagaya yang juga sedang menatapnya.

"Aku mendengar kabar hari ini mengenai salah satu pemburu iblis. Kabar ini sangat mencengangkan bagiku. Sama seperti saat aku mengetahui kabar tentang dirimu, (Y/n)."

"Jika saya boleh tahu, kabar apa itu, Oyakata-sama?" tanya (Y/n) sopan.

"Seorang pemburu iblis dengan pernapasan Langit. Aku baru mengetahuinya beberapa saat yang lalu. Sepertinya ia pandai menyembunyikan keberadaan dirinya dari kita. Sama dengan dirimu dulu," Kagaya tersenyum.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Kagaya, (Y/n) seketika merasa bersalah. Namun, ia bersembunyi dari para Hashira saat itu karena suatu alasan. Sementara, alasan itu pun tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Asano dan dirinya sendiri.

"Kalau begitu, mengapa Anda memberitahu kepada saya tentang hal ini?" tanya (Y/n) bingung.

"Alasannya sederhana. Aku hanya ingin bertanya padamu. Apakah kau mengenal pemburu iblis itu?" Kagaya menatap (Y/n) dengan serius.

Kening (Y/n) berkerut. Terus terang saja, ia tidak tahu siapa orang yang dibahas oleh Kagaya. Tetapi, saat ia mendengar nama pernapasan milik orang itu, ia merasa familiar. Namun, ia masih tidak yakin.

"Maaf, Oyakata-sama. Saya tidak mengenalnya. Hanya saja saya merasa familiar saat mengetahui teknik pernapasan yang dimilikinya. Hanya itu yang bisa saya beritahu pada Anda," jawab gadis itu jujur.

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Hashira Bintang itu, Kagaya tersenyum hangat, "Tidak apa-apa. Informasi darimu sangat membantu. Aku berterima kasih padamu, (Y/n)."

"Tidak masalah, Oyakata-sama."

"Kalau begitu, kau boleh istirahat sekarang. Dari matamu, aku tahu kau kurang tidur bukan? Maaf karena aku memanggilmu di larut malam seperti ini," ujarnya merasa bersalah.

(Y/n) mengibas-ngibaskan tangannya, "Jangan merasa bersalah seperti itu, Oyakata-sama. Saya merasa terhormat karena dipanggil oleh Anda ke sini."

Kagaya tersenyum melihat reaksi (Y/n) setelah mendengar permintaan maafnya. Ia sangat tahu bahwa (Y/n) akan mengatakan hal seperti itu.

"Jika sudah tidak ada hal yang ingin Anda katakan lagi, saya izin undur diri," pamit (Y/n) sopan.

"Hati-hati di jalan, (Y/n)."

***

Semalam (Y/n) tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ia memikirkan hal yang dikatakan oleh Kagaya. Tentang seseorang yang memiliki pernapasan Langit. (Y/n) tidak tahu apakah keberadaan pernapasan Langit memang ada atau dibuat oleh orang itu sendiri.

Lingkaran hitam di bawah matanya menjadi semakin terlihat jelas. Yang sebelumnya terlihat samar, kini matanya terlihat seperti mata hewan panda. Membuat (Y/n) bingung harus menutupinya dengan apa. Masalahnya, bedak yang ada di sini terlalu putih untuk kulitnya. Mengakibatkan daerah di bawah matanya terlihat aneh dan menyedihkan. Karena tidak tahu harus berbuat apalagi, maka (Y/n) pun mendiamkannya saja.

(Y/n) sudah menguap berkali-kali. Ia menjadi tidak fokus dengan apa yang ditulisnya di atas buku jurnal miliknya. Tulisannya pun terlihat berantakan. Tidak sejajar sesuai dengan harapannya ketika ia memulai menulis. Pasrah, ia memutuskan untuk menutup buku bersampul coklat itu. Kuas dan botol tinta ia letakkan ke tempat semula.

Rasa kantuk tak tertahan di pagi ini membuat (Y/n) ingin kembali untuk tidur. Ditambah tidak ada misi untuknya yang harus diselesaikan. Dengan perasaan yakin dan mengantuk yang sangat kuat, (Y/n) menggelar futon di atas lantai kayu. Ia membaringkan dirinya di atas lapisan yang hangat itu. Hingga suara burung gagak miliknya berteriak nyaring dan membuat (Y/n) membuka matanya yang baru terpejam dua detik.

"Kwak! Kwak! (F/n) (Y/n)! Pergi ke kediaman Oyakata-sama! Para Hashira dipanggil ke sana! Kwak! Kwak! Cepat! Cepat! Jangan tidur! Jangan tidur! Kwak!"

Rasa kesal karena tidak bisa tidur, membuat (Y/n) ingin melempar batu ke arah burung gagak miliknya yang bernama Gin itu. Nama yang baru saja ia berikan beberapa hari yang lalu pada burung gagak berisik itu. Juga merupakan nama yang ia ambil dari salah satu anime movie yang membuatnya banjir air mata.

"Diamlah, Gin. Aku akan pergi ke sana sekarang," ucap (Y/n).

"Kwak! Aku tidak suka nama itu! Kwak! Kwak! Ganti! Ganti! Kwak!" protesnya.

Mendengar protes Gin yang keempat kalinya, membuat (Y/n) menatap tajam burung gagak itu. Sabar milik seseorang memiliki batas. Dan sepertinya sabar milik gadis bernama (Y/n) itu telah sampai batasnya.

Secara ajaib, Gin yang awalnya berteriak-teriak nyaring menjadi diam. Ia bertengger di ranting pohon bunga sakura yang tumbuh di halaman belakang rumah (Y/n).

Melihat burung gagak itu sudah tak berisik lagi, (Y/n) pun mengganti pakaiannya dengan seragam pemburu iblis. Ia mengambil haori bermotif bintang dengan warna gradasi ungu dan biru dari dalam lemarinya. Kemudian, ia langsung mengenakannya. Semua itu ia lakukan dalam waktu kurang lebih dua menit.

Selesai bersiap, (Y/n) pergi menuju kediaman Ubuyashiki Kagaya. Ia sama sekali tidak tahu jika sesuatu yang tak diduganya menanti di sana.

***

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now