Chapter 2 - Spirit

8.1K 1K 115
                                    

Hari masih cukup gelap untuk dikatakan sebagai pagi hari. Namun, (Y/n) sudah bangun. Ketika ia baru saja membuka matanya, sebuah sarapan yang tertata rapi tersaji di atas meja di depannya.

Sejenak (Y/n) terdiam. Tampak tengah memikirkan sesuatu. Kemudian, ia segera menyantapnya setelah mengucapkan selamat makan. Yang ia yakini, sarapan itu pasti disediakan oleh Asano. Entahlah, (Y/n) merasa lelaki itu sangat baik terhadapnya.

Selesai sarapan, (Y/n) mencuci semua peralatan bekas makannya. Barulah ia mengambil nichirin pemberian Asano setelahnya. Mulai hari ini, ia sudah memutuskan akan berlatih dengan giat. Ya, demi menyelamatkan dunia ini.

Kala gadis itu sedang berlatih, matanya menangkap seorang pria di dekat rumahnya. Ia berniat untuk menghampirinya dan bertanya siapa dirinya.

"Siapa kau di sana?" tanya (Y/n) padanya. Orang itu masih memunggungi gadis itu sehingga ia tak dapat melihat wajahnya.

Tak disangka ia pun berbalik dan kemudian tersenyum pada (Y/n). Jika diperhatikan, wajahnya cukup tampan. Bahkan (Y/n) yakin usia mereka tidak jauh berbeda.

"Aku adalah Asano, (Y/n)-san. Kemarin kau memang hanya bisa melihat sebuah cahaya berwarna biru. Itu karena hari telah berubah larut malam. Namun, saat pagi tiba hingga sore hari, aku akan berubah menjadi manusia," jelasnya.

Jujur saja, (Y/n) terkejut. Sangat terkejut, bahkan. Siapa yang akan menyangka jika sebuah cahaya akan berubah menjadi manusia yang tampak setampan ini? Sama sekali tidak ada yang menyangka.

Asano tertawa kecil melihat reaksi (Y/n) yang tampak diliputi oleh keterkejutan. "Kau tidak perlu terkejut seperti itu, (Y/n)-san. Di dunia ini, hal-hal yang tidak mungkin bisa saja terjadi. Jadi, kau harus mulai terbiasa dari sekarang."

(Y/n) pun hanya mengangguk. "Hai."

"Sekarang aku akan membantumu berlatih. Kau pasti sudah melihat saat Urokodaki-san melatih Tanjirou 'kan? Latihanmu untuk saat ini sama seperti latihan Tanjirou saat itu," jelas Asano sambil tersenyum.

(Y/n) sontak mundur beberapa langkah. "Kau serius? Tetapi, apakah aku bisa melaluinya?" tanyanya ragu.

"Tenang saja, (Y/n)-san. Aku tahu kau pasti bisa. Kau sudah memiliki ketangkasan yang luar biasa. Sebelum ini, kau sering berlatih anggar dengan ayahmu. Maka, kau hanya perlu menyesuaikan latihan ini seperti latihan dengan ayahmu. Itu cara termudahnya," jawabnya.

"Baiklah. Ayo kita mulai."

Mereka berjalan ke dekat hutan yang penuh pepohonan wisteria itu. Tidak akan ada iblis yang akan mendekat ke sini. Detak jantung (Y/n) terasa semakin menggila kala ia menginjakkan kakinya di atas gunung. Udara di sini sangatlah tipis. Rasanya sangat sulit bahkan hanya untuk menarik napas.

"(Y/n)-san, kau harus kembali sebelum senja tiba. Aku akan menunggumu untuk makan malam. Selamat berjuang." Asano melemparkan senyumnya dan langsung menghilang begitu saja di depan (Y/n). (Y/n) bahkan tidak tahu apakah lelaki itu berlari atau melakukan teleportasi.

Gadis itu menarik napas kuat-kuat. Entah mengapa, dari tadi ia mendengar suara-suara geraman yang entah berasal dari mana. Juga suara teriakan orang-orang yang sudah mengganggunya sejak tadi. Padahal kemarin ia masih baik-baik saja. Namun, yang paling menganggu adalah...

...bau darah.

Bau amis dari darah itu terasa sangat menyengat. Bahkan sampai membuat dirinya merasa mual dan ingin mengeluarkan isi perutnya. Namun, fokusnya saat ini adalah ia harus menyelesaikan latihan ini terlebih dahulu.

Dengan segera, (Y/n) berlari kecil menuruni gunung. Satu hal yang ia tahu, di gunung ini pasti terdapat banyak jebakan yang tidak ia ketahui akan datang dari mana. Beruntung karena gerakan refleksnya yang cukup baik, (Y/n) dapat menghindari semuanya.

Setelah melewati banyak jebakan, akhirnya (Y/n) pun tiba di sebuah rumah sederhana yang dibuat oleh Asano sebagai tempat tinggalnya. Gadis itu menghirup napas dengan rakus. Seolah-olah jika ia tidak bernapas saat ini, ia tidak akan bisa menghirup oksigen lagi di esok hari.

"Ah, kau sudah kembali, (Y/n)-san. Itu adalah awal permulaan yang sangat bagus. Saat ini, baru siang hari dan kau sudah kembali tanpa luka yang cukup parah. Kau sungguh hebat, (Y/n)-san," ujar Asano sambil tersenyum.

(Y/n) berusaha membalas senyumnya. "Masih terlalu dini untuk mengatakannya, Asano-san. Aku masih harus berlatih lebih keras lagi agar bisa melindungi semua orang, bukan?"

"Ya, kau benar. Beristirahatlah sekarang. Makan siang telah aku siapkan." Asano membuka pintu lebih lebar agar (Y/n) bisa masuk ke dalam.

Sebuah senyum dilemparkan (Y/n) kepadanya. "Terima kasih, Asano-san."

Gadis itu segera bergegas untuk mandi dan memakai kimono pemberian Asano. Kimono itu berwarna hitam dengan nuansa ungu, dan biru. Di bagian bawah lengan dan kimono-nya terdapat motif bintang. (Y/n) sangat menyukainya bagaimana desain kimono itu.

Selesai mandi, (Y/n) menikmati makan siangnya. Makan siang itu terasa sangat nikmat. Terlebih sup miso-nya. Mungkin karena kemampuan memasak Asano yang berada di atas rata-rata sehingga apapun yang lelaki itu masak terasa lezat di lidah (Y/n).

Karena telah menyelesaikan makan siangnya, (Y/n) pun berniat berlatih dengan nichirin pemberian Asano. Ia menggunakan semua kemampuan anggarnya yang telah dilatih oleh sang ayah selama lima tahun lamanta. Ia pun mulai menciptakan teknik-teknik buatannya sendiri.

"Hoshi no Kokyu: Ichi no Kata: Hoshi no Mugen no Ame!" (Hujan Bintang Tak Terhingga).

Beribu-ribu cahaya turun dari langit dan menyambar tanah. (Y/n) sempat terkejut karena ternyata bentuk teknik baru buatannya itu.

"Itu terlihat keren, (Y/n)-san," komentar seseorang.

Asano ternyata berdiri di belakangnya. (Y/n) terlonjak saat mendengar suaranya secara tiba-tiba.

"Jangan mengejutkanku, Asano-san," tegur (Y/n) halus.

Asano terkekeh. Ia mengusap tengkuknya. "Gomen, aku tidak bermaksud demikian. Tetapi, teknikmu yang baru memang hebat. Kau berkembang dengan sangat cepat, (Y/n)-san." Ia tersenyum pada gadis itu.

Kekehan keluar dari bibir (Y/n). "Terima kasih. Menurutku, aku belum sehebat itu. Masih banyak yang harus aku latih dan aku kembangkan."

Asano mengangguk samar. "Sebentar lagi akan diadakan Ujian Akhir untuk menjadi seorang pemburu iblis. Apa kau sudah tahu tentang hal itu? Namun, aku yakin, kau pasti sudah tahu."

Sontak (Y/n) menganggukkan kepalanya. "Um, aku sudah tahu. Maka dari itu, aku berlatih sekuat tenaga agar bisa bertahan selama tujuh hari di ujian itu. Doakan aku supaya berhasil, ya!" (Y/n) tersenyum lebar hingga matanya menyipit.

Entah mengapa hari ini (Y/n) lebih sering tersenyum. Padahal ia tidak merasakan sesuatu yang menyenangkan dan sebagainya. Semuanya ia lalui dengan biasa saja. Bahkan, kerap kali senyuman itu tidak sepenuhnya ingin ia tunjukkan.

"Kau pasti akan berhasil, (Y/n)-san. Aku tahu kau memang hebat," sahut Asano sambil membalas senyuman gadis itu.

Semoga semuanya baik-baik saja. Ya, semoga.

***

First published :: August 28th, 2020
Revised :: January 8th, 2022

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now