Chapter 31 - Untold

2.7K 503 44
                                    

Bunga-bunga sakura yang masih berbentuk kuncup terdapat di setiap pinggir jalan yang dilalui (Y/n). Menemani gadis itu dalam perjalanan menuju Kediaman Kupu-kupu. Pikirannya melayang pada kejadian tadi.

Saat fajar sedang menyingsing tadi subuh, (Y/n), Sanemi, Kyoujurou serta Tanjirou, Zenitsu dan Inosuke, kembali ke kediaman Kagaya. Mereka memutuskan untuk diam dan tidak mengatakan apapun tentang apa yang (Y/n) lakukan. Menurut mereka, terkadang ada hal yang memang lebih baik tidak dikatakan.

Fokus (Y/n) dengan jalan bebatuan yang dilaluinya. Batu-batu itu hampir saja membuatnya terjatuh. Ia menghela napas lega karena berhasil menjaga keseimbangannya.

Karena rasa lelah terus berjalan dari tadi, (Y/n) memutuskan untuk duduk di bawah pohon yang rindang. Berteduh dari sinar matahari yang cukup menyengat kulitnya. Ia tidak mau berisiko terkena kanker kulit jika diam terlalu lama di bawah matahari tengah hari bolong.

Jemari (Y/n) yang lentik mencabut tusuk konde yang selama ini menyanggul rambutnya. Ia melepaskannya. Membiarkan surai berwarna (h/c)nya tergerai indah. Sementara, kepalanya ia sandarkan pada batang pohon. Lalu memejamkan matanya sejenak.

Pikirannya melayang-layang ke beberapa kejadian yang terjadi belakangan ini. Semua kejadian yang telah ia lalui. Perasaan bahagia, sedih, marah, kecewa bercampur di dalamnya. Membuat perasaan (Y/n) terombang-ambing seperti di atas kapal yang terkena badai besar.

Ia membuka matanya. Kali ini (Y/n) mengikat rambutnya dengan pita berwarna (favorite color) kesukaannya. Ia merapikan anak rambutnya yang berada di pelipis dan dahinya agar tidak terlihat berantakan. Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

***

Sebuah rumah tradisional sederhana menyambut (Y/n). Ia sudah sampai di Kediaman Kupu-kupu. Ada beberapa selimut yang sedang dijemur di sana. Juga kupu-kupu yang berterbangan. Sangat ciri khas dari Kediaman Kupu-kupu.

"(Y/n)-sama?"

Saat namanya dipanggil, (Y/n) menoleh ke belakang. Aoi ada di sana. Ia membawa keranjang berisi tanaman. (Y/n) menduga bahwa tanaman itu adalah tanaman obat.

"Konnichiwa, Aoi," (Y/n) menyapa.

"Apa ada yang perlu kubantu?" Aoi mendekat ke arah gadis itu.

Dengan nada sopan dan ramah, ia berkata, "Aku ingin bertemu dengan Kochou-san. Apa ia ada di dalam?"

Aoi pun mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju pintu utama rumah itu. Keduanya langsung disambut oleh keheningan.

Aoi berhenti kemudian menjawab, "Ia ada di dalam. Di ruangannya. Mau kuantar ke sana? Aku juga ingin memberikan ini." Ia mengangkat keranjang berisi tanaman yang ada di tangannya.

"Ah, baiklah jika kau tak keberatan."

Mereka melanjutkan perjalanan ke dalam rumah itu. Bau khas obat-obatan menyambut indra penciuman (Y/n). Ia sedikit mual saat menghirupnya. Sepertinya Shinobu sedang meracik obat-obatan sehingga bau obat itu tercium ke seluruh penjuru rumah.

Bau obat-obatan itu semakin menyengat saat mereka semakin dekat dengan ruangan Shinobu. (Y/n) menambah kecepatan berjalannya agar ia bisa sampai di ruangan Shinobi lebih dulu. Di belakangnya, Aoi berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah (Y/n) yang tidak bisa dikatakan lambat.

Mereka akhirnya tiba di ruangan Shinobu. Perjalanan yang seharusnya santai jadi terasa seperti lari marathon bagi Aoi. Namun, bagi (Y/n) sendiri itu adalah hal yang biasa. Bahkan, ia hanya menambah sedikit kecepatannya.

Aoi mengetuk pintu kayu itu. Lalu membukanya. Di dalam sana, Shinobu sedang sibuk dengan peralatan-peralatan yang (Y/n) tak tahu namanya yang ada di hadapannya.

"Shinobu-sama, ini tanaman yang Anda minta tadi."

Mendengar suara Aoi, Shinobu sontak menoleh dan mendapati (Y/n) dan Aoi yang berdiri di ambang pintu. Ia tersenyum saat melihat tanaman yang dibawakan oleh Aoi.

"Terima kasih, Aoi-chan. Taruh saja di sana." Shinobu menunjuk pada meja yang ada di belakangnya.

"Kochou-san, apa yang kau ingin bicarakan denganku?" (Y/n) bertanya sambil mendekat ke arahnya. Mengingatkan Shinobu akan tujuannya memanggil (Y/n) ke sana.

"Ah, benar." Shinobu menepuk tangannya sekali. Lalu, ia menatap Aoi. "Aoi-chan, tak apa 'kan jika kau keluar sebentar?"

Aoi mengangguk paham. Ia juga tak berniat untuk mencari tahu hal apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang yang pangkatnya lebih tinggi dari dirinya itu. "Baik," sahutnya sebelum melangkah ke luar ruangan.

Setelah Aoi meninggalkan mereka berdua, Shinobu angkat bicara. "(Y/n)-chan, ada yang ingin kutanyakan padamu tentang..." Ia menatap (Y/n), "... Rengoku-san."

Sesaat raut wajah (Y/n) berubah terkejut. Namun, ia berusaha menutupinya dengan air muka yang serius. Ia memang semestinya sudah menduga bahwa Shinobu pasti akan bertanya tentang hal ini. "Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Bagaimana cara kau menyembuhkan luka-luka Rengoku-san? Kata Kamado-kun, lukanya cukup parah dan butuh waktu beberapa bulan agar sembuh total. Tetapi, bagaimana kau bisa menyembuhkannya hanya dalam sekejap?" Shinobu bertanya dengan rasa penasaran dan juga kebingungan yang melanda di benaknya.

Pertanyaan Shinobu terdengar lambat di telinga (Y/n). Ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia sendiri tidak bisa menjelaskannya. Jika ia menjelaskannya, semuanya akan terungkap. Hal-hal yang tidak akan pernah mereka duga sama sekali. (Y/n) sendiri tidak yakin jika ia harus mengatakannya. Perasaannya menjadi berkecamuk di dalam benaknya.

"Maaf, Kochou-san. Aku benar-benar minta maaf. Aku... tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu. Itu hal yang sulit bagiku." Di saat mengatakannya, (Y/n) tidak menatap apapun. Meskipun pandangannya tertuju ke arah lantai kayu yang dipijaknya, tetapi pikirannya menerawang jauh. Memikirkan apakah yang ia katakan tadi itu memang harus dikatakan atau tidak.

Tatapan Shinobu mengarah pada (Y/n). Perasaan kecewa dapat terlihat dari tatapannya. Tetapi, perlahan bibirnya membentuk sebuah senyuman. "Tidak apa-apa, (Y/n)-chan. Jika kau memang belum bisa menjelaskannya padaku, aku akan menunggumu sampai kau siap. Tidak apa-apa." Ia menepuk-nepuk lengan kanan (Y/n) dengan lembut. Berusaha menenangkan pikirannya yang sedang beradu di dalam kepala gadis itu.

Rasa lega seketika menyelimuti (Y/n). Ia mengulum senyumnya. "Terima kasih sudah mengerti, Kochou-san."

"Shinobu, (Y/n)-chan. Mulai sekarang panggil aku Shinobu saja. Aku juga memanggilmu dengan (Y/n) dan bukan (F/n), 'kan?" Shinobu tersenyum memamerkan gigi-giginya yang tersusun rapi.

"Baiklah, Shinobu-san."

Seketika (Y/n) teringat dengan tanaman yang dibawa oleh Aoi. Ia pun menatap ke arag tumpukan tanaman itu sambil bertanya, "Itu tanaman apa, Shinobu-san?" Ia menunjuk ke benda yang dimaksud olehnya sendiri.

"Ah, tanaman itu bernama dokudami. Aku memang sering memakainya belakangan ini," jawab Shinobu seraya mengambil salah satu tanaman bernama dokudami itu.

"Untuk menyembuhkan luka karena goresan katana, bukan?" tebak (Y/n). Karena ia pernah mendengar khasiat tentang tanaman dokudami itu.

"Ya, benar. Banyak pemburu iblis yang terluka beberapa hari yang lalu. Sehingga aku harus mengumpulkan tanaman ini lagi karena tidak cukup. Jadi, aku meminta tolong Aoi-chan untuk melakukannya," jelas Shinobu.

"Souka. Sepertinya itu menarik."

Pada akhirnya, mereka berbicara tentang tanaman obat-obatan yang sering Shinobu gunakan untuk membuat obatnya. Bahkan, ia memberi tahu tentang racun yang ia pakai di nichirin-nya selama ini. (Y/n) merasa antusias saat mendengarkannya. Ia merasa pengetahuannya bertambah. Barangkali ia bisa memakai teknik tersebut suatu saat nanti.

Untuk sejenak, gadis itu bisa melupakan apa yang menjadi beban pikirannya selama ini. Tentang kebenaran yang masih ia sembunyikan.

***

First published :: December 18th, 2020
Revised :: August 24th, 2022

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now